Kesepian adalah kondisi emosional yang dialami ketika seseorang merasa terisolasi atau kurang  memiliki hubungan sosial yang bermakna. Dalam dunia yang semakin terhubung secara digital, kesepian justru menjadi masalah yang semakin umum. Banyak orang memiliki ribuan teman di media sosial, tetapi tetap merasa kosong karena kurangnya interaksi yang mendalam dan bermakna. Kesepian tidak hanya dialami oleh individu yang hidup sendiri, tetapi juga oleh mereka yang dikelilingi banyak orang.
Kesepian tidak hanya memengaruhi kesehatan mental, tetapi juga kesehatan fisik. Penelitian menunjukkan bahwa rasa kesepian yang berkepanjangan dapat meningkatkan risiko depresi, kecemasan, dan gangguan tidur. Selain itu, kondisi ini juga berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan penurunan sistem kekebalan tubuh. Dengan demikian, kesepian dapat dianggap sebagai ancaman serius bagi kesejahteraan individu. Sebelum menyelam lebih dalam tentang dampak kesepian, kita akan mengulik lebih dalam mengapa manusia itu bisa merasakan kesepian dan bagaimana solusi untuk mengatasinya.
Psikolog asal Amerika Serikat Carl Roger, yang mengembangkan terapi berpusat pada orang, menjelaskan alasan mengapa manusia kesepian. Dia mengatakan bahwa kita merasa takut untuk menunjukkan diri kita yang sebenarnya kepada orang lain, karena berpikir mungkin mereka akan menghakimi atau bahkan menolak kita karena kekurangan yang kita miliki, bukannya menerima dengan terbuka. Selain itu, meskipun kita ingin memiliki hubungan lebih dalam dengan orang lain dengan cara membuka diri dan menunjukkan diri kita yang sebenarnya, tidak ada jaminan orang lain akan tetap mendukung kita. Ada kemungkinan juga mereka akan menyebarkan akan menyebarkam rahasia kita kepada orang lain di belakang. Oleh karena itu, kita enggan membiarkan orang lain melihat diri kita yang sebenarnya dan terus mengenakan topeng sosial. Dengan menyembunyikan diri kita yang sebenarnya dan berhubungan dengan orang lain dalam level yang dangkal dan aman, kita mengurangi kemungkinan dikritik atau disakiti oleh mereka. Namun, jika hal ini sering dilakukan, ini juga berarti kita tidak bisa menciptakan hubungan yang dalam dan bermakna sehingga kita sering merasakan perasaan sepi.
Haemin Sunim, di dalam bukunya yang berjudul "When Things Don't Go Your Way", mengatakan bahwa penyebab kita merasakan kesepian bukan karena tidak ada orang di sekitar kita, melainkan karena kita menutup hati dari mereka. Dengan memiliki keberanian untuk membuka diri dan berbicara duluan kepada mereka, kita akan terkejut saat menyadari berapa banyak kesamaan di antara kita. Selain itu dari buku beliau disebutkan bahwa Sherry Turkle, psikolog sosial di MTT, menyebut kondisi sekarang ini sebagai "sendiri bersama". Artinya, kita mungkin berada di tempat yang sama tetapi pikiran kita mengembara ke tempat-tempat berbeda melalui aplikasi ponsel pintar yang berbeda pula.
Menurut Profesor Turkle hubungan lewat internet ini berbeda dengan definisi "komunikasi" pada umumnya. Jika salah satu pihak yang berkirim pesan merasa tidak nyaman, mereka bisa meninggalkan percakapan itu kapan pun tanpa perlu meminta ijin, yang membuatnya jauh berbeda dengan percakapan secara langsung. Orang juga tidak akan tahu apakah pesan dia menyakiti orang lain atau pun sebaliknya. Terkadang juga ada orang yang merasa terabaikan karena temannya lama sekali membalas pesannya. Hal-hal tersebut menjadi juga menjadi penyebab kita merasa kesepian. Namun, mengapa banyak orang masih merasa bertemu langsung menjadi semacam beban meskipun banyak dari mereka merasakan kesepian. Dalam buku Haemin Sunim yang berjudul "When Things Don't Go Your Way" dijelaskan jawaban dari teman Haemin Sunim, Misuk Ko, seorang kritikus budaya di Korea Selatan, jawabannya adalah karena manusia sekarang ingin terhubung dengan orang lain tetapi mereka tidak ingin merasa tidak nyaman atau repot. Namun, cara berkomunikasi seperti ini dapat mengurangi kesempatan kita untuk merasakan keindahan dan kebaikan dari komunikasi tatap muka, kebahagiaan ketika dipahami dan dihargai orang lain, juga mengurangi kesempatan kita untuk merasakan pengalaman menakjubkan saat menyaksikan kelemahan dan perdamaian, berbagi kisah pribadi atau informasi penting yang biasanya tidak kita ceritakan kepada orang lain yang tidak bertemu dengan kita secara langsung.
Oleh karena itu, jika kita ingin mengatasi masalah kesepian ini, kita harus mau sedikit repot dan melakukan lebih banyak pertemuan secara langsung baik dengan orang yang berada di dekat kita atau teman atau keluarga yang berada di tempat yang jauh dari kita. Selain itu, kita juga bisa mempraktikan "detoks ponsel" sesekali dengan menikmati waktu sendiri, membaca buku, berjalan kaki, memasak, berolahraga, atau bermeditasi di rumah. Ketika kita nyaman sendirian, itu akan sama seperti kita nyaman bersama orang lain. kita bisa menemukan ketenangan dan kebahagiaan, tidak peduli seperti apa pun situasi kita. Selain itu, pemahaman diri juga akan diperlukan agar kita tidak merasa kesepian. Karena tanpa pemahaman diri yang baik kita tidak akan sanggup menyingkirkan perasaan bahwa seperti ada yang kurang dalam hidup, juga akan memberikan ilusi bahwa kita hidup terpisah dan sendirian dari alam semesta. Ketika kita memiliki pemahaman yang baik terhadap diri, kita bisa melakukan penerimaan diri terhadap kelebihan dan kekurangan kita. Dengan menyadari hal tersebut kita bisa mencari solusi untuk memperbaiki kekurangan dan mempertahankan serta mensyukuri kelebihan dari diri kita. Dengan begitu kita akan nyaman dengan diri kita sendiri dan merasa nyaman pula ketika berada di dekat orang lain. Alhasil bisa merasakan bahwa kita tidak lagi kesepian dan kita merupakan bagian dari alam semesta.
Untuk mengatasi kesepian, penting bagi individu untuk memperkuat hubungan sosialnya. Menghabiskan waktu bersama keluarga, bertemu teman secara langsung, atau bergabung dengan komunitas yang memiliki minat yang sama dapat membantu seseorang merasa lebih terhubung. Selain itu, belajar berkomunikasi secara terbuka dan jujur dengan orang-orang terdekat juga dapat meningkatkan kualitas hubungan. Kualitas hubungan yang dalam dan tulus  dapat kita bangun dengan menampilkan sisi lain diri dari peran-peran sosial kita, seperti kerapuhan, kelemahan, keceriaan, keluguan, dan humor. Kemudian orang lain akan menunjukkan, kepada kita, diri mereka yang sebenarnya, yang mereka sembunyikan dibalik peran sosial mereka. Semua orang memiliki peran sosial mereka masing-masing, ada yang berperan sebagai atasan di tempat kerja, misalnya, kemudian di rumah, berperan sebagai orangtua, pasangan, menantu, atau anak. Pasti akan menjadi akan menjadi sangat indah apabila orang-orang sesekali menampilkan sisi yang sebenarnya dari diri mereka, ini akan membina hubungan yang dalam dan tulus satu sama lain seta akan menjadikan hubungan menjadi semakin dekat. Dengan upaya yang tepat, kesepian bisa diatasi, dan kehidupan sosial yang lebih sehat dapat tercipta.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI