WiR syndrome dalam karya sastra bisa menjadi pemantik diskusi yang menarik di masa kini. Dalam kajian sastra, konsep WiR bisa dijadikan alat kritik sosial terhadap berbagai permasalahan gender dan isu-isu yang menimpa perempuan. Namun demikian, menjamurnya pola-pola ini juga bisa jadi mendorong perpetuasi stereotip gender dimana perempuan ditampilkan sebagai objek yang pasif dan menderita. Sebagai alat plot, perempuan dalam bingkai WiR juga bisa memicu kurangnya representasi alternatif dari tokoh perempuan yang kuat, mandiri, dan berdaya. Dengan begitu, penting bagi para pengarang untuk senantiasa mengeksplorasi karakter perempuan dengan kompleksitas karakternya agar tidak jatuh ke dalam pola repetitif yang sempit akan penggambaran citra perempuan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H