Mohon tunggu...
DINDU FUJI AZARI
DINDU FUJI AZARI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Learn more about life.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Jejak Bansos: Mengupas Realita Hidup Penerima Bantuan Sosial Program Keluarga Harapan (PKH) di Sudut Kota Pontianak

1 April 2024   19:30 Diperbarui: 8 April 2024   17:31 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menjadi seorang kepala keluarga bukanlah hal yang sederhana, beliau harus bertanggung jawab atas kesehatan anak-anaknya sehingga ketika memiliki keluhan terkait kesehatan, keluarga penerima Bansos PKH ini rutin melakukan check-up ke puskesmas terdekat menggunakan BPJS karena hal tersebut menjadi salah satu prasyarat untuk terus menerima bansos PKH. Aktivitas sehari-hari seperti berbelanja keperluan rumah tangga dan pergi berjualan tentunya secara tidak langsung menuntut mereka untuk memiliki kendaraan bermotor dan sepeda sebagai sarana bagi ia untuk leluasa beraktivitas serta pekerjaan pelayanan jasa catering dan memasak di hajatan hingga pernikahan lah yang menuntut nya untuk dapat mengendarai motor agar bisa pergi ke lokasi dimana konsumen nya berada.

img-20240408-172742-6613c70a147093263f3c10e4.jpg
img-20240408-172742-6613c70a147093263f3c10e4.jpg

Keluarga ini memiliki beberapa aset berupa satu buah motor untuk keperluan transportasinya dalam bekerja, dan satu buah sepeda yang digunakan oleh anak nya untuk bersekolah. Selain itu, ia memiliki berbagai aset lainnya diantaranya adalah sebuah televisi berukuran 32 inch, satu buah kulkas yang ia manfaatkan untuk menyimpan bahan makanan dan bahan dagangannya, kipas angin hingga mesin cuci untuk meringankan pekerjaan rumah yaitu mencuci pakaian dikala ia sedang sibuk bekerja dan satu buah dispenser. Sementara itu, ia memiliki dua buah handphone android yang mendukung pekerjaannya dalam menghubungi konsumen serta satu buah lainnya dimanfaatkan guna kepentingan belajar anak-anaknya yang sedang dibangku sekolah.

Meski tidak memiliki satupun aset di bidang pertanian seperti kebun, dengan berjualan dan menawarkan jasa catering serta memasak untuk hajatan, ia hingga kini mampu membiayai kebutuhan keluarganya sehari-hari serta keperluan pendidikan anak-anaknya. Sehingga tidak memiliki aset pertanian bukan berarti ia tidak mampu secara ekonomi.

Berdasarkan keterangan warga setempat, keluarga ini mencerminkan sebuah keluarga sederhana yang menjalani kesehariannya dengan berinteraksi dan berbaur dengan tetangga-tetangga nya dengan rukun, menurut salah seorang tetangga nya beliau merupakan sosok wanita yang ceria sehingga menjadi sosok orang yang membawa suasana positif dikalangan masyarakat. Kisahnya sebagai orang tua tunggal sekaligus kepala keluarga dan berhasil menyekolahkan ketiga anaknya dengan layak menjadi sebuah inspirasi bagi banyak orang meskipun ditengah kekurangan dan statusnya sebagai orang tua tunggal tidak menutup kemungkinan baginya untuk terus meningkatkan taraf hidup melalui kegigihan dan perjuangannya dalam bekerja.

Wawancara mendalam dan observasi dilaksanakan pada Januari-Maret 2024.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun