Pada dasarnya setiap manusia pasti memiliki perilaku gaya komunikasi yang berbeda. Hal tersebut menyebabkan seseorang dapat mengkomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan, dan dipikirkan kepada orang lain dengan tetap menjaga dan menghargai hak dan perasaan orang lain.Â
Gaya komunikasi merupakan bentuk dari psikologis setiap manusia untuk mengekspresikan perasaan, kebutuhan dan pengalaman sebagai komunikasi yang dilakukan secara langsung dan terbuka. Komunikasi Asertif adalah kemampuan untuk berinteraksi dan berbicara dengan tetap mempertimbangkan hak-hak, batasan, dan pendapat orang lain.Â
Maksudnya yaitu, Komunikasi Asertif bisa menjelaskan atau mengekspresikan kebutuhan kita secara bebas, jujur terhadap diri sendiri, dengan tenang serta mampu mengontrol emosi tanpa ada maksud memanipulasi, memanfaatkan atau merugikan pihak lain. Dengan adanya komunikasi asertif kita juga bisa membela diri saat dibutuhkan dan kita juga bisa merasa tidak bersalah ketika menolak suatu hal yang tidak ingin kita lakukan.
Menurut Alberti dan Emmons (2002), terdapat faktor-faktor yang bisa menyebabkan dan mempengaruhi terjadinya perilaku asertif, yaitu :
1. Jenis kelamin dan umur
Perilaku asertif bisa berkembang sepanjang hidup manusia. Oleh karena itu, jika bertambahnya umur seorang individu maka semakin berkembangnya tingkat integrasi yang lebih tinggi. Artinya, semakin bertambahnya usia individu maka semakin bertambah pula pengalaman yang bisa ia dapatkan, sehingga mampu memecahkan suatu masalah dengan sangat matang dan terstruktur. Pria juga lebih banyak memiliki sikap asertif yang tinggi dibandingkan dengan perempuan. Hal tersebut disebabkan karena adanya tuntutan dari masyarakat bahwa pria harus lebih mandiri, aktif. Beda dengan wanita yang cenderung lebih pasif.
2. Self esteem (harga diri)
Self esteem atau harga diri memiliki keterikatan yang erat. Karena individu yang memiliki konsep diri yang kuat pasti bersikap asertif. Sebaliknya jika individu yang memiliki konsep diri yang lemah, maka sikap asertifnya pun rendah.
3. Pola asuh orang tua
Dengan adanya pola asuh dari orang tua, sangat menentukan seseorang untuk melakukan sikap asertif. Karena hal ini sangat dipengaruhi oleh interaksi individu tersebut dengan orang tua maupun anggota keluarganya, dan menjadi point penting untuk menentukan pola respon dari individu terhadap suatu masalah.
4. Tingkat pendidikan
Di tingkat pendidikan sering kita temui bahwa guru sering melarang anak didiknya untuk bersikap asertif. Sebagai contoh anak yang cenderung diam dan berperilaku baik sering diberikan pujian bahkan imbalan atau hadiah atas sikapnya tersebut. Sehingga hal itu menjadikan anak tidak memiliki sikap asertif. Maka dari itu, pengajar saat ini diharuskan mendorong setiap individu untuk bersikap asertif kepada diri sendiri dan orang lain.
5. Konsep diri
Konsep diri adalah penilaian individu terhadap dirinya sendiri. Penilaian ini menentukan tingkat harga dirinya seseorang, dengan tujuan untuk mengetahui seberapa jauh seorang individu mampu meyakini bahwa dirinya mampu, penting dan berharga. Oleh karena itu sikap asertif dan konsep diri individu sangat bersangkutan. Individu yang memiliki konsep diri negatif akan merasa bahwa dirinya tidak berharga, dan sulit diterima dilingkungan. Sedangkan individu yang memiliki konsep diri positif akan menerima keadaan dirinya dengan percaya diri.
6. Tipe kepribadian
Perilaku asertif sangat berpengaruh pada tipe kepribadian seseorang. Seperti halnya orang yang memiliki sifat extrovert, ia pasti merupakan orang yang gampang bergaul, ramah, mempunyai teman yang banyak, dan mampu mempengaruhi orang orang yang ada disekitarnya. Berbeda dengan orang tipe kepribadain introvert, yang sering diartikan menjadi pribadi yang tertutup, tidak pandai bergaul, sering menyendiri. Tipe introvert ini susah untuk mengungkapkan apa yang dirasakannya sehingga tidak bisa menerapkan perilaku atau sikap asertif.
7. Kondisi sosial dan Budaya
Adanya sikap asertif pada lingkungan budaya tertentu tidak bisa disamakan dengan budaya lain. Oleh karena itu, setiap budaya memiliki perbedaan satu sama lain. Maka dapat disimpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi adanya sikap asertif adalah keluarga dan sekolah. Selain itu adanya faktor internal seperti faktor usia, konsep diri, dan jenis kelamin. Sedangkan faktor eksternal yaitu pola asuh dan kondisi sosial budaya.
Ciri-ciri orang yang asertif menurut Pratanti (2007) seorang asertif harus memiliki kriteria sebagi berikut :
1. Merasa bebas untuk bisa mengekspresikan perasaan, pikiran dan keinginan.
2. Mengetahui hak mereka
3. Mampu mengontrol kemarahan. Yaitu ialah tidak me-repress perasaan diri sendiri, melainkan mengontrol dan membicarakannya kembali dengan logis dan tidak didasari oleh emosi.
Adanya perbedaan komunikasi asertif, pasif, dan agresif. Ketika berkomunikasi pasif, seseorang lebih sering memprioritaskan orang lain daripada diri sendiri, dengan tidak menyampaikan kebutuhan dan keinginannya sendiri. Akibatnya, orang yang memiliki komunikasi pasif sering dimanfaatkan oleh orang lain. Orang-orang yang berkomunikasi pasif sering berbicara halus, membiarkan orang lain untuk mengambil kesempatan, dan enggan untuk berkontak mata langsung, tidak bisa menyebutkan apa keinginannya dan kebutuhannya, serta kurangnya rasa percaya diri.
Melalui komunikasi agresif, seseorang menganggap bahwa hak dirinya sendiri jauh lebih penting daripada hak orang lain. Contohnya seperti mengabaikan dan menolak kepercayaan, perasaan, opini, emosi, keinginan dari orang lain. Orang yang memiliki komunikasi agresif adalah orang yang gampang frustasi, enggan untuk berkompromi, sering menghina dan mengkritik dan mendominasi.
Selanjutnya, komunikasi asertif. Seperti yang kita ketahui bahwa komunikasi asertif ini mementingkan kebutuhan semua, maksudnya yaitu dalam sikap asertif ini setiap individu mampu untuk mengkomunikasikan kebutuhan, keinginan, dan perasaannya sendiri. Sehingga pada waktu yang sama, mereka juga tetap mendengarkan dan menghargai orang lain. Karna individu yang memiliki sikap asertif pasti selalu mendengarkan tanpa adanya interupsi, menyampaikan keinginannya dengan jelas dan menggunakan nada bicara yang baik.
Ciri-ciri adanya komunikasi asertif yaitu ketika individu saling memiliki sifat terbuka dan jujur akan pendapat diri sendiri dan orang lain, mampu mendengarkan dan memahami pendapat dari orang lain, selalu mencari solusi dan kepuasaan secara bersama-sama, serta menghargai pendapat orang lain dan diri sendiri walaupun nantinya timbul konflik. Karena komunikasi ini bisa mencari solusi untuk menyelesaikan konflik.
Adapun manfaat dari komunikasi asertif yaitu dengan kita menyampaikan apa adanya perasaan atau emosi kita maka kita tidak akan dikendalikan oleh orang lain, adanya efektifitas dalam berinteraksi, lebih dihargai oleh orang lain, menambah kepercayaan diri dan memiliki rasa puas dan kesehatan mental kita akan jauh lebih sehat dan bahagia dalam hidup.
Kesimpulan
Komunikasi asertif artinya kemampuan seseorang untuk berkomunikasi secara efektif tanpa terlalu banyak terganggu dengan apa yang orang lain mungkin pikirkan atau katakan, sehingga kita bisa secara leluasa mengutarakan atau mengungkapkan pendapat kita dengan jujur dan terbuka. Akan tetapi, disamping hal itu kita harus tetap menghargai dan mendengarkan pendapat orang lain. Jenis komunikasi asertif ini bisa terlihat dari nada bicara, ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan lain-lain. Sehingga berkomunikasi asertif bisa dibilang mudah ketika kita melakukan langkah-langkah yang tepat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H