Secara historis, Islam masuk Andalusia sejak tahun 711 M, dibawah pimpinan Walid bin Abdul Malik dari Daulah Bani Umayyah di Damaskus. Keberadaan umat Islam di Andalusia membawa angin segar bagi kemajuan dunia barat hingga saat ini. Namun kemudian masa disintegrasi membawa runtuhnya Dinasti Bani Umayyah dan berdirinya kerajaan-kerajaan kecil Islam (Muluk Al Thawaif).
Banyak sebagian dari mereka Gerakan sosial keagamaan yang melakukan pemberontakan, pengkritikan terhadap kebijakan pemerintah yang kacau, masalah eksploitasi keuangan, protes terhadap penggunaan militer asing, ataupun masalah situasi tidak aman yang kronis. Apalagi para kalangan Sufi sendiri yang mengepalai pemberontakan masyarakat kelas rendah terhadap akumulasi ekploitasi kekayaan terhadap masyarakat kelas tinggi.
Permusuhan pun sering terjadi antara pedagang elit dan pedagang di perkotaan, antara warga kota dan tentara Berber, begitu pun antara masyarakat non Arab (yang baru masuk Islam) dan bangsa Arab yang ikut andil dalam detik akhir runtuhnya Umayah di Andalusia. Tidak hanya itu di awal abad ke 12 sebagian propinsi banyak yang melepaskan diri dari pemerintahan pusat, banyak juga klan klan Arab yang melancarkan aksi pemberontakan.
Dalam situasi ini tentunya membawa keuntungan bagi pihak Kristen. Mereka menginginkan agama mereka Kristen menjadi agama yang murni tanpa sedikitpun tercampur dengan pengaruh Arab. Pemberontakan pun mereka lakukan, di Cordova tepatnya. Mereka bahkan rela mengorbankan dirinya untuk aksi protes terhadap kebijakan pemerintahan Islam. Mereka juga berinisiatif menyerang blok blok kekuatan Islam yang sudah lemah.
Detik detik runtuhnya kekhalifahan Dinasti Umayyah inilah kemudian muncul kerajaan kerajaan kecil yang terus menerus bertikai. Setidaknya tidak kurang dari 20 negara yang bertahan tidak lama itu bermunculan di kota kota maupun propinsi propinsi yang kemudian membentuk kerajaan kecil ( Al Muluk Al Thawaif atau dalam bahasa Spanyol: Rayes DeTaifas) dibawah pimpinan kepala suku atau raja, diperkirakan masa ini terjadi pada awal abad 11 dan bertahan antara 1030-1090.
Dinasti Muluk Al Thawaif tidak bertahan lama dikarenakan ciri umum dari pemerintahannya yang kurang memikirkan strategi kedepannya dalam jangka panjang. Dinasti dinasti pada masa ini memang kuat, mereka menyerang dinasti dinasti yang lemah tidak peduli apapun sekalipun itu tetangganya sendiri bahkan sampai meminta bantuan kepada orang Kristen. Seperti pendapat P.D Gayangos yang dikutip dari Islam Andalusia ... Untuk sementara mereka menyatukan kekuatan mereka dan bahkan mengundang orang orang dari negeri negeri yang jauh untuk melakukan penyerangan. Para penguasa  muslim Andalusia sama sekali tidak peduli atau mungkin malah diam diam merasa bahagia, melihat wilayah wilayah kekuasaan tetangga pesaingnya terbuka lebar bagi pengrusakan yang akan dilancarkan oleh musuh musuh Kristen mereka.
Diantara Kerajaan kerajaan masa Muluk Al Thawaif sebagai berikut:
1. Hammudiyah di Malaga dan Algeciras (400-409 H/1010-1057 M)
2. Abbadiyah di Sevilla (414-484 H/1023-1091 M)
3. Zirriyah di Granada (403-483 H/ 1012-1090 M)
4. Banu Yahya di Niebla (414-443 H/1023-1051 M)