Mohon tunggu...
Dinda Suci Permatasari
Dinda Suci Permatasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Pendidikan Indonesia

Saya mahasiswa pendidikan masyarakat yang tertarik dengan pendidikan non formal, kegiatan sosial

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Orang Dewasa Belajar

18 Mei 2022   12:58 Diperbarui: 18 Mei 2022   13:18 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Di tengah arus globalisasi dan perkembangan zaman dimana ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami kemajuan, konsep pendidikan orang dewasa menjadi salah satu hal yang perlu mendapatkan perhatian. Ketika berbicara tentang pendidikan tidak melulu tentang pendidikan formal yang relatif berusia muda, nyatanya orang dewasa juga membutuhkan pendidikan baik pendidikan non formal maupun informal. 

Pendidikan orang dewasa atau dalam istilah lain disebut Andragogi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata "aner" yang berarti dewasa dan "agogos" yang artinya memimpin. Maka, dapat disimpulkan bahwa andragogi adalah seni dalam mengajar orang dewasa.

Pada dasarnya orientasi belajar seseorang ketika berusia muda adalah untuk memenuhi kebutuhannya untuk masa yang akan datang, sedangkan orientasi belajar orang dewasa adalah untuk memenuhi kebutuhannya saat ini. Dilihat dari orientasi tersebut artinya pendidikan orang dewasa bersumber dari permasalahan nyata yang mereka hadapi dalam kehidupannya. 

Hal tersebut sejalan dengan artikel yang berjudul "Authenticity in Adult Learning" yang ditulis oleh Ashton pada tahun 2010, dalam artikel tersebut dijelaskan bagaimana keotentikan dalam pendidikan. 

Otentik yang dimaksud dalam artikel tersebut adalah pembelajaran dapat dikatakan otentik jika bersumber dari dunia nyata. Selain itu, kenapa keotentikan dalam hal ini berkaitan dengan pendidikan orang dewasa?

Karena keotentikan adalah jantung pemahaman pembelajaran orang dewasa. Artinya orang dewasa belajar untuk memecahkan permasalahannya di dunia nyata.


Konsep pendidikan orang dewasa ini dapat diterapkan dalam segala bidang, salah satunya adalah pada layanan perpustakaan. Dilansir dari artikel "Facilitating Adult Learning: The Role Of The Academic Librarian" yang ditulis oleh Currie pada tahun 2000, 

untuk memodifikasi konsep pendidikan orang dewasa kedalam layanan perpustakaan diperlukan peran akademisi pustakawan yang mampu mengkaji teori-teori tentang pembelajaran orang dewasa yang nantinya dari hasil kajian tersebut akan dipraktikan dalam proses belajar mengajar.

Ini mengeksplorasi prinsip-prinsip praktik yang efektif dalam memfasilitasi pembelajaran orang dewasa di layanan perpustakaan. 

Jika akademisi pustakawan ingin dapat memilih model pengajaran yang paling tepat, maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, seperti berbicara dengan bahasa yang tepat bersama pendidik, memenuhi perbedaan gaya dalam pemahaman dan pembelajaran, merespon empati terhadap masalah afektif dan kognitif peserta didik, dan pendidikan dalam pendidikan orang dewasa adalah dengan menganjurkan. 

Kenapa menganjurkan?artinya dalam pendidikan orang dewasa pendidik berperan sebagai tutor yang perannya hanya untuk membangun suasana belajar saja.

Akan tetapi, berbeda dengan artikel diatas dimana pendidikan orang dewasa membutuhkan pendidik, sebenarnya orang dewasa merupakan individu yang dapat mengarahkan dirinya sendiri, maka orang dewasa sebenarnya dapat belajar secara mandiri tanpa seorang pendidik. 

Dilansir dari artikel "Independent Adult Learning" yang ditulis oleh Brookfield pada tahun 1981 bahwa lebih dari lima juta orang dewasa (total 16,9 % dari sampel penelitian) belajar secara mandiri.

 Banyak orang dewasa yang belajar pada instansi pendidikan baik formal maupun non formal, tetapi nyatanya banyak dari orang dewasa merasa pembelajaran secara mandiri ini lebih dianggap lebih relevan dengan keadaan mereka. Dalam artikel tersebut dikatakan bahwa banyaknya orang dewasa yang belajar mandiri dapat menjadi ancaman bagi lembaga-lembaga pendidikan orang dewasa. 

Maka jalan keluar yang diambil adalah dengan memberikan pengakuan atau semacam sertifikat dari hasil pembelajaran orang dewasa yang tentunya harus didukung oleh lembaga-lembaga pendidikan.

Baik itu belajar secara mandiri maupun dibantu dengan adanya pendidik, orang dewasa dapat menggunakan berbagai media sebagai alat untuk belajar. Pada zaman modern ini media belajar semakin berkembang dan variatif dimana hal tersebut akan sangat membantu orang dewasa dalam belajar, salah satunya menggunakan dunia virtual sebagai alat untuk belajar. 

Sejalan dengan artikel "A Study Of Adult Learning in a Virtual World" yang ditulis oleh Mancuso, dkk pada tahun 2010 bahwa dunia virtual

harus dipelajari sebagai konstruksi baru dengan perhatian khusus pada bagaimana konstruksi baru ini dapat mengubah teori dan praktik dasar pendidikan orang dewasa. Mengingat popularitas dunia virtual yang luar biasa dalam kehidupan sehari-hari, penelitian dalam artikel tersebut menyoroti pentingnya menggunakan dunia virtual untuk mengembangkan pembelajaran orang dewasa situs dalam dunia virtual. 

Orang dewasa dapat menggunakan dunia virtual sebagai cara untuk mencari dan membangun kolaborasi lintas disiplin ilmu. Selain itu, adapun hambatan dari penggunaan dunia virtual sebagai media belajar, yaitu gangguan dalam teknologi mengurangi efektivitas, kecanduan dunia virtual, kurva belajar untuk "pemula", dan masalah pendanaan untuk usaha kecil.

Berbagai konsep pembelajaran orang dewasa telah dipaparkan, tetapi ada satu hal yang lebih penting yaitu motivasi belajar dari orang dewasa itu sendiri. Kenapa motivasi?

Tanpa adanya motivasi kegiatan belajar orang dewasa tidak akan terjadi. Kehadiran motivasi ini sebenarnya dipengaruhi oleh apa? Dalam artikel berjudul "Adults' Learning Motivation: Expectancy Of Success, Value, And The Role Of Affective Memories" yang ditulis oleh Julia dan Christian pada tahun 2018 dilakukan sebuah penelitian apakah harapan keberhasilan (harapan untuk sukses), 

nilai (prinsip yang dimiliki seseorang) dan ingatan afektif (ingatan yang berkaitan dengan sikap dan nilai) dapat mempengaruhi motivasi belajar orang dewasa? Hasilnya menunjukan bahwa ingatan afektif mungkin tidak penting dalam hal mempengaruhi harapan keberhasilan terhadap motivasi belajar orang dewasa. 

Meskipun ingatan afektif negatif secara signifikan berkaitan dengan motivasi belajar orang dewasa, kekuatan ingatan afektif dan harapan keberhasilan memiliki hubungan yang rendah. Peran motivasi dalam belajar orang dewasa, dimediasi oleh harapan dan nilai khusus untuk kesempatan belajar.


Jadi, dapat disimpulkan bahwa secara umum pendidikan orang dewasa adalah cara orang dewasa untuk membuat kerangka pengetahuan mereka sendiri, dan pembelajaran adalah cara untuk mengatur informasi yang masuk dan menghubungkan pengalaman hidup dan pengetahuan pribadi dengan pembelajaran. 

Lalu memberikan tanggung jawab pada orang dewasa untuk belajar serta membangun hubungan kolaboratif yang menciptakan iklim dimana memungkinkan orang dewasa untuk dapat mengutarakan isi pemikirannya, orang dewasa dapat menyampaikan ide dan membuat sikap terbuka untuk sesuatu yang baru.

Hal ini dapat terjadi secara mandiri dalam proses pembelajaran dengan menggunakan berbagai media pembelajaran yang ada saat ini.

Referensi :
Currie, C. L. (2001). Facilitating adult learning: The role of the academic librarian. Reference Librarian, 33(69--70), 219--231. https://doi.org/10.1300/J120v33n69_21
Brookfield, S. (1981). Independent Adult Learning. Studies in Adult Education, 13(1), 15--27. https://doi.org/10.1080/02660830.1981.11730410
Mancuso, D. S., Chlup, D. T., & McWhorter, R. R. (2010). A study of adult learning in a virtual world. Advances in Developing Human Resources, 12(6), 681--699. https://doi.org/10.1177/1523422310395368
Gorges, J., & Kandler, C. (2012). Adults' learning motivation: Expectancy of success, value, and the role of affective memories. Learning and Individual Differences, 22(5), 610--617. https://doi.org/10.1016/j.lindif.2011.09.016
Ashton, S. (2010). Authenticity in adult learning. International Journal of Lifelong Education, 29(1), 3--19. https://doi.org/10.1080/02601370903475602

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun