Mohon tunggu...
Dinda Rizky Fauzha
Dinda Rizky Fauzha Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bagaimana Peran Orangtua terhadap Prestasi Belajar Anak?

23 April 2018   22:28 Diperbarui: 24 April 2018   19:38 6817
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Orangtua adalah tanggung jawab utama dalam pendidikan dan prestasi belajar anak. Para orangtua yang akan menentukan masa depan anak, namun dalam keterbatasan dan peluang yang dimiliki oleh orangtua, maka mereka meminta pihak lain untuk membantu mendidik anak-anak. Pihak lain adalah guru di sekolah, namun setelah anak-anak dititipkan di sekolah maka orangtua tetap bertanggung jawab untuk keberhasilan pendidikan anak mereka. Tanggung jawab orangtua antara lain dapat diwujudkan dengan membimbing kelangsungan anak belajar di rumah sesuai dengan program yang telah dipelajari anak di sekolah, membimbing anak belajar di rumah dapat dilakukan dengan mengawasi dan membantu mengerjakan tugas sekolah.

"When my childern believe that success is possible, they will try. So my first priority in a home is to help my childerns believe in themselves and their ability to learn." -Teaching Outside the box

Pendidikan dalam keluarga merupakan basis pendidikan yang pertama dan utama. Situasi keluarga yang harmonis dan bahagia akan melahirkan anak atau generasi-generasi penerus yang baik dan bertanggung jawab. Peran orang tua yang seharusnya adalah sebagai orang pertama dalam meletakkan dasar-dasar pendidikan terhadap anak-anaknya. 

Tidak menutup kemungkinan bahwa masalah yang dialami anak di sekolah seperti rendahya prestasi belajar serta berhasil tidaknya proses belajar anak merupakan akibat dari situasi lingkungan keluarga yang tidak harmonis dan peran orang tua yang tidak dijalankan dengan baik. Orang tua perlu mengetahui apa saja faktor yang dapat mempengaruhi proses belajar pada anak, sehingga orangtua dapat mengetahui penyebab dan pendukung anak dalam berprestasi. Menurut Djaali,H. dalam sebuah bukunya yang berjudul Psikologi Pendidikan 2007, yaitu :

Faktor dari dalam

1. Kesehatan

Apabila kesehatan anak terganggu dan sering sakit seperti pilek, demam, batuk dan lain lain maka hal ini dapat mempengaruhi semangat anak dalam belajar. Mereka menjadi kurang bergairah untuk mau belajar.

2. Minat dan Motivasi

Jika seorang anak memiliki minat yang besar terhadap sesuatu terutama belajar maka akan lebih mudah untuk melakukan proses belajar. Motivasi merupakan dorongan agar anak mau melakukan sesuatu. Motivasi untuk belajar anak dapat berasal dari diri sendiri, keluarga dan lingkungan.

3. Cara belajar

Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dari cara belajar anak. Misalnya: catatan pelajaran, teknik belajar, waktu belajar hingga fasilitas belajar.

Faktor dari luar (Lingkungan)

1. Keluarga

Situasi dalam keluarga sangat berpengaruh pada keberhasilan belajar anak. Pendidikan orangtua, kondidi rumah, status ekonomi, hubungan dengan orangtua dan saudara, bimbingan dari orangtua, hal tersebut sangat memengaruhi prestasi belajar anak.

2. Sekolah

Lingkungan sekolah seperti gedung, kualitas guru, perangkat kelas, teman, rasio jumlah murid di kelas, hal tersebut juga mempengaruhi prestasi belajar anak.

3. Masyarakat

Jika tinggal didalam lingkungan masyarakat yang berpendidikan dan bermoral baik, maka hal tersebut dapat memicu anak untuk lebih giat belajar.

4. Lingkungan sekitar

Bangunan rumah, suasana, keadaan lalu lintas dan iklim juga dapat mempengaruhi pencapaian tujuan belajar.

Partisipasi orangtua sangat berpengaruh besar terhadap proses belajar anak dan prestasi belajar yang akan dicapai. Selain itu, jaringan komunikasi yang dibangun oleh orangtua sangat penting dalam menentukan keberhasilan siswa dalam belajar. Orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan anaknya, misal :

  • mereka acuh tak acuh terhadap proses belajar anak
  • tidak pernah memperhatikan kepentingan serta kebutuhan anaknya dalam belajar
  • tidak mengatur waktu belajar anak
  • tidak menyediakan atau melengkapi peralatan belajar
  • tidak mau tau bagaimana kemajuan belajar anak
  • kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak dalam belajar, dan lain-lain.

Hal seperti ini sangat dianggap remeh oleh beberapa orangtua, hal tersebut terjadi apabila kedua orangtuanya sangat disibukkan dengan pekerjaan. Disisi lain, mendidik anak dengan cara memanjakan adalah cara yang tidak baik. Orangtua yang terlalu kasihan pada anaknya tidak akan sampai hati memaksa anaknya untuk belajar, bahkan membiarkan saja jika anaknya tidak mau belajar adalah hal yang sangat tidak baik. Karena hal tersebut dapat menyebabkan anak menjadi semakin malas, nakal, suka berbuat seenaknya, pastilah belajarnya akan menjadi kacau. 

Sebaliknya, mendidik anak terlalu keras dengan cara memaksa dan mengejar-ngejar anaknya untuk belajar adalah cara yang salah. Dengan demikian anak akan merasa ketakutan dan akhirnya benci dengan kegiatan belajar, bahkan jika ia merasa sangat tertekan akan menyebabkan gangguan kejiwaan pada anak.  Orangtua yang seperti ini biasanya menginginkan anak mencapai prestasi belajar yang baik, atau mengetahui jika anaknya bodoh namun tidak tahu apa faktor yang menyebabkannya sehingga anak dikejar-kejar untuk mengatasi sendiri kekurangannya.

Adapun peran serta orangtua terhadap prestasi anak antara lain :

1. Pengasuh dan pendidik

Orangtua berperan sebagai pendidik sebab dalam pekerjaannya tidak hanya mengajar tetapi juga melatih keterampilan anak, terutama melatih sikap mental anak. Dalam hal ini, orangtua harus dan mampu bertanggung jawab untuk menemukan bakat dan minat anak sehingga anak diasuh dan dididik langsung oleh orangtua atau gurunya sesuai dengan bakat dan minat anak itu sendiri, sehingga anak mendapat hasil serta proses belajar yang lebih optimal. Bukan dengan keegoisan orangtua yang justru "memenjarakan" anak dengan kondisi yang diinginkan orangtua.

2. Pembimbing

Bimbingan adalah segala kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dalam rangka memberikan bantuan kepada orang lain yang mengalami kesulitan agar orang tersebut mampu mengatasi sendiri dengan penuh kesadaran. Dalam hal ini, orangtua harus senantiasa memberikan bimbingan secara berkelanjutan. Anak hanya 6 jam di sekolah kemudian bertemu dengan gurunya hanya 2-3 jam. Maka prestasi belajar anak sangat didukung oleh bimbingan belajar yang diberikan orangtua secara berkelanjutan.

3. Motivator

Orangtua harus mampu menjadi motivator dalam belajar anak. Orangtua memberi dorongan tentang pentingnya belajar dengan tujuan dapat meningkatkan prestasi belajar sehingga anak benar-benar merasa penting dan membutuhkan apa yang dianjurkan oleh orangtuanya. 

Hal ini dilakukan antara lain dengan membimbing belajar anak dengan kasih sayang namun tidak memanjakan, serta dengan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dirumah. Sehingga anak akan meninggalkan kebiasaan yang tidak bermanfaat seperti bermain game di gadget, menonton tv, dll. Semakin tinggi motivasi belajar anak, semakin tinggi pula kemungkinan anak untuk memperoleh prestasi belajar yang maksimal.

4. Fasilitator

Dalam belajar orangtua harus menyediakan berbagai fasiilitas seperti media, alat peraga, termasuk menentukan berbagai jalan untuk mendapatkan fasilitas tertentu dalam menunjang program belajar anak. Bentuk dukungan lainnya adalah dengan menyiapkan berbagai fasilitas pembelajaran dimulai dengan biaya pendidikan dikarenakan tidak ada pendidikan yang gratis 100%, kemudian menyediakan buku-buku yang dibutuhkan anak, alat-alat tulis, tempat belajar dan lain-lain.

Peran serta orangtua hendaknya sedini mungkin diterapkan pada anak, dengan tujuan untuk meningkatkan prestasi belajar dan agar anak menjadi pribadi yang maju serta bertanggung jawab. Seberat apapun masalah yang mereka hadapi pasti dapat dilalui apabila mendapat dukungan serta bantuan dari orangtua. Karena kemandirian bukan berarti tanpa dukungan dari orang lain, namun kemandirian adalah usaha untuk menjalankan dan melaksanakan segala pekerjaan dengan mengandalkan kemampuan sendiri.

"Ibu adalah madrasah pertama untuk anak-anaknya. Menjadi seorang ibu haruslah berilmu, ilmu dunia dan akhirat. Kesuksesan anak dimasa depan dan karakter seorang anak cenderung ditentukan oleh bagaimana seorang ibu mengasuhnya" -Dinda Rizky Fauzha (calon ibu)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun