Mohon tunggu...
dindarevalinanazwa
dindarevalinanazwa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

shopping,walking tour,membaca novel

Selanjutnya

Tutup

Analisis

manusia dan alam sebuah paradoks antara penguasaan dan ketergantungan

3 Februari 2025   20:38 Diperbarui: 3 Februari 2025   20:38 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendahuluan

Sejak awal keberadaannya, manusia hidup berdampingan dengan alam dalam harmoni yang sederhana. Namun, dorongan untuk memahami dan menguasai dunia di sekitarnya melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mengubah cara hidupnya secara drastis. Kini, manusia tidak hanya beradaptasi dengan alam, tetapi juga menciptakan lingkungan buatan yang sepenuhnya berbeda dari habitat aslinya. Transformasi ini tidak hanya mencerminkan kecerdasan manusia, tetapi juga mengundang pertanyaan tentang keseimbangan antara kemajuan dan tanggung jawab terhadap alam.(Safitri et al., 2020)

Kini, eksploitasi alam telah menjadi masalah besar. Penebangan hutan, polusi udara, dan pengurasan sumber daya alam secara masif telah memicu krisis ekologis global. Kerusakan ekosistem ini mengancam kelangsungan hidup manusia itu sendiri. Di tengah kemajuan teknologi yang mempermudah eksploitasi alam, manusia lupa bahwa dirinya tetap bergantung penuh pada keseimbangan alam.

Hubungan manusia dan alam, pada akhirnya, mencerminkan sebuah paradoks. Di satu sisi, manusia merasa berkuasa atas alam dengan teknologi dan eksploitasi sumber daya. Namun, di sisi lain, manusia tidak dapat hidup tanpa bergantung pada hasil alam yang sehat. Paradoks ini menuntut refleksi mendalam dan perubahan paradigma untuk menjaga keberlanjutan hidup di Bumi.

Sejarah Hubungan Manusia dan Alam

Manusia dan alam sejatinya saling terhubung melalui unsur-unsur alami yang membentuk keduanya. Tubuh manusia terdiri dari elemen-elemen seperti air, besi, asam, dan kapur---unsur yang sama ditemukan di alam semesta. Kesamaan ini menegaskan bahwa manusia bukan entitas yang terpisah dari alam, melainkan bagian tak terpisahkan darinya. Lebih dari itu, prinsip-prinsip universal yang mengatur peristiwa-peristiwa di alam juga berlaku dalam pengalaman manusia. Harmoni ini menunjukkan bahwa manusia dan alam berbagi dasar yang sama, menciptakan hubungan yang mendalam dan menyeluruh antara keduanya.(Selatang, 2020)

Hubungan manusia dengan alam telah melalui berbagai fase yang mencerminkan cara pandang dan pola hidup manusia terhadap lingkungan. Pada masa tradisional, manusia hidup dalam harmoni dengan alam. Mereka berburu, bercocok tanam, dan memanfaatkan sumber daya alam secara sederhana, tanpa melampaui kemampuan alam untuk pulih. Masyarakat agraris, misalnya, menyesuaikan pola tanam mereka dengan siklus musim, menjaga keseimbangan ekosistem demi kelangsungan hidup komunitas.

Namun, hubungan ini mulai berubah drastis dengan munculnya revolusi industri pada abad ke-18. (Dewi A & Agarta F, 2023). Penemuan mesin uap dan teknologi lainnya membuka jalan bagi eksploitasi sumber daya alam secara besar-besaran. Hutan-hutan ditebang untuk bahan bakar dan lahan pertanian, tambang digali untuk mineral, dan sungai-sungai tercemar oleh limbah industri. Revolusi ini menandai pergeseran besar, di mana manusia tidak lagi hanya memanfaatkan alam, tetapi juga menguasainya secara agresif demi kepentingan ekonomi dan kemajuan teknologi.

Di era modern, penguasaan manusia atas alam mencapai puncaknya. Urbanisasi masif dan pola konsumsi yang berlebihan telah mempercepat kerusakan lingkungan. Teknologi canggih yang awalnya bertujuan untuk mempermudah hidup manusia sering kali digunakan tanpa mempertimbangkan dampaknya pada ekosistem. Polusi udara, pemanasan global, dan hilangnya keanekaragaman hayati adalah beberapa contoh nyata dari dampak modernisasi yang tidak terkendali.(Harahap, 2013). Meski manusia merasa telah menguasai alam, ketergantungan terhadap alam justru semakin nyata di tengah ancaman krisis lingkungan global.

Manifestasi Penguasaan Manusia atas Alam

Manusia telah lama mengeksploitasi alam untuk memenuhi kebutuhan dan ambisi ekonomi. Sumber daya seperti bahan tambang, kayu, dan hasil laut menjadi komoditas utama yang dieksploitasi secara besar-besaran. Penebangan hutan tropis seperti di Amazon, misalnya, dilakukan untuk membuka lahan bagi pertanian intensif dan peternakan. Aktivitas ini tidak hanya merusak habitat satwa liar, tetapi juga menghilangkan fungsi hutan sebagai penyerap karbon yang penting dalam mengurangi dampak perubahan iklim.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun