Mohon tunggu...
Dinda Ramdhani
Dinda Ramdhani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya menyukai bidang seni, desain, sosial dan politik.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Generasi Z Kurang Minat Menikah?

11 Desember 2024   08:47 Diperbarui: 11 Desember 2024   09:22 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh : Dinda Ramdhani, Mairina Mahmudah

Menurut survei yang dilakukan oleh Pew Research Center, sekitar 40% dari anggota generasi Z menyatakan bahwa mereka merasa tidak perlu untuk menikah. Data ini menunjukkan penurunan minat menikah yang signifikan dibandingkan generasi milenial sebelumnya. Dalam penelitian yang diterbitkan oleh The American Psychological Association, ditemukan bahwa generasi ini lebih memilih untuk menyelesaikan pendidikan dan membangun karir yang stabil sebelum mengambil langkah besar seperti pernikahan.

Banyak generasi Z lebih memilih untuk fokus pada pendidikan dan pengembangan karir sebelum mempertimbangkan pernikahan. Tingginya biaya hidup dan kebutuhan finansial membuat mereka merasa belum siap untuk membangun keluarga. Ini mencerminkan prioritas mereka yang lebih mengutamakan pencapaian pribadi. Media sosial juga memberikan dampak besar terhadap pandangan mereka mengenai pernikahan. Berita tentang perceraian yang banyak beredar di media sosial serta gaya hidup tanpa komitmen yang ditampilkan seringkali membuat generasi ini ragu untuk membangun rumah tangga.

Kebebasan untuk diri sendiri sangat dijunjung tinggi oleh generasi Z sehingga menikah sering dianggap dapat membatasi kebebasan untuk mengeksplorasi hidup dan menjalani pengalaman baru. Banyak yang melihat pernikahan sebagai sesuatu yang tidak penting, dan mereka lebih memilih hubungan santai tanpa komitmen formal. Tekanan sosial untuk menikah pun sudah tidak sekuat sebelumnya, dan banyak yang merasa bahwa menikah bukanlah satu-satunya cara untuk hidup bahagia atau sukses.

Meskipun pernikahan masih dianggap penting oleh sebagian orang, generasi Z semakin banyak yang memilih untuk menunda atau bahkan menghindari pernikahan demi mengejar pendidikan, karir, kebebasan pribadi, dan pengalaman hidup lainnya. Pandangan ini mencerminkan perubahan budaya dan nilai-nilai yang berkembang dalam masyarakat modern. 

Selain faktor-faktor yang telah disebutkan, generasi Z juga tumbuh di tengah perkembangan teknologi yang sangat pesat. Ketersediaan informasi yang mudah diakses melalui internet dan media sosial memperluas wawasan mereka, termasuk dalam hal hubungan dan pernikahan. Mereka lebih terbuka terhadap berbagai jenis hubungan dan gaya hidup, dan sering kali lebih mengutamakan kualitas daripada komitmen formal yang dianggap bisa membatasi kebebasan individu.

Selain itu, pergeseran nilai sosial yang lebih inklusif dan progresif turut mempengaruhi cara pandang generasi Z terhadap pernikahan. Mereka lebih menerima berbagai bentuk hubungan yang tidak selalu berakhir dengan pernikahan tradisional, seperti hubungan tanpa ikatan resmi, atau bahkan keputusan untuk tidak berpasangan sama sekali. Ini juga berkaitan dengan meningkatnya kesadaran akan isu-isu kesetaraan gender dan keadilan sosial, yang mengarah pada pemikiran bahwa pernikahan tidak selalu menjadi standar keberhasilan hidup atau relasi yang sehat.

Walaupun banyak dari mereka yang lebih memilih untuk menunda atau bahkan menghindari pernikahan, bukan berarti generasi Z sepenuhnya menutup diri dari komitmen jangka panjang. Beberapa dari mereka tetap terbuka terhadap ide membangun hubungan yang lebih serius, tetapi dengan pendekatan yang lebih fleksibel dan realistis. Sebagian besar dari mereka ingin memastikan bahwa hubungan tersebut dapat berjalan dengan saling menghormati dan mendukung perkembangan pribadi masing-masing, tanpa merasa terbebani oleh ekspektasi sosial yang kerap dikaitkan dengan institusi pernikahan tradisional.

Dengan kata lain, meskipun pernikahan tidak lagi dianggap sebagai langkah hidup yang wajib, keinginan untuk menjalin hubungan bermakna dan saling mendukung tetap ada, namun dengan cara yang lebih sesuai dengan nilai-nilai dan gaya hidup yang mereka pilih.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun