Merry melakukan kegiatan sehari-harinya, berkebun dan merawat seluruh tanaman di pekarangan berukuran 3 kali 5 meter. Pekerjaannya selalu rapi dan tidak pernah ia biarkan satu rumput liarpun berkembang di pekarangan itu. Merry tahu betul ada 7 macam bunga yang tumbuh di pekarangan kecil itu yang semuanya ia dapatkan dari bibit-bibit unggul. Rose pastel adalah yang paling banyak memenuhi pekaranganya. Sekitar dua per tiga dari luas pekarangan itu ditumbuhi oleh makhluk mungil berwarna pastel dan bertangkai duri. Bahkan merry tak pernah kehilangan akal untuk membuat desain yang indah untuk pekarangan itu. Pot-pot bunga dengan rose pastel ia susun menyerupai terasering yang tertata rapi.
Banyak orang yang ingin sekali mepekerjakannya hanya demi keinginan untuk memiliki pekarangan yang begitu indah. Tak jarang tawaran itu datang kepadanya, namun ia hanya bisa melambaikan tangan karena kemampuan yang ia miliki tak sepadan dengan tawaran yang datang. Ketika itu ada seorang pengusaha rose pastel inggris yang ingin bekerjasama dengan system bagi hasil. Merry akan merawat kebun seluas satu hektar, ia akan memperoleh empat puluh persen dari hasil penjualan rose pastel tersebut dan menikmati hasil berkebunnya untuk dibawa pulang. Tanpa berfikir panjang Merry menerima tawaran tersebut dan bekerja setiap harinya ditemani tujuh puluh satu orang pekerja. Ia hanya harus merawat serta mencintai ribuan rose pastel itu dan rela memetiknya untuk dijual dan dipasarkan. Terkadang cuaca yang tidak menentu membuatnya sedikit kesal karena harus melihat banyak rose pantel yang layu dan tidak bisa merekah dan mekar dengan sempurna. Bahkan ketika cuaca buruk melanda, ia hanya mampu memanen sekitar tujuh ribu rose pastel dari hasil panen maksimal yang bisa mencapai sebelas ribu tangkai rose pastel.
Suatu saat ia berbincang dengan salah seorang pekerja yang membuatnya menceritakan sejarah kecintaannya terhadap rose pastel. Dulu Merry adalah seorang istri yang mampu melakukan pekerjaan rumah tangganya dengan begitu rapid an tak ada satu debu pun yang terlewatkan. Ia selalu membuat suasana rumah begitu bersih dan indah. Merry memiliki suami, John yang juga seorang pekerja yang mampu menghasilkan banyak uang. Mereka saling mencintai satu sama lain, tapi entah mengapa selalu ada saja pertengkaran yang membuat suasana tak baik. Setelah sekian lama, hingga John jatuh sakit dan divonis sebagai penderita Parkinson, yakni ketidak selarasan syaraf gerak dengan pesan yang disampaikan otak. Â Pengalaman tersebut membuat mereka sadar bahwa mereka mencintai dengan cara yang salah. Â Merry dan John saling mencintai dengan cara mereka masing masing. Ia mencintai dengan sekedar membersihkan rumah, dan john mencintai dengan sekedar mencari uang. Ketika John sakit, merry menghabiskan seluruh waktunya untuk merawat dan melakukan aktivitas sesuai dengan hobi john, yakni berkebun rose pastel.
Kini Kedua cerita itu hanya mampu Merry ceritakan kepada gadis muda yang ia ajak bicara, yang bahkan Merry sendiri pun tak mengenal jika Gadis muda itu adalah cucunya sendiri. Kini Merry hanya mampu Menceritakan berulang kali cerita tersebut kepada semua orang yang ia ajak bicara. Bahkan Merry sudah lupa bagaimana cara mencangkul yang terkadang membuatnya sedikit frustasi karena tak dapat mengulang kembali rutinitasnya. Usianya yang sudah menginjak tujuh puluh satu tahun membuatnya tak mampu lagi mengingat carita lain selain kedua cerita yang bertolak belakang tersebut. Pertama cerita kebahagiaan dan kebanggaannya menjadi seorang tukang kebun handal, kedua cerita sedih tentang kenangan akan sang suami, John. Ya, merry mengalami dimensia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H