Di tepi jalan raya sering kali kita melihat pedagang kaki lima dan penjual jasa. Di bawah terik matahari, mereka tetap bersemangat menjual jasa dan dagangannya. Pekerjaan tersebut menyimpan beberapa perjalanan hidup yang bisa kita teladani dalam kehidupan sehari-hari. Menjadi seorang pedagang kaki lima atau penjual jasa nyatanya tidak semudah yang kita lihat. Contohnya Seorang jasa sol sepatu di Jember yang bernama bapak faisal yang menjadi inspirasi bagi kita semua atas perjuangannya dalam menghidupi keluarganya.
Usianya 35 tahun, memiliki satu anak yang masih duduk di bangku SMP. Sudah 11 tahun lamanya bapak faisal bekerja sebagai tukang sol sepatu, beliau memilih bekerjaan ini karena memang memiliki bakat di bidang sepatu. Meskipun penghasilannya tidak menentu hal ini tidak membuat bapak faisal patah semangat dalam menghidupi keluarganya. Penghasilan yang tidak menentu merupakan hal yang wajar bagi bapak faisal, terkadang hanya 3-4 pasang sepatu dalam sehari yang dia kerjakan.Â
Ada beberapa konsumen yang lama tidak mengambil sepatunya bahkan ada yang memang tidak diambil. Hal ini membuat penghasilan bapak faisal tertunda. Mau mengantarkan ke rumah konsumen pun bapak faisal tidak tahu alamatnya dimana, Bapak faisal hanya bisa pasrah dan menunggu konsumen tersebut mengambil sepatunya.
Jika terus terjadi, maka semakin banyak pemborosan sumber daya alam, energi bahkan uang. Padahal dengan kita memperbaiki sepatu kita bisa menghemat sumber daya alam dan juga menabung. Harapan bapak faisal untuk usahanya kedepan yaitu ingin memiliki tempat yang layak dan berharap usahanya kedepan semakin baik dan lancar, demi mencukupi keluarganya kecilnya dan membiayai anaknya sekolah.
  Dengan kegiatan memperbaiki sepatu ini, maka kita dapat memberikan pendapatan bagi tukang sol sepatu. Pendapatan ini bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari dan keluarga nya dirumah. Bayangkan jika satu hari, tukang sol sepatu ini bisa memperbaiki 10 pasang sepatu, dengan biaya reparasi masing masing Rp 10 ribu, maka kurang lebih sebulan mendapatkan Rp 3 juta rupiah, hampir mendekati gaji UMR untuk kota kota besar di Indonesia.Â
Keterampilan sol sepatu ini dapat dipelajari dengan mudah jika kalian tekun dan ulet dalam melatih keterampilan yang kalian inginkan, sayangnya masih banyak masyarakat yang lebih memilih membeli sepatu baru daripada memperbaiki nya. Pada umumnya, masyarakat tersebut memilih membeli sepatu baru dengan alasan kenyamanan, tidak mau ribet atau menunggu sepatunya diperbaiki dan juga ingin mengikuti trend sepatu terbaru.Â
  Bekerja bukanlah sesuatu hal yang mudah, apalagi bekerja sebagai penjual jasa. Penghasilan mereka tergantung dari seberapa banyak konsumen yang datang. Terkadang mereka mendapatkan pesaing yang membuat pengahsilan mereka menjadi sedikit. Tempat mereka berjualan hanya dipinggir jalan yang sering terkena matahari, debu jalanan, dan hujan. Beda hal nya dengan pekerjaan seperti di pabrik atau pekerjaan di dalam ruangan. Hal tersebut tidak membuat mereka patah semangat demi mengumpulkan pundi-pundi rupiah.Â
Kebanyakan dari mereka menggunakan hasil pendapatan dari perjualannya dengan bijaksana. Mereka mengeluarkan uangnya hanya untuk kebutuhan sehari-hari, hidup mereka tidak berfoya-foya dan gaya hidupnya sederhana. Hal tersebut yang menjadi sebuah inspirasi bagi kita.
  Perjalanan hidup seorang sol sepatu menjadi inspirasi dan juga memberikan wawasan tentang keberanian dan ketekunan individu dalam mengatasi keterbatasan demi menghidupi keluarganya. Tekun dan selalu bersyukur, selama kaki masih bisa berjalan, maka tidak ada kata lelah apalagi bosan dalam menjemput rezeki. Kita harus tetap bersyukur atas berapapun pendapatan yang kita diperoleh, apapun pekerjaan kita selagi itu masih halal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H