Mohon tunggu...
dinda pranata
dinda pranata Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger, Book Enthusias, Translator Bahasa Jepang

Ibu Rumah Tangga yang suka nulis. Punya motto "yang penting coba dulu". Baca buku bukan cuma buat gaya-gayaan tapi gaya hidup. Find me at www.senjahari.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Komunitas Bucin Buku di Papua Barat, Punya Kisah Tak Biasa

6 September 2023   19:53 Diperbarui: 7 September 2023   08:11 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kegiatan Belajar Bersama. Doc: Lamek Dowansiba

Dokumentasi Pribadi Mas Lamek
Dokumentasi Pribadi Mas Lamek

Komunitas Suka Membaca mengubah paradigma bucin yang sekedar cinta-cinta monyet. Mereka mengubah bucin jadi punya makna lebih dalam, ketimbang gelantungan di bahu pacar. 

"Eh, nyindir nih?"
"Enggak kok, serius!" kata narator.

Emang kita bisa punya manfaat apa sih gelantungan di bahu pacar? Paling cuma sekedar jadi tontonan orang yang numpang lewat. Bedanya dengan bucin ala KSM, mereka pakai aksi kebaikan yang buat orang jadi ikutan bantu. Salah satunya mereka berusaha memerdekakan teman-teman dan adik-adik penerus bangsa di papua dari buta aksara. 

Komunitas Suka Membaca memiliki lima agenda antara lain mendirikan rumah baca; perpustakaan mini; aktivitas belajar mengajar di rumah baca; revolusi mental dan aksi bagi-bagi buku. Selain itu, Mas Lamek yang doyan baca buku autobiografi ini, juga ikut lo turun ke lapangan mengajar untuk adik-adik Papua Barat. Salah satu yang mengesankan, sampai naik ke dataran pegunungan!

Pendidikan itu harus bebas dari kepentingan apapun termasuk kepentingan politik 

Lamek dalam Film Dokumenter "Lamek"

Masak iya sih, memerdekakan buta aksara sampai naik gunung?

Ini serius terjadi dan bukan sekedar kaleng kosong tanpa isi. Begini ya, kalau lihat papua dengan raja ampatnya, kalian juga perlu lihat orang-orang di sekelilingnya. Perkara alam, mereka tiada duanya, tapi realita pendidikannya, mereka masih harus berpayah-payah. 

Bayangkan saja untuk bisa memerdekakan diri dari buta aksara, anak-anak di pegunungan Arfak, salah satunya di Kampung Dogrijmog, harus rela jalan kaki berpuluh-puluh kilo meter. Kita saja jalan dua kilo bisa habis air satu galon, bagaimana dengan mereka yang berjalan ke sekolah berpuluh-puluh kilo?

"Lokasi sekolah di sana sangat jauh. Adik-adik harus berjalan untuk sampai ke sekolah yang kurang lebih sepuluh kilometer," katanya. Melihat kondisi itu akhirnya Mas Lamek sebagai ketua Komunitas Suka Membaca ini tergerak. KSM memindahkan rumah baca Sijo di Manokwari ke Kampung Dogrijmog, pegunungan Arfak demi membuka pintu literasi di tempat itu. "Rumah baca Sijo di Pegunungan Arfak ini, menjadi rumah baca ke-38 dari komunitas membaca ini," begitu katanya. 

Bucin Buku jadi Bucin Bangku 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun