Motherhood is the biggest gamble in the world. It is the glorious life force. It’s huge and scary – it’s an act of infinite optimism. —Gilda Radner
"Aduh! Kok pakai sufor sih? Nggak kasihan bayinya?"
"Aduh, ASInya kok cair sih! Kan bayinya nggak sehat!"
berapa banyak kita sering mendengar pernyataan ini? Bagi ibu-ibu yang menyusui si kecil, ini bukan lagi barang baru. Sudah banyak stigma ibu menyusui yang berlalu-lalang di telinga, pun juga dengan stigma ibu yang menggunakan sufor sebagai alternatif.Â
Lalu sebagai ibu kita harus bagaimana? Idealnya sih pakai ASI. Tapi realitanya?Â
Stop Shamming, Be Loving!
ASI adalah makanan dan asupan penting bagi kehidupan bayi ketika ia pertama melihat dunia. Bahkan ketika ia lahir para dokter dan suster menganjurkan para ibu untuk menyusui bayinya selama minimal enam bulan atau sampai dua tahun. Tapi, sayangnya beberapa faktor bisa menjadi penyebab si ibu tidak bisa menyusui buah hatinya.
Mulai dari kondisi psikologis, tuntutan pekerjaan di kantor hingga lingkungan yang stress bisa memicu ibu tidak bisa menyusui.
"Ah, menyusui saja apa susahnya?"
Meng-ASI-hi bukan hanya perkara si ibu memberikan air susunya kepada sang bayi. Di dalamnya ada permainan fisik dan psikis yang turut mempengaruhi proses meng-ASI-hi tersebut. Itulah yang menyebabkan, proses meng-ASI-hi tidak semudah itu.