Senioritas nyatanya sudah mendarah daging dalam kehidupan dimana pun. Senioritas dimana-mana acap kali membawa masalah tersendiri seperti penindasan, ketidakadilan, ketimpangan sosial, kekerasan dan berbagai masalah lain baik di sekolah, di tempat kerja bahkan di keluarga. Lho terus apa manfaatnya ada senioritas kalau begitu kalau penerapannya negatif?Â
Bukan Padi Berisi Tapi Tiang Berlistrik.
Ketika di kantor ada saja kelakuan para senior yang acap kali bikin gerah junior-juniornya. Mulai dari meminta bantuan pekerjaan tapi apresiasi jadi miliknya, hingga kadang menggunakan senioritas untuk menekan juniornya yang masih terbilang 'polos'.Â
Jika ada pepatah mengatakan semakin padi berisi maka semakin merunduk ia dibuatnya. Maka pepatah ini benar-benar tidak berlaku untuk senioritas yang semena-mena seperti itu. Pepatah yang lebih cocok seperti semakin tua maka ia akan seperti tiang listrik. Maksudnya?
Walau sudah banyak pengalaman menghadapi orang, senior seperti ini tidak membuatnya semakin berwibawa atau semakin memahami nilai dari pengalamannya.Â
Jika kita bersandar pada tipe senior bak tiang listrik, kita pun bisa tersengat listrik saat ada badai atau hujan. Contoh nyatanya bisa kita lihat pada kasus-kasus bullying di sekolah di Jepang yang mengatasnamakan senioritas.Â
Kalau di Indonesia contoh yang sering terjadi seperti STPDN yang pernah melakukan kekerasan saat ospek dan contoh yang lainnya. Apakah senior seperti ini memiliki prestasi? Jawabnya belum tentu.
Seorang yang sudah banyak pengalaman tidak akan menggunakan kekuatan pengalamannya untuk menekan orang lain atau bahkan menyakiti pihak lain. Seperti kata orang ketika kita banyak pengalaman merasakan pahit, kita secara intuisif akan mengingat pengalaman itu jika melihat seseorang mendapatkan perlakuan yang sama.Â
Namun jika kita abai terhadap intusisi itu kita akan menjadi orang yang apati terhadap orang lain dan sering kali bertindak kelewat batas sebagai senior. Yang sering terjadi adalah kita akan balas dendam karena pernah merasakan sakit.
Contoh kasusnya seperti seorang senior mengambil ide juniornya kemudian ia berhasil naik pangkat atau dapat prestasi serta tunjangan yang fantastis.Â
Sedangkan juniornya yang bekerja keras hanya bisa gigit jari dan hanya merasakan mendapatkan nasi bungkus. Lalu junior ini menjadi junior, karena pernah merasakan rasa pahit ia kemudian melampiskan hal tersebut kepada juniornya dna memperlakukan juniornya sama sepertinya. Bisa dikatakan ini seperti lingkaran setan yang tidak akan putus kecuali ada yang memutusnya.Â
Lingkungan Jadi Toxic.
Di perusahaan besar pun lingkungan kerja toxic bisa jadi ada. Kita tahu seperti yang baru saja viral tentang senior KPI yang melakukan bullying dan sexual harrashment kepada juniornya, tidak bisa lepas terhadap lingkungan toxic semacam itu.Â
Hal yang perlu dilakukan adalah kita perlu berani berbicara dan terbuka. Mengapa kita perlu bicara dan terbuka? Alasannya adalah untuk bertahan hidup. Kok bisa?
Di setiap perusahaan baik besar atau kecil kita berhubungan dengan banyak orang yang berbeda-beda. Dari mereka kita bisa menemukan orang yang baik bisa juga orang yang tidak baik.Â
Jika kita bertemu orang baik, kita patut bersyukur dan perlu bersikap baik kepada orang tersebut. Jika kita bertemu yang tidak baik, kita perlu waspada dengan menjaga jarak agar tidak terlalu intim. Walau kita bertemu dengan mereka yang baik, jangan menaruh kepercayaan 100% karena alasannya sederhana bahwa manusia itu bisa berubah entah berubah baik atau tidak baik.
Kita waspada bukan berarti kita jadi gampang curiga ya. Asalkan kecurigaan itu berdasar dan didukung fakta yang ada maka tidak ada salahnya untuk ambil sikap tegas.Â
Seperti kasus senioritas dalam kasus KPI hanya karena junior masih baru dan banyak belajar, jangan jadikan mereka bulan-bulanan kepentingan senior yang tidak manusiawi bahkan sampai melakukan kekerasan seksual. Bagaimanapun mereka (junior) adalah manusia yang berharga dalam keluarganya.Â
Senioritas Justru Membuat Mundur Kemajuan.Â
Berdalih karena usia lebih tua artinya banyak makan asam garam, karena yang senior lebih tahu segalanya, tidak menjadikan senioritas lebih baik dari junior. Seseorang yang menggunakan jubah senioritas karena lebih banyak pengalaman nyatanya akan menghentikannya menjadi pribadi yang lebih baik. Bagaimana bisa?
Coba bandingkan hal di tahun 1990an, 2000an hingga sekarang. Bukankah banyak sekali hal yang berubah? Apakah ada sesuatu yang sama dalam setiap tahun yang dilewati? Hampir tidak ada bukan.Â
Jadi intinya adalah setiap hal pasti berubah termasuk kemampuan yang dimiliki seseorang. Jika kita menggunakan senioritas karena sudah banyak makan asam garam tidak akan membuat senior menjadi tahu segalanya. Setiap hal yang terjadi akan ada tantangan yang selalu baru dan harus dihadapi oleh semua orang.
Contohnya dalam dunia kerja seperti pengginaan teknologi dalam sistem pengerjaan kantor. Jika dulu segala sesuatu dilakukan secara manual misal menghitung gaji karyawan atau jam kerja karyawan, sekarang banyak sekali software yang menawarkan kemudahan dalam melakukan perhitungan.Â
Jika senioritas masih mendominasi sebuah perusahaan maka bukan tidak mungkin senior yang sudah banyak pengalaman dalam perhitungan gaji tidak mau meninggalkan kebiasaan lamanya untuk beralih pada software penghitung salary. Adakah yang merasa familiar dengan kondisi ini? Ataukah jangan-jangan kita sendiri yang seperti itu?
Senioritas Hanya Masalah Angka!
Senioritas pada dasarnya hanya kuantitas yang kadang tidak berjalan dengan kualitas seseorang. Kompetensi seseorang tidak hanya diukur dari seberapa banyak ia mendapatkan pengalaman tetapi sebesar apa ia belajat darinya.Â
Tidak semua hal bisa diukur dengan senioritas. Apalagi di zaman teknologi seperti sekarang dimana setiap orang berkompetisi dalam menampilkan yang terbaik versi diri mereka. Tidak dilihat dari seberapa lama kita kerja tapi apa yang kita pelajari dan kemampuan apa yang kita kembangkan dari pekerjaan tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H