Ada dua gambaran besar kenapa kita disarankan bukan diWAJIBKAN punya anak. Pertama secara spiritual yang mana manusia perlu memiliki penerus untuk meneruskan garis keturunannya dan menjadikan penerus agama.Â
Secara ilmiah ini bisa diterima dimana tujuan manusia memiliki keturunan adalah meregenerasi spesiesnya agar bertahan. Lalu apakah keputusan orang untuk tidak punya anak salah?
Anak Bukanlah 'Barang' Yang Membahagiakan
Lagi-lagi setiap keputusan pasti ada konsekuesinya. Mereka yang memutuskan memiliki anak menghadapi konsekuensi seperti bertanggung jawab untuk pendidikan, nafkah, kesehatan, dan segala tetek bengeknya.Â
Mereka yang memutuskan tidak memiliki anak menghadapi konsekuesi seperti tidak adanya penerus, kesepian di hari tua, pandangan orang dan lainnya. Siapkah dengan konsekuensi yang harus ditanggung?
Anak bukanlah investasi atau barang masa depan yang membawa kebahagiaan. Pandangan ini sudah kuno dan tidak cocok untuk diterapkan di era modern.Â
Realitanya berapa banyak anak yang menjadi korban kekerasan dalam rumah karena tidak bisa menuruti kemauan orang tua, atau dicap sebagai anak durhaka karena tidak bisa membahagiakan orang tua. Pertanyaannya kebahagiaan apa yang diinginkan orang tua? Jawaban itu kemvali ke dalam diri kita.
Keputusan TIDAK memiliki anak saat bisa punya anak lebih baik daripada mampu punya anak tetapi menelantarkan anak. Bagaimanapun dari pandangan agama itu menjadi dosa dan dari pandangan moral itu menjadi tidak manusiawi.Â
Senadainya keputusan tidak memiliki anak terjadi di masa depan, itu lebih baik dibandingkan saat kita berkaca pada masa kini dimana banyak orang tua melakukan kekerasan pada anak atau membuang hasil darahnya sendiri.
Selamat bagi kalian yang bisa memiliki anak, jadi rawatlah mereka sebaik-baiknya. Selamat juga bagi kalian yang memutuskan tidak memiliki anak karena kalian terhindar dari pelaku kekerasan anak saat kalian tidak siap. Yuk jadikan anak sebagai layaknya manusia dan bukan barang investasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H