Mohon tunggu...
Dinda Noviana Jayanti
Dinda Noviana Jayanti Mohon Tunggu... Auditor - masih sekolah smp

hobi saya memasak

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta di Masa SMP

7 Oktober 2024   12:03 Diperbarui: 7 Oktober 2024   12:13 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Leonore, Alexander, Zoey, dan Celine adalah empat sahabat yang selalu bersama sejak mereka duduk di bangku SMP. Persahabatan mereka sudah terjalin erat sejak awal masuk sekolah. Leonore dikenal sebagai gadis pemalu namun cerdas, sedangkan Celine adalah kebalikan Leonore---ceria, penuh percaya diri, dan selalu menjadi pusat perhatian. Alexander adalah tipe cowok yang kalem, tapi mudah disukai banyak orang karena sikapnya yang ramah dan sopan. Zoey, di sisi lain, lebih netral, sering menjadi penengah ketika ada perdebatan kecil di antara mereka.

Seiring berjalannya waktu, Leonore menyadari bahwa ia memiliki perasaan yang berbeda terhadap Alexander. Setiap kali mereka berjalan pulang bersama atau menghabiskan waktu di kantin, Leonore merasakan getaran halus di hatinya. Ia tahu bahwa perasaan itu lebih dari sekadar persahabatan. Namun, ia terlalu takut untuk mengungkapkannya, khawatir akan menghancurkan persahabatan mereka.

Zoey, yang sering memperhatikan teman-temannya dengan cermat, mulai menyadari perasaan Leonore terhadap Alexander. "Kenapa kamu nggak coba ngomong aja, Leo?" tanya Zoey suatu hari saat mereka sedang duduk di bawah pohon di halaman sekolah. Leonore hanya menggeleng pelan. "Aku nggak berani, Zo. Takut nanti malah bikin semuanya jadi aneh."

Namun, tanpa sepengetahuan Leonore, Celine juga memiliki perasaan yang sama terhadap Alexander. Berbeda dari Leonore, Celine tidak ragu-ragu untuk mendekati Alexander. Dengan sikapnya yang terbuka dan percaya diri, ia mulai menghabiskan lebih banyak waktu dengan Alexander, terkadang bahkan tanpa mengajak Leonore dan Zoey. Leonore mulai merasa ada yang berbeda, tapi ia tidak ingin berpikir buruk tentang sahabatnya sendiri.

Suatu hari, Leonore mendengar kabar yang membuat hatinya hancur. Saat berjalan melewati koridor sekolah, ia tanpa sengaja mendengar percakapan beberapa teman sekelasnya yang sedang membicarakan Celine dan Alexander. "Mereka pacaran, ya? Lihat deh, tadi mereka pulang bareng lagi," ujar salah satu dari mereka. Leonore merasakan dadanya mencelos. Semua tanda-tanda yang sebelumnya ia abaikan kini terasa jelas.

Dengan perasaan campur aduk, Leonore menemui Celine setelah sekolah usai. Ia memberanikan diri untuk bertanya, "Celine, kamu pacaran sama Alexander?" Celine tersenyum tipis, namun tidak terlihat bersalah. "Iya, Leo. Maaf aku belum bilang. Aku tahu kamu dekat sama dia, tapi... aku juga suka dia," jawab Celine tanpa ragu. Leonore terdiam, merasa sakit namun tidak bisa menyalahkan Celine. Alexander bukan miliknya. Tapi pengkhianatan itu begitu nyata di hatinya.

Setelah itu, segalanya berubah. Persahabatan yang dulu erat terasa renggang. Alexander, yang tampaknya tak sadar dengan perasaan Leonore, lebih sering bersama Celine. Leonore merasa terasingkan, sementara Zoey hanya bisa menenangkan dan menghiburnya. Zoey tahu ini bukan situasi yang mudah, tapi ia juga tahu bahwa Leonore terlalu baik untuk membenci.

Akhir semester tiba, dan saat acara perpisahan sekolah, Leonore memutuskan untuk memberikan ruang bagi dirinya sendiri. Ia berdiri di sudut lapangan, melihat dari kejauhan saat Alexander dan Celine tertawa bersama. Air mata yang sejak lama ia tahan akhirnya jatuh perlahan. Zoey datang menghampirinya, menggenggam tangannya erat. "Kamu akan baik-baik saja, Leo. Kamu kuat," kata Zoey lembut.

Leonore tersenyum tipis di balik air matanya. "Mungkin suatu hari aku akan baik-baik saja, tapi bukan hari ini."

Di momen itu, Leonore menyadari bahwa cinta tidak selalu berakhir indah, dan terkadang, cinta mengajarkan arti sebenarnya dari kehilangan. Sementara Celine dan Alexander terus melangkah bersama, Leonore belajar untuk melepaskan. Meski hatinya hancur, ia tahu bahwa ini bukan akhir dari segalanya, hanya akhir dari sebuah babak dalam hidupnya yang akan terus bergerak maju, meski perih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun