Mohon tunggu...
Dinda Mandatain
Dinda Mandatain Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Bisnis Digital Universitas Negeri Jakarta

Halo! Saya Dinda Mandatain mahasiswa semester 5 Bisnis Digital Universitas Negeri Jakarta. Memiliki kepribadian ENTP saya merupakan orang yang multi-passionate dan ingin tau banyak hal salah satunya magang sebagai social media specialist sejak semester pertama. Membuat konten dan tampil di depan kamera adalah hal yang selalu membuat saya antusias. Tertarik dengan dunia bisnis sejak Sekolah Dasar dan bercita-cita ingin membuat bisnisnya sendiri suatu saat.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Equity Crowdfunding: Apakah Pilihan yang Tepat di Akhir Tahun 2024?

26 Oktober 2024   12:00 Diperbarui: 26 Oktober 2024   12:05 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam beberapa tahun terakhir—terutama di Indonesia—equity crowdfunding telah menjadi salah satu inovasi yang paling menarik di industri permodalan. Masyarakat umum, termasuk investor kecil, diizinkan untuk berinvestasi dalam startup atau UKM. Investor equity crowdfunding memiliki hak untuk memperoleh dividen atau keuntungan finansial sesuai dengan pertumbuhan dan keuntungan bisnis yang mereka danai. Ini membedakannya dari model pendanaan lainnya, seperti crowdfunding yang didasarkan pada hadiah atau donasi.

Startup dan UKM telah menemukan equity crowdfunding sebagai solusi baru untuk mendapatkan modal di luar bank atau lembaga keuangan resmi. Banyak dari bisnis ini dianggap memiliki risiko tinggi, terutama jika mereka baru dan belum memiliki catatan keuangan yang baik. Equity crowdfunding menjadi alternatif yang menarik karena bank biasanya tidak memberikan pinjaman kepada bisnis yang tidak memiliki riwayat kredit yang baik atau pendapatan yang stabil.

Regulasi Equity Crowdfunding di Indonesia

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nomor 37/POJK.04/2018 tentang Layanan Urun Dana Melalui Penawaran Saham Berbasis Teknologi Informasi mengatur equity crowdfunding di Indonesia. Untuk melindungi investor dan menjamin proses urun dana yang aman dan transparan, peraturan ini menyediakan kerangka hukum yang jelas dan berfungsi. Santara, Bizhare, dan CrowdDana adalah beberapa platform yang telah diakui secara resmi dan memudahkan masyarakat umum untuk berinvestasi di UKM dan perusahaan rintisan lokal.

UKM Indonesia, yang sering dianggap sebagai inti ekonomi, dapat memperoleh modal melalui model ini tanpa harus tunduk pada syarat pinjaman bank yang ketat. Perusahaan-perusahaan ini dapat tumbuh dan berkembang karena platform equity crowdfunding memungkinkan lebih banyak orang untuk berinvestasi dan berpartisipasi dalam pertumbuhan bisnis. Selain itu, platform ini membantu investor kecil mendiversifikasi portofolio mereka. Dengan modal yang relatif kecil, seseorang dapat berinvestasi di berbagai jenis perusahaan rintisan, memberikan mereka kesempatan untuk mengambil risiko yang lebih besar serta meningkatkan kemungkinan mendapatkan keuntungan. Meskipun investasi ini memiliki banyak potensi keuntungan, risikonya juga tidak dapat diabaikan.

Sumber: digitalis.id
Sumber: digitalis.id

Setiap jenis crowdfunding memiliki model kampanye dan fitur yang unik. Misalnya, untuk membangun kepercayaan publik dalam crowdfunding berbasis donasi, sangat penting untuk menunjukkan bagaimana dana digunakan. Orang-orang yang memberikan donasi ingin tahu dengan jelas bagaimana dana akan digunakan. Dalam crowdfunding berbasis reward, fokus utama adalah produk atau hadiah yang akan diterima oleh pendukung dan seberapa baik produk tersebut dapat dipasarkan.

Namun, struktur kampanye equity crowdfunding lebih mirip pasar saham konvensional. Salah satu faktor utama yang memengaruhi keputusan investasi adalah informasi tentang perusahaan. Dalam kampanye equity crowdfunding, informasi ini biasanya mencakup profil perusahaan, laporan keuangan, rencana bisnis, jumlah saham yang ditawarkan, harga per saham, dan perkiraan dividen yang akan dibayarkan. Secara keseluruhan, informasi dalam konten ini harus transparan seminimal mungkin, seperti halnya dalam proses Initial Public Offering (IPO), di mana keterbukaan informasi perusahaan sangat penting untuk menumbuhkan kepercayaan investor.

Selain itu, perusahaan yang melakukan kampanye equity crowdfunding sering menggunakan video pitching sebagai pengganti presentasi publik biasa. Perusahaan dapat menjelaskan visi, misi, dan rencana bisnis mereka kepada investor dengan cara yang menarik dan mudah dipahami melalui video ini. Video pitching sangat membantu dalam pengambilan keputusan investasi, terutama dalam kasus di mana investor tidak memiliki kesempatan untuk berbicara langsung dengan manajemen perusahaan.

Sebagai contoh, platform seperti Bizhare dan Santara menyediakan prospektus yang memberikan rincian tentang perusahaan yang akan melakukan penawaran saham. Prospektus ini serupa dengan prospektus yang digunakan saat IPO dan mencakup rincian tentang struktur manajemen, rencana bisnis, proyeksi keuangan, serta potensi risiko. Ini memberikan investor pemahaman yang lebih jelas tentang kemungkinan yang ada dan risiko yang terkait dengan melakukan investasi di perusahaan tersebut.

Pertumbuhan Equity Crowdfunding di Indonesia

Di Indonesia, equity crowdfunding telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir. Securities Crowdfunding (SCF) tahun 2023 menghasilkan dana lebih dari Rp1 triliun, menurut data yang disajikan oleh Asosiasi Layanan Urun Dana Indonesia (ALUDI). Platform SCF terkenal seperti Santara, Bizhare, dan CrowdDana memiliki lebih dari 168.000 investor yang mendukung usaha mikro, kecil, dan menengah.

Sumber: Santara
Sumber: Santara

Jumlah partisipasi yang semakin meningkat ini menunjukkan minat masyarakat yang besar terhadap investasi berbasis urun dana. Equity crowdfunding tidak hanya memberikan peluang bagi UKM untuk berkembang, tetapi juga memungkinkan investor kecil untuk diversifikasi portofolio mereka di sektor-sektor yang sebelumnya tidak mungkin mereka masuki.

Namun, ada beberapa risiko yang harus dipertimbangkan saat melakukan investasi ini. Yang paling penting adalah asimetri informasi, yang terjadi dalam equity crowdfunding, ketika penerbit atau pembuat kampanye memiliki lebih banyak informasi tentang perusahaan daripada investor. Investor tidak selalu memiliki akses ke semua informasi penting tentang kinerja keuangan atau perusahaan, sehingga mereka berisiko membuat keputusan investasi yang tidak didasari.

Risiko dan Tantangan dalam Equity Crowdfunding

Likuiditas yang rendah adalah masalah utama dengan equity crowdfunding selain risiko asimetri informasi. Tidak seperti saham perusahaan yang sudah ada di bursa, saham yang diterbitkan di platform ini tidak dapat diperdagangkan secara langsung di pasar modal. Investor harus menunggu hingga perusahaan melakukan strategi keluar, seperti IPO atau akuisisi, sebelum mereka dapat menjual saham mereka dan menghasilkan keuntungan dari investasi. Exit strategy ini biasanya membutuhkan waktu bertahun-tahun, dan kadang-kadang mungkin tidak pernah tercapai jika perusahaan gagal.

Selain itu, ada kemungkinan bisnis akan gagal. Perusahaan rintisan memiliki risiko yang lebih tinggi daripada perusahaan besar yang sudah mapan. Banyak perusahaan baru gagal dalam beberapa tahun pertamanya, dan investor dapat kehilangan seluruh modal yang diinvestasikan jika mereka gagal. Meski begitu, equity crowdfunding tetap menawarkan potensi keuntungan yang menarik, terutama bagi investor yang memiliki profil risiko tinggi dan siap berinvestasi dalam jangka panjang. Oleh karena itu, investor harus melakukan pemeriksaan menyeluruh sebelum memutuskan untuk berinvestasi dalam equity crowdfunding. Investor disarankan untuk mengurangi risiko dengan menyebarkan investasi mereka ke berbagai perusahaan. Mereka juga harus memilih perusahaan yang memiliki model bisnis yang solid dan proyeksi pertumbuhan yang realistis.

Apakah Equity Crowdfunding Tepat di Akhir 2024?

Untuk menentukan apakah equity crowdfunding adalah pilihan yang tepat di akhir tahun 2024, perlu mempertimbangkan situasi ekonomi di negara dan di luar negeri. Di penghujung tahun 2024, ekonomi global masih dihantui oleh ketidakpastian setelah pandemi, peningkatan suku bunga oleh bank sentral di banyak negara, dan perlambatan pertumbuhan ekonomi di berbagai area. Peningkatan suku bunga berdampak pada tingkat konsumsi masyarakat dan daya beli investor ritel di Indonesia, meskipun inflasi relatif terkendali.

Ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,05% pada triwulan II-2024 dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, menurut data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Sektor-sektor seperti pertanian, kehutanan, perikanan, serta makanan, minuman, dan akomodasi telah mengalami pertumbuhan yang signifikan, yang menunjukkan potensi equity crowdfunding untuk sektor-sektor ini.

Investor seringkali lebih berhati-hati dalam memilih instrumen investasi mereka saat ekonomi tidak stabil. Equity crowdfunding mungkin bukan pilihan terbaik bagi mereka yang menginginkan investasi yang aman dan stabil. Namun, bagi investor yang berani mengambil risiko dan memiliki pandangan jangka panjang, equity crowdfunding masih menawarkan peluang yang menarik, terutama di industri yang sedang berkembang di Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun