Mohon tunggu...
Dinda Lindia Cahyani
Dinda Lindia Cahyani Mohon Tunggu... Pembelajar -

Bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Serba-serbi Cinta

9 April 2018   23:00 Diperbarui: 9 April 2018   23:00 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : ovespell.tips

Hai para pemuja cinta, tidak perlu jijik membicarakan ini. Toh kita sama-sama tahu orang-orang yang mengekspresikan perasaannya secara berlebihan alias lebaytetap saja mengakui keberadaan rasa yang definisinya tidak mutlak.

By the way kata lebay kenapa juga sih belum masuk KBBI, kan capek harus terus mengedit dengan cetak miring. Tidak seperdi Oxford, ada kata baru langsung deh mereka lamar dan memasukkannya ke kamus.

Walau sebenarnya cinta itu tidak terbatas usia dan posisi. Entah itu cinta orangtua terhadap anaknya dan sebaliknya, suami-istri, guru dan murid, dan lain sebagainya, namun si perasaan merah jambu ini saya kerucutkan pada lawan jenis semata.

Cinta bukan hanya reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh, walau salah satunya memang bisa dikaitkan dengan itu. Karena dalam bahasa Inggris "Making love" artinya menyalurkan sperma dan gairah. Di Barat mereka mengaitkan cinta dengan 'lust' alias birahi. 

Padahal kalau orang-orang yang bermartabat, tidak mau mendefinisikan cinta hanya dengan sekedar hubungan biologis. Terutama bagi orang-orang agamis atau idealis, mereka cenderung berprinsip tidak 'bercinta' sebelum menikah.

Ada anak muda yang rusuh bilang cinta. Katanya, "Kau cintaku, hidup dan matiku." Sekalinya pasangannya mati, enggak mau tuh ikut dikubur hidup-hidup sampai mati. Ada pula orang dewasa, mengakunya sudah siap untuk berkomitmen dalam rumah tangga. Usia pernikahan baru satu-dua tahun, sudah gugat cerai atau menceraikan sebelah pihak.

Sebelumnya cintanya diobral di sosial media, entah itu kehidupan dapurnya atau malah kasurnya. Ya wajar kalau porak-poranda. Ada masalah bukan nyari solusi di rumah sendiri dengan cara musawarah suami-istri malah diumbar ke Negara Api.

Cinta itu seperti tubuh. Harus terus dilatih agar otot-ototnya tumbuh. Jangan berlebihan karena estetikanya akan berkurang. Jangan dibiarkan nanti malah lembek, baru didorong sedikit sudah ambruk. Cinta itu harus sederhana namun mempesona, seperti perut ratanya Martha di film Jumanji. :D

Bersambung ...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun