"Adelia, akhirnya kita bisa mengunjungi taman ini di musim semi," ucapnya lirih. "Namun mengapa hatiku terasa membeku dan hampir retak karenamu." Dari kedua matanya, Abe tak mampu lagi membendung aliran rasa duka.
"Maafkan aku, Adelia sayang. Musim semi ini terasa seperti musim dingin, dan aku sadar kesibukan telah menjauhkanku selamanya darimu." Â
Abe menghapus butiran bening yang meleleh di pipinya. Lantas meraih sepeda dan pergi menjauh dari taman itu. Yang tertinggal hanya setangkai bunga mawar di bangku taman, diterpa hangatnya mentari pagi musim semi.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!