Berita mengenai larangan cadar di UIN Kalijaga ini menjadi salah satu trending topic. Hal ini sangat sensitif terutama bagi kalangan muslim Indonesia, dimana Indonesia adalah negara mayoritas muslim yang menjadi sorotan dunia internasional. Hal ini justru akan memicu perhatian dunia, karena sungguh tidak layak jika ada sebuah kampus yang berlabelkan islam dan berada di negeri yang bermayoritas muslim, malah melarang muslimah untuk mempraktekan nilai islam.
Indonesia adalah negara multi agama yang menjunjung toleransi. Dimana setiap penganut agama masing-masing berhak menjalankan apa yang diajarkan agamanya. Â Menurut komisioner bidang pendidikan dan penyuluhan, "Membatasi kebebasan beribadah, berkeyakinan, dan ekspresi atas keyakinan itu bakal berpotensi melanggar HAM," dikutip dari detik.com.
Seperti halnya dalam Islam, perbedaan pendapat itu akan selalu ada. Para imam madzhab terdahulu saja tidak mempermasalahkan perbedaan pendapat dalam cabang fiqh namun menyikapi dengan saling menghormati pendapat masing-masing.
Dilansir republika.co.id, bahwasannya alasan Wakil Rektor UIN Suka, Sahiron Syamsuddin, pelarangan cadar tersebut tak terlepas dari alasan pedagogis. Menurut dia, jika mahasiswinya tetap menggunakan cadar di dalam kelas, para dosen tentu tidak bisa membimbingnya dengan baik dan pendidiknya tidak dapat mengenali wajah mahasiswinya.
"Kalau di kelas mereka pakai cadar, kan dosen tidak bisa menilai apakah yang datang di kelas itu memang mahasiswa atau bukan," ujar Sahiron saat dikonfirmasi Republika.co.id, Selasa (6/3).
Sebenarnya jika alasannya seperti itu, tidak menjadi permasalahan yang besar. Seandainya jika komunikasi itu diharuskan dengan melihat wajah, lantas apakah saat kita menelepon seseorang bisa memastikan yang kita telepon itu orang yang dimaksud atau bukan. Alasan yang dikemukakan tidak masuk akal. Seandainya sebuah kampus takut bahwa orang yang hadir di kelas mahasiswa atau bukan, pihak kampus bisa memanfaatkan teknologi dengan memasang mesin kehadiran di setiap kelas dengan akses sidik jari.
Muslim di Indonesia seharusnya tidak terpengaruh islamophobiayang digaungkan negeri Barat dan Eropa, yang memicu pelarangan niqab/cadar di beberapa negara. Beda luar negeri, beda Indonesia. Seharusnya di Indonesia tidak ada kasus seperti ini. Terutama dari kalangan elit ulama sendiri justru harus mengapresiasi mereka. Jika ada kekurangan dari mahasiswa yang bercadar, maka yang disoroti bukan cadarnya, tapi dibimbing pemahamannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H