Otak manusia memiliki hormon dopamin yang dilepaskan saat kita melakukan aktivitas menyenangkan atau yang sifatnya hiburan, seperti scroll media sosial, menonton film, mendengarkan musik, dan makan junk food. Produksi dopamin secara terus - menerus akan membuat otak melemah dan terkesan malas untuk berpikir. Dampak terburuknya, dopamin yang berlebih juga bisa meningkatkan resiko delusi, halusinasi, bahkan skizofrenia. Jika ingin belajar, membaca, dan berolahraga lebih tahan lama tanpa bermalasan, cobalah puasa dopamin atau lebih dikenal dengan Dopamine Detox.Â
Dopamine Detox merupakan pembatasan kegiatan atau perilaku yang memicu pelepasan dopamin di dalam otak. Puasa dopamin dapat diartikan mengubah kebiasaan buruk untuk meningkatkan produktivitas serta mengurangi hal-hal yang dapat menimbulkan kebahagiaan dan kecanduan berlebih.
Dopamine Detox merupakan bentuk terapi perilaku yang dapat menghilangkan beberapa rangsangan tidak sehat, seperti notifikasi ponsel yang sering dikaitkan dengan kehidupan modern. Cara melakukan Dopamine Detox adalah dengan mengistirahatkan otak kita dan me-reset siklus kecanduan yang mendasarinya. Dengan kata lain, kita membiarkan diri kita merasa kesepian atau bosan untuk mengurangi level kesenangan. Selama masa Dopamine Detox, kita tetap dapat menemukan kesenangan dengan melakukan aktivitas yang lebih sederhana dan alami. Dengan cara ini, kita akan lebih mampu mengendalikan diri.
Dopamine Detox dapat dilakukan secara bertahap, tidak perlu terlalu ekstrim dengan memaksakan diri untuk hidup tanpa teknologi. Dengan begitu, hormon dopamin akan berkurang dan diharapkan dapat lebih tahan lama berkegiatan produktif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H