Mohon tunggu...
Dinda Juwita
Dinda Juwita Mohon Tunggu... -

teman bercinta sepi

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Queen, Dia Bukan Ayahku

1 Oktober 2012   17:10 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:24 695
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Kadang aku merasa merendahkan harga diriku, kehormatan dan wibawa keluarga besarku, tapi mau bagaimana lagi, demi mama semua harus kulakukan. Dalam ingatanku masih terbayang wajah mama tercinta merah padam, menahan marah pada perempuan ini.

"Nak, kamu harus lakukan sesuatu pada perempuan ini, dia yang telah merenggut papa dari mama, kebahagiaan keluarga, dan kasih sayang papa yang mestinya untuk mama dan kamu!"

Mama marah sekali pada perempuan ini, sebagai anak satu-satunya aku tidak bisa berbuat apa-apa selain menuruti keinginan mama, bagaimanapun aku ikut merasakan derita mama, ditinggal papa pergi untuk tinggal bersama perempuan ini, lalu sakit kemudian meninggal pun dia ditemani perempuan ini. kalau saja perempuan mungkin aku tak akan setegar mama, aku pasti sudah jatu tersungkur ketanah, menahan malu dan derita ditinggalkan orang tercinta.

"Kau tahu Queen?"

"Ya?"

"Aku dan mama menemukan surat-surat perempuan ini, tersusun rapi di laci ruang kerja Papa, selama bertahun-tahun papa surat-suratan dengan perempuan ini. isi surat-surat inilah yang semakin membuat mama marah, kau kenal perempuan itu kan Queen"

"Iya, namanya Magdalena, sewaktu muda dia jadi penyanyi di club malam, siapa tak kenal dia, rata-rata semua laki-laki kaya dan berduit di kota kita ini  pernah mencicipi dirinya, tapi kemudian dia mulai berhenti dari pekerjaannya sejak dia mulai "dipelihara" papa kamu"

Bimo diam sesaat, dia tak membenarkan juga tidak membantah apa yang aku bilang, siapa tak kenal Magdalena, pelacur tua yang masih molek, siapa juga tak kenal Ayahnya Bimo, pengusaha tajir yang dulunya adalah sopir keluarga Kakeknya Bimo, kemudiam menikahi mamanya Bimo, dan derajat kehidupannya seketika berangkat, dari Kacung jadi raja.

"Tiga hari yang lalu aku makan siang dengannya, dengan Magdalena!"

"lalu?"

"Dia datang padaku dengan keanggunannya, pertama kali aku melihatnya dari dekat, tubuhnya tinggi semampai, kulitnya kuning, perawakannya sedang dan pinggulnya yang menonjol lebih tampak sebagai bukti kegagalan wanita pemburu status dibandingkan cerminan kenyataan dirinya yang sebenarnya. wajahnya menampilkan kombinasi apik antara serasi dan ekspresi yang jaman sekarang masih sering ditemukan masa kini, cantik, bangga, sedikit angkuh namun tetap menampilkan kesan seorang perempuan sosok keibuan yang lembut, penuh perhatian dan kasih sayang"

"Minum dulu Bim". Kusodorkan air mineral gelas padanya

"kenapa?"

"nggak apa-apa, minum aja, setidaknya ada air yang lewat tenggorokanmu" kataku sedikit menggoda. Bimo jelas tau apa maksudku ketika dengan lancarnya dia becerita tentang sosok Magdalena.

"Setelah kuperkenalkan diriku bahwa aku Bimo anaknya Ayah, dia kaget tapi kemudian tersenyum. Tentu tante kenal ayah kamu, kami berteman baik, sayang Ayahmu begitu cepat meninggal, ucapnya sedih dan matanya sedikit murung"

"Sungguh Queen, aku lupa!"

"Lupa apa?"

"Melihat wajahnya aku lupa bahwa dialah penyebab kehancuran keluarga kami, tentang aku, mama dan Ayah"

"kok bisa begitu?"

"Jika Magdalena itu pelacur, maka dia pelacur sempurna, itu bisa dilihat dari cara dia memperlakukan aku, kesempurnaannya sebagai perempuan begitu menonjol, aku jadi berfikir beginikah jadi kekasih Magdalena, dituntun, diperhatikan dan ditemani, ini aneh, aku sudah senang pada dirinya, padahal ini pertemuan pertama kami"

"Magdalena itu magnet, dari kekaguman seorang ayah pun menular ke anaknya, sungguh aku ingin sekali bertemu Magdalena itu Bim". ucapku sedikit berseloroh.

"Pesonanya itu Queen, sebenarnya dia perempuan penghibur biasa, tidak lebih, tapi sungguh dia sudah menaklukkan aku, dia pernah tidur dengan beberapa pejabat dan orang hebat dan telah memukau mereka semua, apalah artinya aku dibanding mereka"

"lalu?"

"Dia mengatakan banyak hal, katanya aku tak boleh berfikir bahwa Ayah tidak mencintai aku dan mama karena tidak tinggal serumah dengan mama dan aku"

"apa yang dia tahu soal ayahmu, sepertinya dia lebih banyak tahu ketimbang mamamu?"

"Ayah adalah orang yang kesepian Queen, pastinya sejak kami pindah ke rumah mewah itu, ayah merasa kehadirannya tidak dibutuhkan lagi, dia dan mama sudah menjadi asing satu sama lain, terutama sejak aku memutuskan pindah ke apartemen dan mama tinggal sendirian. Tetapi kata Magdalena, ayah tidak pernah merasakan seperti itu ketika bersamanya, dia merasa jadi diri sendiri. Magdalena tidak pernah menentang apa yang dia ingin lakukan, ayah lakukan sesuka apapun"

"Tapi semua sudah berlalu kan?, ayahmu sudah tenang disana"

"Dia dan ayah saling mencintai, dan ayah ingin sekali menikahinya, tapi itu tidak pernah dia lakukan, karena mama pasti menolak dan tidak bersedia di cerai, dia juga perempuan mandul dan tidak bisa punya anak"

"Oh...lalu tentang surat-surat  itu?"

"Dia bilang padaku bahwa Ayah menitipkan selembar surat untukku tapi sebagai imbalannya dia minta serahkan surat-surat picisan itu padanya, berat memang, tapi kemudian surat itu berpindah tangan, dia memeluknya erat sekali, seperti memeluk seorang kekasih, aku jadi kasihan mama, selama puluhan tahun dunia mama dipenuhi kebohongan dan pengkhianatan gara-gara perempuan ini!"

"Magdalena mencintai ayahmu"

"Ya, cinta ayah memulihkan kehormatan dan harga dirinya, Ayah menyelamatkan Magdalena dan surat-surat itu buktinya"

"Magnalena tak butuh uang keluargamu, cinta ayahmu lah yang membuat dia sungguh berasa anggun dan terhormat, sedikitnya bisa mengubah pandanganmu Bim, uang bukan segalanya"

"Kadang aku merasa ini sungguh tak adil, Magdalena mendapat semua surat cintanya untuk ayah sedangkan aku hanya dapat satu saja peninggalan dari ayah, sedang mama dia tak dapat apa-apa Queen"

"Selembar surat lebih baik ketimbang tidak mendapatkan sama sekali bukan?"

"Surat ini baru kubaca tadi malam"

Bimo diam, tatapan matanya kosong dan menerawang, dia serahkan sebuah surat yang bagian segelnya sudah terbuka, kubaca surat  yang memang cuma selembar dan hanya beberapa kata saja.

Bimo Anakku

maafkan ayah selama ini nak, bukan maksud ayah mengkhianati mamamu, tapi kamu tahu kalau cinta tak boleh dipaksa, ayah tidak pernah memaksamu untuk mencintai siapapun di dunia ini, silahkan dan biarkan hatimu bebas memilih. kau mungkin akan berfikir bahwa ayah telah mengkhianati mamamu, tapi Magdalena dia cinta sejati Ayah.

Bimo anakku, saatnya kau tahu siapa ayahmu ini nak.

Ayah cuma seorang supir pribadi di rumah kakekmu, ayah juga cuma seorang anak petani miskin, ayah terus bekerja dirumah kakekmu sampai suatu hari tangisan nenekmu melengking sekuatnya didalam rumah besar itu, dia menangis sejadi-jadinya ketika tahu Ibumu hamil 2 bulan dan tidak diketahui siapa ayah dari bayi yang dikandungnya. dan kamu tahu selanjutnya bukan? ayah menikah dengan ibumu.

Soal cinta,

Jujur, ayah tidak pernah dan tidak dapat mencintai mama mu sedikitpun, ayah sudah berusaha sekuat tenaga, tapi kamu tahu kan ayah gagal dan jatuh kedalam pelukan Magdalena. maafkan ayah nak.

sampai saat ayah tulis surat ini ayah tidak pernah tau siapa ayah kandungmu, mama mu tahu nak, tapi tiap kali ayah bilang kamu harus tahu semuanya, mama mu mengatakan itu masa lalu dan kamu tidak perlu tahu. itulah awal pertengkaran ayah dan mama mu, bagi ayah baik atau buruk, berat atau tidak kamu harus tahu kebenaran cerita ini. ibumu tetap menolak bahkan sampai hari ini.

"Queen, sudah, cukup"

Bimo merampas dan merobek kertas surat itu didepanku, dia kelihatan cemas, panik, wajahnya merah menahan marah, tapi entah marahnya itu dia tujukan untuk siapa, dan sekarang surat itu sudah jadi sobekan-sobekan halus. selesai merobek surat di duduk lemas di kursi, telapak tangannya menutupi wajahnya. "Dia bukan ayahku, bukan....."

"nggak apa-apa, menangislah...."

"Queen, saat ini semua gelap, terasa berat, aku tidak tahu siapa yang harus aku percaya, siapa yang berbohong, mama, ayah atau Magdalena, sekarang aku cuma ingin diam, diam, diam....aku butuh seseorang Queen, setidaknya dia tahu dan pahami kesedihanku...."

"Siapa?"

"Aku butuh Amy, bawa aku kesana Queen, pleasee!"

Apa!!!!!!!!!!%**^*^&^&*^

----

"Amy lagi, Amy lagi....aku bisa gila, kapan ini berakhir?!!!!"

"Queen, pleaseeeeeee.....you're my best"

----

DJ. Nigth Show

----

cerita sebelumnya,

http://fiksi.kompasiana.com/novel/2012/09/28/queen-kisah-ini-sudahi-saja/

http://fiksi.kompasiana.com/novel/2012/09/03/queen-kisah-kekasih-sementara/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun