Mohon tunggu...
Dinda Juwita
Dinda Juwita Mohon Tunggu... -

teman bercinta sepi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Valentinsiana] Rayu Aku Dong!

17 Februari 2014   22:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:44 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

GBorne + Dinda , No. 34

"Nang, rayu aku dong!"

Nayna merayu sedikit merengek, suaranya dibuat-buat manja seperti anak kecil minta dibelikan mainan, serak seperti anak TK terkena batuk.

"untuk apa?"

"kan besok 14 Februari"

"Trus?"

"kata orang sih itu hari kasih sayang yaaa, pengen sih dirayu-rayu, disayang-sayang biar romantis gitu!"

Nayna tersenyum simpul, matanya dikedip-kedipan seperi Olive perempuannya si Popeye, bulu matanya yang lentik dan lebat itu pun ikut bergerak-gerak.

"Nggak mau!"

"Dikiittttt aja!"

"Nggak, sekali nggak ya nggak!"

"uhhfffttt...!"

Nayna melenguh, dia sebel, kali ini gagal lagi usahanya minta dirayu Nang

.....

Hening……. Diam…….tiba-tiba

"Ada apa sih, kok ngotot amat minta dirayu, kayak anak kecil aja!"

"Udah dibilangin ini kata orang ini malam valentine, malam kasih sayang, masa minta rayu aja nggak boleh"

"Nggak, kan dari dulu aku udah bilang, kamu kalau minta rayu jangan sama aku, aku tuh nggak pandai merayu"

"Kan aku mintanya cuma malam ini aja, sebelum-sebelumnya aku nggak pernah minta dirayu sama kamu, selalunya aku yang merayu duluan, mau rayu nggak neh!"

"nggak!"

"Ya, udah!"

...Bip....

Nayna menutup skype di netbook mungilnya. hilang sudah harapannya untuk bisa di rayu Nang, lelaki egois sang pujaann sudah lebih dulu menutup percakapan mereka. Nang adalah Nang, lelaki adalah lelaki, jangan pernah berharap dia akan berubah seperti apa yang diharapkan.

.....

Nayna tersenyum, beringsut pelan membuka sedikit  jendela kamarnya, dipandangnya langit, tiada mendung tapi juga tak ada bintang.


"Ini malam kasih sayang...." pelan dan lirih suara Nay.

---

"Lelaki memang begitu, dulu ayahmu juga sama egoisnya dengan Nanang mu, dia juga gak pintar merayu. waktu dia bilang kalau dia sebenarnya cinta sama ibu dan ingin melamar ibu, dia mengucapkan itu hanya dengan satu tarikan napas, dan diujungnya dia bilang, mau apa nggak?!"

"lalu?"

"Itu cuma di bibir Nay ku sayang, ketika ibu lihat matanya waktu dia mengucapkan itu, ibu langsung yakin dan ibu terima saja lamaran ayahmu, ada cinta yang besar untuk ibu dimatanya"

"Semua lelaki itu egois, ingat itu, kamu cuma perlu jadi sparing partner yang baik aja, bertemanlah dengannya tanpa harus berubah jadi orang lain"

"Kebahagiaan sejatimu adalah ketika dalam egoisnya lelakimu, kamu selalu bersamanya dan tak ada tempat atau waktunya sedikitpun memikirkan perempuan lain"

"Ya, itulah anehnya ibu sama ayah, pasangan yang sepertinya paling romantis di dunia, tapi tidak. Dan sepertinya aku pun bernasib sama seperti ibu, jatuh cinta pada pria yang tak romantis"

"jalani saja!"

Ya, 'jalani saja'. kata-kata yang selalu di ucapkan ibu tiap kali Nayna kesel dan sebel pada Nang, Nayna banyak belajar dari ibu bagaimana dia menjadi istri yang baik buat ayah yang super-duper ego, dia tidak pernah mengeluhkan sikap ayah yang kadang-kadang bikin sakit hati. bagi ibu ayah adalah segalanya, takdirnya.

Bahkan takdir pula lah yang akhirnya membawa mereka ke surga, pergi bersamaan di malam yang indah dimana orang-orang bahagianya merayakan hari kasih sayang. pengemudi motor ugal-ugalan sialan, mereka membunuh ayah dan ibu.

Nayna geram dan dia cuma bisa diam, lelehan perlahan butir kristal basah  menyapu pipinya yang semakin hari semakin tirus.

......

Malam semakin larut, angin malam yang tadi sejuk, berubah dingin seiring waktu, pelan - pelan Nay menutup gordyn jendela kamar tempat dia dirawat, virus aneh yang menyerang  sel darah merahnya membuat dia harus sering-sering menginap di sini, beberapa selang melekat ditubuhnya dan kemana-mana dia harus membawa tongkat besi gantungan infus. Kamar rumah sakit sudah seperti kamar dirumahnya sendiri.

....

Dan lagi, handphone Nayna bunyi, itu dari Nang,

"kenapa lagi?" pelan suara Nay

"nggak papa!"

"ya udah"

"hmmmmm.....'

"apa Nang?"

"tadi minta apa?"

"yang mana?"

"yang tadi, di skype minta apa?"

"ooohhh,,,itu, minta di rayu!"

"beneran?"

"beneranlah, masa bohong sih?"

"baiklah"

"buruan....!"

"hmmmm......I Love You Nayna"

"kok dikit banget, tambahin dong!"

"I Love You itu udah segalanya Nayna, mau ditambah apa lagi sih?'

"Tambahin!"

"Ya udah aku tambahin nih.....I Love You Forever Nayna ku sayang...."

Nayna tersenyum bahagia, tiba-tiba hilang semua sakit di tubuhnya, dia berlari menuju pintu kamar tempatnya dirawat, dia berjalan begitu saja dan tubuhnya terasa ringan tanpa beban, tak ada sakit atau ngilu lagi seperti ketika tubuhnya ditusuk-tusuk jarum suntik dan dipasang selang infus. Senyumnya sumringah ketika ada Nanang di depan pintu kamarnya.

”I Love you too Nang, aku tahu kamu pasti akan mengatakan ini, aku tahu kamu egois, tak pandai merayu, but I Love You So Much….”

Tetapi lelaki yang dipanggil Nay dengan sebutan Nang itu pun hanya tertunduk lesu, handphone di tangannya masih menyala.

Nay ingin bertanya kenapa, tapi ayah dan ibu ada di ujung lorong ditemani sinar putih, mereka menunggu Nay.

***000***

Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community dengan judul : Inilah Perhelatan & Hasil Karya Peserta Fiksi Valentine.

Silahkan bergabung di FB Fiksiana Community.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun