Mohon tunggu...
Dinda Imc
Dinda Imc Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Urgensi dan Peran Kartini Muda di Era Milenial

10 Februari 2018   16:23 Diperbarui: 10 Februari 2018   17:44 1026
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Menjadi bagian dari kaum hawa didunia ini merupakan suatu kehormatan tersendiri yang diberikan allah swt kepada kita. Sebagai seorang yang ditakdirkan untuk menjadi teladan pertama bagi calon penerus peradaban adalah suatu hal yang sangat diperhitungkan dalam pencetakan karakter suatu bangsa. Mengapa? Hal ini karna peran produktif seorang perempuan untuk mengukuhkan nilai nilai serta norma yang harus berlaku dikehidupan keluarganya. Akan tetapi banyak sekali wanita wanita disekitar kita yang masih belum sadar akan pentingnya peran mereka dalam proses integrasi peradaban bangsa kita.

Perlu ada kajian dalam analisis gender dan seks, genderized identy, stereotipe dan ideal yang sering kita sebut seks dalam ilmu biologis. Konsep gender yang kita kaji disini tetap pada ranah peran sosial. Genderized identy, perasaan subjektif tentang keberadaan dirinya, hal ini adalah bagian penting dari konsep diri seseorang. Banyak sekali anggapan bahwa lingkup bahasan gender justru tak layak, namun salah satu asumsi yang mendasari diterimanya hubungan gender sebagai sesuatu yang wajar adalah asumsi tentang perbedaan anatomis[1] yang mencampur baurkan perbedaan seksual secara biologis dengan hubungan gender.

Dalam hubungan gender karakteristik, kemampuan wanita dan laki laki dijadikan asimetris sehingga melalui peran gender terbentuklah dua kepribadian dengan ciri khas feminin dan maskulin. Masing masing hanya memiliki satu gender tidak pernah memiliki keduanya.

Derajat feminimitas dan maskulinitas adalah kombinasi dari karakteristik biologis, sikap dan perilaku dapat dicerminkan pada skala gender. Bila seorang berada pada salah satu ekstrem skala diatas maka ia dikategorikan sangat feminim atau sangat maskulin. Perbedaan psikologis maskulin dan feminim sangat mempengaruhi pengambilan putusan. Kenyataan ini sebenarnya menunjukkan bahwa keadaan jasmani kita mempengaruhi keadaan sehari hari. Meski biologis sering kali disalah imprestasikan, namun sifat asli dan jasmani tetaplah jadi perhitungan.[2]

Menjadi seorang wanita mewajibkan diri kita untuk menjadi cerdas dalam memilah dan mengatasi problematika yang ada disekitar kita. Selayaknya seorang wanita menjadi figur revolusi yang menitik beratkan peran gender dikehidupan berbangsa juga bernegara. Tidak sedikit figur wanita zaman kuno yang berkecimpung dalam perkembangan otonomi , Seharusnya nilai nilai tersebut kita substansikan pada kehidupan masa kini, bukan malah semakin meredup dan akhirnya menghilang ditelan zaman. Perlu kita ingat allah swt melalui firmannya telah mewahyukan betapa pentingnya peran seorang wanita dalam dunia, bukan hanya dengan cara didapur, dan didalam rumah, akan tetapi semua itu dapat kita tunjang dengan nilai akhlak juga intelektual demi terwujudnya keluarga harmonis juga wanita yang bisa dibanggakan oleh keluarga.

Banyak sekali perdebatan yang terjadi ketika kita membicarakan tentang kesetaraan gender, hal ini karena tak semua lapisan dapat menerima pendapat tersebut. Hal ini dikarenakan acuan yang mereka gunakan hanya berpacu pada satu hal saja. Padahal ketika diri berada dizaman yang semua hal bisa terjadi kita harus membuka lebar lebar pemikiran kita. Tak berhenti hanya menjadi sosok yang kurang memahami betapa berharganya potensi dalam dirinya.

Peran kartini tua mungkin memang telah usai, namun bangsa menuntut lahirnya sosok kartini kartini muda yang akan membawa perubahan. Jika kartini tua saja bisa menularkan ilmunya untuk mendirikan sekolah kartini, lalu peran kita hanyalah menikmati dan bersungguh dalam meneruskan harapan tersebut. Junjung kehormatan sebagai seorang yang benar benar terhormat, bukan sebaliknya.

Seorang wanita tak boleh puas hanya dengan sandang kecantikan yang dimilikinya, wanita yang seperti ini selayaknya tak mau diperlakukan sedemikian rupa. Karena kecantikanya mendapat tempat yang lebih tinggi dari dirinya sendiri, ketika kecantikannya hilang maka respon yang diterimanyapun akan memudar. Akan tetapi ketika seorang wanita mengandalkan kemampuan spiritual dan potensi yang ada didalamnya, maka respon yang didapatnya akan sesuai bahkan lebih dari yang dia fikirkan. Hal ini adalah dasar mengapa filsafat mengatakan bahwa iner beauty lebih penting dari sekedar kecantikan rupa.

Mengenali diri adalah hal yang sangat penting bagi pembentukan karakter femisnisme yang intelektual. Karena mengenali diri akan melahirkan rasa ingin tahu yang besar dan rasa percaya diri yang kuat. Hal tersebut akan mengacu semangat mereka untuk meningkatkan integritas kaum wanita. Keberanian serta rasa peduli yang diterapkan oleh sosok kartini merupakan contoh analisa diri akan perwujudan pentingnya pendidikan kaum mudi intelektual.

Masalah utama yang kita dapati diera ini ialah sikap seorang mudi yang apatis terhadap masa depan dirinya sendiri. Berbeda halnya dengan sosok Kartini yang berani melampaui dan melewati batas dirinya. Konteks zamannya ialah melawan budaya feodalisme keluarga dan patriarki, dengan bersekolah dan memberikan pendidikan bagi kaum wanita. Melawan budaya pembedaan derajat antara laki laki dan wanita pada zamannya.

Hal hal seperti itu sudah sangat mudah dilakukan pada zaman kita, tugas seorang kartini muda seharusnya lebih jauh, menempa pendidikan setinggi dan sejauh mungkin, sejauh keinginan naluri tanpa dihadang oleh siapapun dan kapanpun.

Banyak sekali tantangan yang dihadapi untuk menghilangkan doktrin doktrin untuk menjungkir balikkan mental dan tekad seorang wanita. dalam hak bersosial wanita memiliki hak yang sama dengan seorang laki laki. Hak Wanita berfikir,hak wanita berorganisasi, wanita berkarya, wanita beredukasi tak ada bedanya dengan hak mereka kaum adam dalam melakukannya. Hal ini telah diatur secara hukum dimata negara.

Menumbuhkan rasa percaya diri menjadi syarat wajib mempertahankan peran wanita diera milenial, karena segala respect yang datang bersumber pada semangat itu sendiri. Idealitas perempuan yang beredukasi akan terpupuk karena gejolak dalam dirinya. Tak diragukan jika kekuatan semangat seorang laki laki lebih kuat dari seorang wanita, namun karakter seorang wanita yang menyetarai laki laki merupakan hal yang mengagumkan.

Perlu kita ketahui bahwa meskipun peran gender menjadi hal utama dalam ranah ini, akan tetapi peran wanita dalam pembentukan bangsa yang berkualitas tinggi tak luput pada pejantannya. Riset psikologis yang diteliti pada kebanyakan wanita, dalam hal memilih pendamping seorang wanita cenderung pemilih. Mereka lebih memilih seorang pria yang kadar kharisma, intelektual dan agama lebih tinggi dari yang mereka miliki. Akhir dari tujuannya akan timbul gejolak pada naluri yang dimiliki oleh kaum adam dan hawa untuk saling belomba.

Menjadi wanita mungkin adalah takdir, namun menjadi wanita cerdas adalah suatu pilihan. Akan tetapi haruslah kita ingat bahwasannya modal utama untuk seorang wanita memerdekakan dirinya atas belenggu yang berkepanjangan ialah memanfaatkan waktu ,tenaga dan keberanian.

Tak sedikit kasus kasus yang terjadi karena banyaknya wanita yang tak bisa menghargai waktu,tenaga dan keberanian yang dimilikinya. Banyak jalan yang bisa dilaluli untuk mengeksplore hal hal tersebut. Hal yang paling urgent dari ketiga hal diatas ialah waktu, waktu adalah pedang. Ketika seseorang tak bisa memanfaatkan waktunya maka waktu itu sendiri yang akan membinasakannya. Waktu yang dimiliki seorang wanita haruslah efektif. Hal terbaik untuk memenuhinya dengan memperbanyak ilmu pengetahuan juga pengalaman. Kewajiban kita selaku pemilik kekuasan feminisme ialah memaksimalkan quality time yang dimiliki. kurang efektif rasanya ketika seseorang mempelajari suatu ilmu saat berada diusia tua, sedangkan kita memahami bahwa waktu produktif untuk mendapati pendalaman ilmu ialah dimasa muda. Sepatah kata mengatakan mempelajari ilmu dimasa tua diibaratkan seperti mengukir tulisan diatas air dan memperdalam ilmu diwaktu besar bagai mengukir tulisan diatas batu. Hal ini membuktikan betapa besar peran waktu bagi kita.

Tenaga, hal utama untuk melaksanakan berbagai hak dan kewajiban. Mengapa demikian, hal ini didorong oleh kemauan keras. Tenaga yang dimiliki akan berpengaruh pada proses. Ketika kita tak memiliki tenaga yang cukup, maka kita akan lebih bisa memaksimalkan proses yang kita tuju, sebaliknya ketika kita tidak memiliki tenaga yang cukup maka kualitas proses yang kita lalui akan berkurang. Tenaga sebagai jalur penghidupan haruslah tercukupi, karena itu adalah simbol kedisiplinan waktu yang dimiliki oleh wanita beredukasi. Keberanian, hal ini pasti dimiliki oleh segala bentuk lapisan. Namun tergantung pada jenis keberanian mana yang telah kita capai. Kadar keberanian ini dapat kita asah secara intensif, dengan syarat semangat dan terselenggaranya dinamisasi untuk membiasakan diri untuk berani. Menjadi wanita beredukasi haruslah memiliki keberanian, hal ini didorong oleh tanggung jawab mereka sendiri dalam bidangnya. Karna tidak jarang manusia manusia pintar namun kurang bisa mengaplikasikan kepintaran mereka sendiri.

Sesuai dengan perkembangan masyarakat, semakin majunya zaman maka peran gender ini bisa saja berubah. Namun peran gender akan selalu ada dalam setiap langkah di laju peradaban. Akan bermunculan tunas tunas baru sehingga "nurture" akhirnya menjadi "second nurture" dan identitas gender menjadi sangat penting dalam pembentukan karakter bangsa.

J.S mill dan harriet taylor-mill berpendapat berpendapat agar persamaan pria dan wanita tercapai, anita tidak hanya diberi kesempatan yang sama dalam pendidikan, tetapi perlu pula berperan serta dalam kegiatan ekonomi dan hak sipil sama sam seperti pria. Hal ini dikemukakan sebab menurut keduanya, individu harus diberi hak untuk mengejar apa yang diinginkan, dengan syarat mereka tidak saling menjegal dalam usaha pencapaian apa yang diinginkannya.

Wanita melalui usahanya yang keras akan mampu menyamai lawan jenisnya. Namun wanita tak perlu mengorbankan pernikahan dan peran mereka sebagai ibu hanya untuk karir. Setinggi apapun karir yang diraih oleh seorang wanita tidak berarti dia harus menolak mencintai dan dicintai oleh pria atau menolak mengasuh anaknya. Wanita terhormat ialah wanita yang bermoral, wanita yang tetap memenuhi kodratnya namun juga cerdas intelektualnya, seorang wanita yang mendahulukan keluarganya diatas karirnya meskipun pada kenyataannya hal tersebut sangatlah sulit.

Sejalan dengan meningkatnya pengakuan akan pentingnya peranan wanita dalam pembagunan juga telah meningkatnya kesadaran serta pengakuan terhadap kelemahan perencanaan pembangunan dalam memperhatikan secara efisien peran wanita terhadap proses pembangunan maupun dampak pembangunan tersebut terhadap wanita. Hal ini disadari melalui faktor faktor empiris dari seluruh pelosok dunia dalam berbagai sektor utama pembangunan yang menunjukan kelemahan dalam desain proyek proyek pembangunan maupun dlam pelaksanaanya yang telah mengakibatkan kerugian pada wanita. Padahal secara konstitusi peranan wanita telah dicantumkan "peranan wanita dalam pembangunan bangsa" GBHN 1978,1983,1988,1993 serta pencantuman kebijaksanaan dan langkah-langkah serta progam-progam tentang "peranan wanita dalam pembangunan bangsa. Semua dasar dasar ini mencerminkan pandangan indonesia bahwa pada dasarnya upaya upaya pembangunan nasional merupakan tanggung jawab seluruh rakyat yang dinyatakan dengan berpartisipasi dalam proses pembangunan, baik laki laki ataupun perempuan.

Upaya peningkatan perhatian terhadap partisipasi wanita dan kemampuan mengintegrasikan kepentingan serta aspirasi wanita indonesia dalam perencanaan pembangunan negara dan konstitusi dilaksanakan dengan diikut sertakannya nilai nilai hak, kewajiban dan kesempatan dalam undang undang hak hak warga negara.

Menelaah berbagai pendapat besarnya kesempatan yang dimiliki oleh kaum wanita diera milenial menjadi sebuah keharusan untuk mengawal negara menjadi negara yang menjunjung tinggi integritas. Dan ujung serampai kata ini, semoga bermanfaat.

Salamku

Untuk kalian kartini katini muda

Yang siap menggoreskan tinta emas dalam rajutan asa



[1] Determinisme biologis; anatomy is destiny

[2] Ihromi, tapi omas. 1995. Kajian wanita dalam pembangunan. Yayasan obor indonesia, jakarta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun