Assalamualaikum wr wb, selamat malam semuanya.
Disini aku akan menceritakan pengalaman pribadi teman yang mengesankan. Cerita tersebut milik Mayla Zahwa Syabania, ia berumur 18 tahun.
 Setelah lulus dari Sekolah Dasar Mayla sedikit bingung, karena disatu sisi orang tuanya menyuruh ia untuk melanjutkan pendidikannya di pondok pesantren dan ia ingin mewujudkan perkataan orang tua nya, tetapi disisi lain ia ingin sekali melanjutkan pendidikannya di MTsN 1 Tangerang Selatan.
Kondisi dan situasi tersebut membuat Mayla bingung akan pilihan orang tuanya dan keinginannya sendiri. Mayla memutuskan untuk berkunjung dan melihat kondisi pesantren yang akan ia tempati, ia tidak sendirian melainkan bersama saudara yang akan melanjutkan pendidikan bersama. Setelah survei, ia tidak mau untuk melanjutkan pendidikannya di pesantren, bukan hanya itu tetapi saudaranya pun memiliki hal yang sama, ia tidak ingin melanjutkan pendidikannya di pesantren.
Mayla pun berbicara dengan orang tuanya, ia bilang kalau belum siap untuk melanjutkan pendidikan di pesantren dan bukan itu saja, Mayla tipe orang yang gabisa jauh dari orang tuanya atau bisa dibilang home sick. Orang tua Mayla pun memberikan nasihat. Mayla memutuskan untuk mendaftar di MTsN 1 Tangerang Selatan. Ia melalui beberapa tahapan, seperti berkas, tes dan lainnya. Dan Alhamdulillah, Mayla dinyatakan lulus dan menjadi bagian dari MTsN 1 Tangerang Selatan.
Lalu setelah 3 tahun menempuh pendidikan SMP, Mayla melanjutkan pendidikan SMA di Pondok Pesantren Al Adzkar yang terletak di Pamulang Timur, Tangerang Selatan. Di SMA ini Mayla ingin mewujudkan impian orang tunya agar salah satu dari 3 anak nya tersebut masuk Pondok Pesantren. Tidak mudah bagi Mayla untuk menghadapi situasi ini, hati kecilnya ingin menolak tetapi tidak bisa, karena ia tidak ingin mengecewakan orang tuanya. Mayla dan kedua orangtuanya mendatangi pondok pesantren tersebut untuk melihat lingkungan dan kondisi disana. Dalam benak Mayla, ia merasa tidak bisa untuk tinggal di sebuah lingkungan tersebut, karena semua akan ia kerjakan secara mandiri. Tetapi ia harus teguh dan percaya diri bahwa ia mampu untuk melewati ini semua dan ia ingin mendapatkan ridho kedua orangtuanya.
Mayla mengerjakan soal-soal tes yang terdiri dari pengetahuan umum, pengetahuan sosial, BTQ dan lainnya. Sambil menunggu waktu pengumuman hasil tes, ia berdoa kepada Allah untuk diberikan jalan yang terbaik apapun hasilnya. Tibalah hari pengumuman tes seleksi masuk SMA tersebut, Alhamdulillah Mayla dinyatakan lulus dan menjadi santri di Pondok Pesantren tersebut. Hari pun semakin cepat, Â Mayla mulai menyiapkan barang-barang yang ia ingin ia bawa, perasaan Mayla pun mulai gelisah karena ia akan menjalani kehidupan baru dipesantrennya dan akan jauh dengan kedua orangtuanya. Mayla anak yang dekat dengan orang tuanya, terutama dengan sang mama. Sebelum masuk ke pesantren, Mayla menghabiskan waktu dengan bermain bersama teman SMP, kumpul bersama keluarga dan lainnya. Saat nya Mayla untuk berangkat ke pesantren, sangat berat sebenarnya tetapi ia harus ikhlas dan ia ingat bahwa ia ingin membahagiakan kedua orang tuanya serta mendapatkan ridho orang tuanya. Hari demi hari Mayla jalani saat menjadi santri, pahit manisnya ia rasakan walaupun menangis setiap hari karena tahfidz nya. Mungkin ia hanya belum terbiasa karena ini masih awal bagi dirinya. Tahfidz disana menjadi syarat kelulusan, apabila tidak memenuhi syarat tersebut maka ijazahnya akan tertahan. Akhirnya ia pun mulai terbiasa dengan kegiatan dan kondisi disana, dan ia memenuhi syarat kelulusan.
Â
Cukup sekian cerita teman ku ini, semoga menarik ya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H