Mohon tunggu...
Dinda Deswita Choirunnisa
Dinda Deswita Choirunnisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Halo! Saya adalah mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prodi Jurnalistik. Semoga berita yang saya tulis bisa sesuai dengan kode etik dan bermanfaat untuk pembaca. Terbuka untuk kritik dan saran, terima kasih. 😊🙌

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Budaya Self-love Melalui Unggahan Influencer di Media Sosial

18 Desember 2023   20:25 Diperbarui: 18 Desember 2023   20:53 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Self-love atau mencintai diri sendiri sedang menjadi tren positif di dunia maya. Berbeda dengan narsistic, tren self-love berfokus pada positivity untuk dipancarkan ke sesama. Influencer berperan aktif dalam meningkatkan kesadaran pengguna media sosial akan rasa menghargai, mencintai, dan mengapresiasi diri sendiri. Media sosial sebagai aplikasi harian yang digunakan secara rutin dapat mempengaruhi penggunanya. Tren self-love akan berujung pada adanya upgrading di dalam diri sendiri.

Berjalan seiringan dengan kesadaran pengguna sosial akan pentingnya mental health, tren positif self-love juga semakin mencuat mencuri pandangan publik di dunia maya. Self-love adalah kata yang berasal dari bahasa Inggris, jika diterjemahkan memiliki arti mencintai diri sendiri. Tren ini adalah sebagai upaya untuk menyadarkan sesama agar lebih mencintai, menghargai, dan mengapresiasi diri sendiri. Mengutip tulisan Kampartrapost, dengan mempelajari tentang cara untuk mencintai diri sendiri, maka seseorang akan dengan mudah menerima keadaan yang ada pada diri sendiri baik pada masa lalu, sekarang, ataupun di masa yang akan datang.

Berbeda dengan narsistic, tren self-love lebih berfokus pada rasa syukur akan diri sendiri. Berfokus pada diri sendiri bukan berarti menjadi seseorang yang egois. Sejalan dengan unggahan Sohib Indonesia, self-love bukan tindakan narsisme karena merupakan dua hal yang berbeda. Jika narsis terlalu berlebihan mencintai diri dan berpotensi menjadi pribadi yang egois, self-love menciptakan perasaan untuk lebih paham terhadap kondisi kita. 

Tidak lagi ada keinginan membandingkan diri dengan orang lain karena tahu bahwa manusia tidak ada yang benar-benar sempurna. Perbuatan ini membuat seseorang menjadi lebih positif, bisa menjadi problem solver bagi diri, membantu mengatasi depresi, dan membangun hubungan yang sehat dengan lingkungan sekitarnya.

Tren mencintai diri sendiri ini sudah banyak digaungkan oleh influencer di akun media sosial pribadinya. Unggahan yang mengandung unsur accepting pada diri sendiri menjadi langkah awal menyadarkan pengikutnya untuk lebih menerima dan mencintai diri sendiri. Terkadang, kita sebagai manusia lebih mudah untuk menghargai orang lain dibanding memberikan penghargaan terhadap diri sendiri. 

Salah satu contohnya adalah influencer Amanda Zahra. Amanda, panggilannya, rutin mengunggah foto atau video dirinya yang memiliki tubuh berisi dengan dada dan bokong yang cukup besar. Bagi sebagian perempuan, hal ini menjadi insecurities yang sering ditutupi, tetapi  Amanda sering kali menyemangati pengikut perempuannya dengan sanjungan dan kata-kata positif untuk lebih mencintai diri sendiri apapun bentuk tubuhnya. 

Contoh lain ada Marion Jola yang kerap menyuarakan rasa cinta akan kulit eksotisnya. Marion Jola juga sering membagikan foto unggahan kulit eksotisnya disinari oleh cahaya matahari yang membuatnya terlihat semakin menawan. Adapun komentar positif di kolom komentar akun pribadinya yang memuji bahwa cantik tidak harus putih.

Pesatnya pertumbuhan teknologi, membuat banyak pengguna yang semakin melek akan media sosial. Laporan We Are Social menunjukkan, jumlah pengguna aktif media sosial di Indonesia sebanyak 167 juta orang pada Januari 2023. Jumlah tersebut setara dengan 60,4% dari populasi di dalam negeri. Adapun, waktu yang dihabiskan bermain media sosial di Indonesia mencapai 3 jam 18 menit setiap harinya. Durasi tersebut menjadi yang tertinggi kesepuluh di dunia. Angka ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia menjalani hari-harinya dengan melihat konten yang seliweran di media sosial. 

Tentu ini berhubungan dengan para influencer yang kerap kali kontennya masuk ke beranda FYP (For Your Page) atau suggested content di media sosial pengguna. Pengaruh yang dibawa pun juga bukan main. Banyak akun penjual yang memberi ulasan baik terhadap endorsement atau kerja sama yang dilakukan oleh beberapa influencer. Salah satunya adalah endorsement pada Fadil Jaidi. 

Beberapa akun penjual sambal, daster, dan barang lainnya mengatakan bahwa penjualan dan engagement toko mereka naik drastis. Fenomena ini menunjukkan bahwa peran influencer di media sosial sangatlah besar. Oleh sebab itu, tren self-love melalui unggahan influencer dirasa tepat untuk menaikkan kesadaran orang-orang akan rasa cinta terhadap diri sendiri.

Melalui tren positif self-love dengan unggahan para influencer, pada akhirnya akan membawa diri sendiri kepada upgrading. Ketika kita sudah menerima dan mencintai diri sendiri, tentunya kita akan merawat diri sendiri dan membawa diri sendiri ke tingkat terbaiknya. Unggahan influencer di media sosial tentang beauty tips, fashion, lifestyle, dan perawatan diri lainnya akan mempengaruhi kita untuk melakukan hal yang terbaik bagi diri sendiri. Hal ini akan berujung pada upgrading dan meningkatnya rasa percaya diri. Dengan begitu, kita bisa menyebarkan tren self-love dengan positivity dan rasa percaya diri yang kita miliki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun