Ketua Tim Vaction, Fathia Islamiyatul Syahida mengungkapkan, penelitian tersebut dilatarbelakangi dengan rendahnya tingkat presentase masyarakat Indonesia yang bersedia untuk divaksin. Selain itu, Fathia menyadari bahwa media sosial menjadi tantangan terbesar dari rendahnya presentase tersebut.
Kemudahan individu dalam mengunggah persepsi negatif di media sosial didukung dengan adanya komunikasi peer-to-peer yang menyebabkan media sosial dijadikan alat komunikasi utama bagi para penolak vaksin. "Tentu saja media sosial menjadi tantangan yang besar dalam keberhasilan program vaksinasi khususnya di Indonesia," tegas Fathia, saat memberi keterangan kepada Humas UPI, di kampus UPI Bumi Siliwangi, Kota Bandung, Jawa Barat, Jumat (19/9).
Berangkat dari permasalahan tersebut, Fathia dan ketiga anggotanya melakukan penelitian untuk mengetahui pola, cara, dan kebiasaan para penolak vaksin dalam melakukan penolakan di Facebook sebagai upaya penyelesaian permasalahan terkait program vaksinasi yang ada di Indonesia. Â "Penelitian yang dilakukan tidak terlepas dari bimbingan dosen pendamping kami, Pak Tito, yang selalu memberikan arahan dan saran dalam keberhasilan riset sosial humaniora yang kami lakukan," ungkap Fathia.
Anggota tim, Dinda Dania Nadine Asy Syifa, menjelaskan dengan rinci bahwa tujuan dari penelitian yang mereka lakukan untuk mendeskripsikan bagaimana entitas atau budaya baru kelompok penolak vaksin yang terbentuk di ruang virtual Facebook, mengidentifikasi bagaimana pola;cara;kebiasaan mereka dalam melakukan penolakan melalui Facebook, dan mendeskripsikan bagaimana Facebook mampu memediasi individu penolak vaksin dengan latar belakang budaya yang berbeda membentuk suatu entitas baru di ruang virtual.
Indira Kirani Putri, anggota tim lainnya, menambahkan bahwa mereka memfokuskan penelitiannya pada kajian etnografi virtual dengan mengkombinasikan observasi dengan analisis konten, wawancara semi terstruktur, dan studi dokumentasi. "Di penelitian ini, kami memilih 10 orang penolak vaksin di Facebook yang terdiri dari wanita dan pria dalam rentang usia 29 -- 55 tahun untuk diwawancarai. Selain itu, kami melakukan observasi terhadap lebih dari 200 postingan ponolakan vaksin di Facebook," jelas Indira.
M. Fathan Haidar Januar juga turut melengkapi bahwa temuan dalam penelitian yang dilakukan Tim Vaction bisa dijadikan rekomendasi untuk membuat strategi komunikasi yang efektif untuk mendukung program vaksinasi di media sosial. "Luaran utama dari penelitian kami berupa original article dan prototipe aplikasi "Yakin Vaksin" sebagai sarana edukasi dan informasi terkait vaksinasi secara terbuka kepada masyarakat," tutup Fathan.
Melalui program PKM ini, diharapkan mahasiswa mampu tumbuh dan berkembang serta peka terhadap kondisi sosial yang saat ini terjadi. Dalam pelaksanaanya, UPI memberikan apresiasi setinggi-tingginya terhadap 82 tim mahasiswa yang lolos didanai oleh Dikti dan menyambut baik kegiatan ini dengan melihat sisi kebermanfaatan bagi segenap mahasiswa peserta PKM.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H