Mohon tunggu...
Dinda Artista
Dinda Artista Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ideologi Dimas Kanjeng dan Demokrasi

18 Oktober 2016   16:43 Diperbarui: 18 Oktober 2016   16:55 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

1. IDEOLOGI DIMAS KANJENG

Kasus yang sedang marak dibicarakan oleh khalayak umum ini salah satunya adalah kasus mengenai sang Dimas Kanjeng Taat Pribadi, seorang yang dianggap oleh beberapa golongan masyarakat dengan kekharismatikannya dan dikenal sebagai seorang yang memiliki kelebihan yaitu dapat menggandakan uang serta memiliki ribuan emas batangan dari hasil kesaktian dalam menggandakan uang dan emas yang bisa disebut dengan ‘kharohmah” itu. 

Seorang Dimas Kanjeng inipun juga dapat menghipnotis ratusan bahkan ribuan masyarakat untuk membutakan akal sehat mereka untuk menganut ajarannya yang dapat dibilang sesat, bahkan sang professor lulusan luar negeri pun bersedia didapuk sebagai Ketua Padepokan Kanjeng Dimas Taat Pribadi, takluk oleh kecerdikan sang Kanjeng. 

Sebelum kebusukan manusia setengah dewa terbongkar ke media, Dimas tega menghabisi kedua penganut tersebut. Namun, pada akhirnya terungkap juga kelicikannya, sepandai-pandainya menyimpan bangkai akhirnya tercium juga pepatah tepat untuk Taat.

Gagasan-gagasan segar Dimas Kanjeng Taat Pribadi itu bukan hanya seorang diri. Jujur saja, sebagian besar kita pernah bermimpi menjadi Dimas Kanjeng. Kerja sedikit, ongkang-ongkang kaki, tapi duitnya segudang. Pengikut Dimas Kanjeng tersebar hingga pelosok desa. Jika dilihat dari segi ideologinya, Ideologi Dimas Kanjeng tidak mempedulikan proses, ideologi yang mencela proses, berpikiran hasil jauh lebih penting, tetek bengek proses menyebalkan toh pungli tetap jalan. Dia ingin dianggap sebagai Tuhan: “Kun Faya Kun” Jadilah maka terjadilah. Cara berfikir Dimas Kanjeng mampu merekrut banyak orang hingga banyak pengikutnya. Mereka yang mau cepat kaya denga cara instant dan curang.

2. DEMOKRASI PANCASILA & DEMOKRASI KI HAJAR DEWANTARA

A. Demokrasi Pancasila

Demokrasi Pancasila disini diartikan menurut buku yang ditulis oleh Sri Soemantri, yaitu demokrasi secara letterlijk sampai berbagai corak yang ada di dunia. Dan untuk membedakan antara demokrasi satu dengan lainnya, sampai pada akhirnya muncul berbagai macam predikat demokrasi, misalnya seperti social democracy, liberal democracy, people democracy, guide democracy dan lain sebagainya. 

Demokrasi menurut Sri ini memiliki empat unsur penting yang dapat membedakan antara demokrasi di negara lain, yang pertama adanya unsur keyakinan keadaan masyarakat yang senantiasa brubah ubah dan bergerak ke arah yang lebih maju, unsur keyakinan perubahan masyarakat ini terjadi karena dorongan dari perbuatan manusia dan oleh karenanya manusia dapat dan harus berbuat untuk membentuk keadaan yang lebih maju, unsur keyakinan bahwa di dalam kehidupan bermasyarakat/bernegara harus ada toleransi, konsesi dan harus saling beri memberi, unsur terakhir yaitu adanya keyakinan dan kebenaran akal sehat yang pada akhirnya akal sehatlah yang akan mencapai kemenangan di atas akal tidak sehat.rumusan yang dibuat oleh Sri tentang Demokrasi Pancasila adalah “kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan yang mengandung semangat Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia dan keadilan sosial.

b. Demokrasi Ki Hajar Dewantara

Ki Hajar Dewantara mengartikan bahwa Demokrasi yang sedang terjadi adalah demokrasi terpimpin, demokrasi terpmpin ini terjadi karna semata mata digunakan hanya untuk kepentingan politik.dalam fase perjuangan rakyat. Seperti hal nya dalam dunia Taman Siswa, yang dianggap sebagai sendi hidup dan penghidupannya.tentang maksud keTamansiswaan ini ialah harus adanya hubungan antara asas kerakyatan dan cita cita peri keadaban manusia. Dalam soal demokrasi kepemimpinan adalah tiap tiap anggota berhak dan berkuasa menentukan bentuk dan tempatmya, masing masing berhak dan berkuasa pula mewujudkan hidup dan penghidupannya secara bebas dan merdeka. 

Tetapi dalam itu untuk memenuhi syarat syarat kesatuan dalam lingkungan hidup peri kemanusiaan yang tidak boleh menyimpang dari hukum yang lahir, perlulah adanya pimpinan yang harus diakui dan ditaati secara mutlak. Paham paham yang dijabarkan oleh beberapa tokoh seperti Sutatmo Surjokusumo dan Mas Marco memiliki semboyan yang hampir sama yaitu mengenai kebenaran dan keadilan, dan berkewajiban menyesuaikan cita cita pendidikan serta sifat organisasi yang harus memadai keprbadian bangsa ini. 

Selain itu Ki Hajar Dewantara sendiri juga memiliki semboyan Tut Wuri Handayani, yang dapat diartikan Tut Wuri yaitu mengikuti di belakang, tetapi tidak melepaskan anak didik dari pengawasan. Berjalan di belakang berarti memberi kebebasan kepada anak anak untuk melatih mencari jalan sendiri, sedangkan sebagai pendidik wajib memberi koreksi. Kebebasan inilah yang sebenarnya merupakan demokrasi, sedngkan pimpinan yang wajib terus mengawasi tidak lain daripada kebijaksanaan sang pamong, dengan kata lain harus ada Demokrasi Terpimpin. Demokrasi terpimpin ini digunakan untuk keperluan masyarakat.karena keselamatan, kebahagiaan hidup rakyat serta hidupnya kepribadian bangsa adalah dasar dari itu semua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun