Dalam sebuah perselisihan, Hanafi pergi ke Betawi meninggalkan ibu, istri, dan anaknya untuk berobat karena digigit anjing gila dan secara kebetulan bertemu Corrie yang sedang berduka atas kematian ayahnya. Hubungan mereka pun terjalin kembali dan mereka sepakat untuk menikah setelah Corrie setuju dengan keinginan Hanafi karena merasa kesepian.Â
Sementara itu, Rapiah dengan sabar menunggu kabar dari Hanafi yang akhirnya mengirimkan surat perceraian. Dengan hati yang lapang, Rapiah menerima keputusan itu, meskipun sangat menyakitkan bagi dirinya dan ibunda Hanafi. Mereka yang kemudian memutuskan pindah dari Solok ke Koto Anau.Â
Kehidupan rumah tangga Hanafi dan Corrie ternyata penuh pertengkaran. Karena kesalahpahaman, Hanafi menuduh Corrie selingkuh dan memaksanya meninggalkan rumah. Setelah Corrie dibawa Nyonya Van Dammen ke Semarang, Hanafi sadar dan mencoba mencarinya. Hanafi mendapat berita dari Nyonya Van Dammen bahwa Corrie di Semarang dan sedang mengidap penyakit kolera. Dengan cepat, Hanafi bergegas menemui Corrie di rumah sakit dan pada hari itu Corrie meninggal sebelum mereka dapat bertemu lagi.
Kehilangan Corrie menimbulkan penyesalan mendalam dalam diri Hanafi dan menyadarkannya akan semua kesalahan dan kekerasan yang dilakukan terhadap kedua istrinya. Ia pulang ke Sumatera Barat, meminta maaf kepada ibunya, Rapiah, dan Syafei atas sikapnya yang penuh amarah dan tak berperasaan. Meskipun masyarakat sulit menerimanya kembali, ibu Hanafi memaafkannya dengan tulus. Pada akhirnya, Hanafi memilih mengurung diri di Koto Anau dan didera penyesalan sampai ia meminum racun sublimat untuk mengakhiri hidupnya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H