1. Perkembangan Konsep DiriÂ
Konsep diri adalah aspek penting dari kepribadian, mencakup persepsi, nilai, dan kesadaran diri. Ini adalah gambaran tentang identitas seseorang, termasuk karakteristik pribadi, pengalaman, peran, dan status sosial. Konsep diri terbentuk melalui interaksi sosial dan berpengaruh pada komunikasi (Riswandi, 2013).
Aspek-aspek Konsep Diri
Menurut Song dan Hattie (1984), konsep diri terdiri dari dua aspek: Â
- Konsep Diri Akademis: Kemampuan dalam akademik dan persepsi terhadap prestasi. Â
- Konsep Diri Non-Akademis: Terbagi menjadi konsep diri sosial (peran dalam masyarakat) dan penampilan diri (penilaian terhadap fisik).
Perkembangan Konsep Diri
Konsep diri positif mendukung pengendalian emosi yang baik. Dukungan orangtua dan interaksi sosial positif penting untuk mengurangi kecurigaan anak. Komunikasi yang baik dan pujian dari orangtua dapat membentuk identitas sosial yang positif.
Fungsi Konsep Diri
- Konsep Diri Positif: Mendorong adaptasi, percaya diri, dan optimisme. Ciri-cirinya meliputi sikap menerima diri dan keinginan untuk memperbaiki diri. Â
- Konsep Diri Negatif: Menyebabkan pesimisme dan kesulitan melihat peluang, dengan ciri seperti sensitivitas terhadap kritik.
Konsep Diri dan Pengaruhnya Terhadap Tingkah LakuÂ
Adversity Quotient (AQ) mengukur kemampuan menghadapi kesulitan. Siswa dengan AQ tinggi aktif dalam mencari solusi dan memanfaatkan peluang. Dimensi AQ mencakup kontrol situasi, tanggung jawab, dan ketahanan diri.
2. Perkembangan Emosi
Emosi berasal dari kata Latin "emovere," yang berarti gerak menjauh. Emosi dapat diartikan sebagai tindakan yang mencerminkan kecenderungan untuk bertindak secara intens. Menurut Fauzi (2004), perasaan dan emosi berbeda, meskipun keduanya merupakan pengalaman yang tidak memiliki batas yang jelas.
Ciri-ciri EmosiÂ
Ada empat ciri utama emosi: Â
  a. Pengalaman Pribadi: Emosi bersifat subjektif dan unik bagi setiap individu, meski beberapa rangsangan umum bisa memicu reaksi emosional serupa. Â
  b. Perubahan Jasmaniah: Emosi menyebabkan perubahan fisik yang berbeda bagi setiap orang, misalnya, detak jantung yang meningkat saat marah. Â
  c. Ekspresi Perilaku: Emosi tercermin dalam perilaku, terutama melalui ekspresi wajah dan bahasa tubuh, seperti wajah yang memerah saat marah. Â
  d. Emosi sebagai Motif: Emosi berfungsi sebagai pendorong tindakan, apakah menjauhi atau mendekati objek yang memicu emosi tersebut. Emosi positif cenderung mendekatkan, sedangkan emosi negatif menjauhkan.
Macam-macam Emosi
a. Takut, Cemas, dan Khawatir: Emosi ini muncul akibat merasa terancam. Rasa takut biasanya terkait dengan ancaman yang jelas, sedangkan cemas dan khawatir berhubungan dengan ancaman yang kurang pasti. Kecemasan dan kekhawatiran dapat menjadi motivasi jika intensitasnya ringan, namun jika terlalu kuat, dapat berdampak negatif baik secara psikologis maupun fisik.
b. Marah dan Permusuhan: Emosi ini bersifat menyerang dan sering dianggap negatif, meskipun merupakan respons normal. Marah dan permusuhan bisa konstruktif jika diungkapkan dengan cara yang tepat dan tidak berlebihan, membantu individu menyesuaikan diri dengan lingkungan dan memenuhi kebutuhan mereka.
c. Rasa Bersalah dan Rasa Duka: Kedua emosi ini muncul akibat kegagalan atau kesalahan terkait norma. Mereka dapat berfungsi positif sebagai koreksi diri, asalkan intensitasnya tidak terlalu tinggi dan diterima sebagai bagian dari proses belajar.
3. Perkembangan Moral, Nilai, dan Sikap
Dalam KBBI, moral adalah pedoman perilaku baik dan buruk yang diakui masyarakat, meliputi tindakan, sikap, dan norma etika. Secara etimologis, "moral" berasal dari Latin "mos" (jamak: "mores") yang berarti kebiasaan, merujuk pada akhlak sesuai norma sosial. Moral berfungsi sebagai panduan bagi individu dalam bertindak sehari-hari. Nilai adalah acuan untuk menilai atau memberikan bobot pada sesuatu, baik dalam aspek akademis, sosial, maupun moral, mencakup prinsip penting seperti kejujuran dan tanggung jawab. Sikap adalah kecenderungan individu untuk merespons objek, individu, atau situasi tertentu, mempengaruhi perilaku dan keputusan. Tingkat pendidikan seseorang berperan dalam pembentukan sikap, yang juga dipengaruhi oleh lingkungan dan keyakinan pribadi.
Hubungan antara Moral, Nilai, dan Sikap
Nilai, moral, dan sikap memiliki keterkaitan. Nilai menjadi dasar pertimbangan tindakan, moral mengatur perilaku yang seharusnya, sementara sikap mencerminkan respons individu terhadap nilai dan moral tersebut.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Moral, Nilai, dan Sikap
- Lingkungan Keluarga: Keluarga adalah pengaruh pertama dalam pembentukan nilai dan sikap. Didikan orangtua berperan besar; hubungan yang kurang baik dapat menghambat perkembangan moral.
- Lingkungan Sekolah: Sekolah adalah tempat pembelajaran norma sosial dan nilai moral. Pengaruh guru sangat penting dalam membantu anak-anak memahami perilaku yang baik.
- Lingkungan Sosial: Interaksi dengan teman sebaya dan komunitas memperkaya pemahaman norma dan perilaku yang diterima.
- Lingkungan Masyarakat: Kontrol sosial dalam masyarakat, termasuk sanksi bagi pelanggar norma, turut membentuk perilaku individu.