Beautifully Painful: Mental Health Issues
Belakangan ini, mental health issue telah menjadi perhatian bagi banyak orang. Positifnya, banyak orang yang aware dengan kesehatan mentalnya, sehingga lebih cepat ditangani oleh profesional. Negatifnya, I think it couldn't be negative but banyak banget yang akhirnya me-romantisasi masalah kesehatan mental tersebut. Sebelum itu, coba kita cari tahu apasih mental health issues?
Mental Health Issues adalah, gangguan kesehatan mental yang mengacu pada berbagai kondisi yang mempengaruhi pikiran, perasaan, suasana hati, atau perilaku seseorang. Kondisi ini bisa terjadi sesekali atau berlangsung dalam waktu yang lama (sumber: alodokter.com)
Gangguan kesehatan ini juga banyak jenis dan faktor penyebabnya. Meski tidak terlihat sebagai sesuatu yang mengganggu fungsi organ tubuh, kondisi ini bisa menyebabkan penderitanya tidak bisa berfungsi dan bersosialisasi sebagaimana harusnya. Mental illness juga membuat penderitanya rentan menyakiti dirinya sendiri (sumber: alodokter.com)
Kemudian, apa yang dimaksud romantisasi gangguan kesehatan mental? Fenomena dengan penggambaran gangguan mental sebagai sesuatu yang estetik, atraktif, glamor, dan kekinian.
Oke, tren me-romantisasi gangguan kesehatan mental menjadi sesuatu yang estetik, kekinian bahkan glamor itu berlebihan. Hal tersebut dapat membuat generasi selanjutnya memandang bahwa memiliki mental health adalah sesuatu yang keren. Sadar atau engga, udah berapa banyak anak muda membuat self-diagnose dengan ukuran yang tidak tepat pastinya, hanya karena ingin ikut tren tersebut. Padahal, penyintas gangguan kesehatan mental yang sesungguhnya sangat amat struggle dalam menghadapi penyakitnya.
Akibatnya apa kalo kita terus me-romantisasi gangguan kesehatan mental? Yap, kita jadi generasi rapuh, yang stress karena ada masalah dikit butuh healing. Ya memang tidak ada yang salah dengan healing, tapi apa begitu cara generasi muda menyelesaikan masalah? Dengan healing?! Sesuatu yang tidak sesuai dengan standart yang dimilikinya, dibilang toxic, padahal dirinya sendiri yang toxic.
So, stop untuk me-romantisasi gangguan kesehatan mental. Serius, itu bukan masalah kecil, apalagi menyangkut kesehatan yang bukan sesuatu hal untuk dibuat estetik, ataupun tren. Benar kita harus aware dengan kesehatan mental kita, tapi tidak dianjurkan untuk self diagnose, apalagi dengan tujuan menjadi keren karena ikut tren, lekas pergi ke profesional.
Untuk para penyintas gangguan kesehatan mental, seperti yang dikatakan oleh John Green
"Ada harapan, bahkan ketika otakmu mengatakan tidak ada"
#WorldMentalHealthDay 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H