Ada bagian dalam novel tersebut di mana Cello menceritakan tentang label "Playboy" yang ada pada dirinya kepada Helga. Label tersebut hanyalah pandangan orang-orang kepadanya karna ia senang berteman dengan banyak orang. Sifatnya yang terlalu "friendly" membuat banyak perempuan berharap menjalin hubungan yang lebih jauh dengannya.Â
Bukan karena itu saja saya mengubah pandangan saya mengenai kekurangan Cello menjadi sebuah kelebihan tetapi juga karena penulis yang berhasil menggambarkan bagaimana perjuangan Cello untuk mendapatkan Helga---perempuan yang disukai, bagaimana Cello mencoba menghapus label buruknya dari pandangan Helga, dan bagaimana Cello benar-benar serius untuk membantu Helga keluar dan melawan rasa takutnya terhadap sebuah hubungan.
 Tiap pembaca memiliki definisi "sempurna" yang berbeda-beda untuk karakter fiksinya. Menurut saya, karakter Cello pada novel ini menjorok ke arah "sempurna" untuk seorang laki-laki. Mulai dari latar belakang Cello yang merupakan anak seorang mafia saja sudah membuat saya bertanya-tanya, Apakah benar-benar ada laki-laki seperti Marcello---anak seorang mafia yang mau berteman dengan siapa saja dengan mudahnya?
 Lalu setelah membaca kembali muncul pertanyaan lain di dalam kepala saya, Apakah ada laki-laki seperti Marcello yang mau membantu seseorang keluar dari ketakutannya terhadap sebuah hubungan? Apakah ada laki-laki seperti Marcello yang menghargai juga mencintai seseorang sebagaimana Cello menghargai dan mencintai Helga? Bagaimana penulis mengubah kekurangan Cello menjadi sebuah kelebihan pada akhir cerita semakin membuat karakter laki-laki pada novel ini dekat dengan kata "sempurna".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H