Mohon tunggu...
dinda ayu
dinda ayu Mohon Tunggu... -

Q adalah Q Takkan seorangpun yang tahu Kecuali SANG MAHA CINTA TERTINGGI Dialah RabbQ Q adalah Q seorang hamba yang dhoif milik PenciptaQ Q adalah Q Gadis mungil yang terlahir dari rahim wanita penuh kasih Dialah ibuQ Ibu yang selalu mencintaiQ Ibu yang selalu membelai lembut hatiQ Q adalah Q hamba yang terlahir tatkala kokok ayam bertalu Q adalah Q laksana fajar yang mengganti malam sebab itu ayahQ memberi nama panjang terindahQ DINDA AYU Tatkala Q buka mata kecilQ Q dapati desah nafas penuh kasih ortuQ yang menyambut penuh suka cita diriQ Q adalah Q terlahir di negeri elok rupawan Indonesia negeriQ, di sebuah kota mungil istanaQ bogor di perkampungan sejahtera dan bahagia anggrek No. 17 Q adalah Q pekerja keras yang tak hentinya mencari dan terus mencari hakekat kehidupan melalui ayat kauniyah yang terbentang luas membiru Q adalah Q yang kini mendekam dalam perniagaan terindah RabbQ yang selalu mengemakan takbir dan kalimatut toyyibah dalam lisan & sanubariQ Q adalah Q yang kan menjemput istana hijau perniagaan yang selalu menantiQ dan kamu yang selalu berupaya mencari oase kasih abadi milik-nya Q adalah Q yang ingin Q beri tahu padamu bahwa Q adalah Q insan yang masih mengharap jejari lembut menuju ISTANA TUHANq

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Antara Sabar dan Mengeluh

7 Maret 2010   12:54 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:34 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Pada zaman dahulu ada seorang yang bernama Abul Hassan yang pergi haji di Baitul Haram. Diwaktu tawaf tiba-tiba ia melihat seorang wanita yang bersinar dan berseri wajahnya. "Demi Allah, belum pernah aku melihat wajah secantik dan secerah wanita itu, tidak lain itu pasti kerana tidak pernah risau dan bersedih hati." Tiba-tiba wanita itu mendengar ucapan Abul Hassan lalu ia bertanya, "Apakah kamu tau saudaraku ? Demi Allah aku tetap terbelenggu oleh perasaan dukacita dan luka hati kerana risau,
Abu Hassan bertanya, "apa hal yang merisaukanmu ?" Wanita itu menjawab, "Pada suatu hari ketika suamiku sedang menyembelih kambing korban, saat itu aku mempunyai dua orang anak yang sudah aga besar dan yang satu masih menyusu, dan ketika aku bangun untuk membuat makanan, tiba-tiba anakku yang agak besar berkata pada adiknya, "Hai adikku, maukah aku tunjukkan padamu bagaimana ayah menyembelih kambing ?" Jawab adiknya, "Baiklah kalau begitu ?"
Lalu disuruh adiknya baring dan disembelihkannya leher adiknya itu. Kemudian dia merasa ketakutan setelah melihat darah yang keluar dan iya lari ke bukit di sana ia dimakan oleh serigala, lalu ayahnya pergi mencari anaknya itu sehingga mati kehausan dan ketika aku letakkan bayiku untuk keluar mencari suamiku, tiba-tiba bayiku merangkak menuju ke periuk yang berisi air panas, ditariknya periuk tersebut dan tumpahlah air panas terkena ke badannya habislah kulit badannya. Berita ini terdengar kepada anakku yang telah menikah dan tinggal di daerah lain, maka ia jatuh pengsan hingga sampai menuju ajalnya. Dan kini aku tinggal sebatang kara di antara mereka semua."
Lalu Abul Hassan bertanya, "Bagaimanakah kesabaranmu menghadapi semua musibah yang sangat hebat itu ?" Wanita itu menjawab, "Tiada seorang pun yang dapat membedakan antara sabar dengan mengeluh melainkan ia menemukan di antara keduanya ada jalan yang berbeda. Adapun sabar dengan memperbaiki yang lahir, maka hal itu baik dan terpuji akibatnya. Dan adapun mengeluh, maka orangnya tidak mendapat ganti yakni sia-sia belaka."

Demikianlah cerita di atas, satu cerita yang dapat dijadikan tauladan di mana kesabaran sangat dimulykan oleh agama dan harus dimiliki oleh setiap orang yang mengaku beriman kepada Allah s.w.t. dalam setiap terkena musibah dan cobaan dari Allah. Kerana itu Rasulullah s.a.w bersabda dalam firman Allah s.w.t. dalam sebuah hadith Qudsi,:
"Tidak ada balasan bagi hamba-Ku yang Mukmin, jika Aku ambil kekasihnya dari ahli dunia kemudian ia sabar, melainkan syurga baginya."

Begitu juga mengeluh. Perbuatan ini sangat dikutuk oleh agama dan hukumnya haram. Kerana itu Rasulullah s.a.w bersabda,:
" Tiga macam daripada tanda kekafiran terhadap Allah, merobek baju, mengeluh dan menghina nasib orang."
Dan sabda Rasulullah s.a.w pula, " Mengeluh itu termasuk kebiasaan Jahiliyyah, dan orang yang mengeluh, jika ia mati sebelum taubat, maka Allah akan memotongnya bagai pakaian dari api neraka." (Riwayat oleh Imam Majah)
Semoga kita dijadikan sebagai hamba Tuhan yang sabar dalam menghadapi segala musibah.         amin Allah huma amin..........

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun