Perempuan dalam panggung sejarah manusia selalu didefinisikan sebagai makhluk yang lemah baik secara fisik maupun psikis. Seiringnya perkembangan zaman, pandangan tersebut kian bergeser, peran dari seorang perempuan telah semakin kompleks terutama perempuan yang sudah menjadi seorang ibu. Selain harus mengurus urusan rumah tangga, seorang ibu juga dapat bekerja secara rutin untuk menafkahi sebuah keluarga. Namun dikarenakan banyaknya hal yang tidak terduga, terdapat banyak ibu yang menjadi tulang punggung keluarga. Alhasil sang ibu kewalahan dalam membagi waktu dan menyeimbangkan permasalahan pekerjaan dan rumah tangganya, terutama  apabila sang ibu mempunyai seorang anak, karena seperti yang diketahui, anak memerlukan perhatian ekstra oleh ibunya.
Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan pernikahan, adopsi, kelahiran yang tujuannya untuk menciptakan dan mempertahankan upaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik mental, emosional, dan sosial setiap anggota keluarga (Harnilawati,2013). Di dalam keluarga, setiap anggota keluarga memiliki peran yang berbeda-beda. Pada umumnya, ayah berperan memimpin keluarga, bertanggung jawab untuk menyediakan kebutuhan hidup, serta perlindungan bagi keluarga. Sedangkan Ibu berperan penting dalam mengatur kesejahteraan rumah tangga, bertanggung jawab atas pengasuhan anak-anak, serta menjadi pendamping bagi suaminya.
Semua orang pasti mempunyai harapan yang besar untuk menciptakan kesejahteraan dalam kehidupan keluarganya. Pada dasarnya, kesejahteraan keluarga adalah suatu kondisi dinamis keluarga ketika terpenuhi kebutuhan fisik, material, mental, spiritual dan sosial, yang memungkinkan keluarga dapat hidup wajar sesuai dengan lingkungannya serta memungkinkan anak-anak tumbuh kembang dan memperoleh perlindungan yang diperlukan untuk membentuk sikap mental dan kepribadian yang matang sebagai sumber daya manusia yang berkualitas.Â
Pada beberapa kasus, di dalam keluarga terdapat ibu yang berperan sebagai pencari nafkah tunggal (single income), hal ini bukannya hal yang umum, karena umumnya ayahlah yang berperan sebagai pencari nafkah. Penyebab utama keberadaan ibu sebagai pencari nafkah tunggal (single income) adalah ketidakmampuan ayah mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga, sehingga ibu harus melakukan peran ganda, yaitu berperan di dalam keluarga maupun pekerjaannya .Â
Seorang ibu berperan ganda memiliki banyak tantangan yang sering kali tidak disadari dan tidak didukung. Pada keluarga yang terdapat seorang ibu pencari nafkah, perasaan khawatir akan tidak dapat memanajemen waktu untuk kesejahteraan keluarga adalah perasaan yang sering dialami. Faktanya, empat dari sepuluh ibu bekerja penuh waktu mengatakan bahwa mereka selalu merasa tergesa-gesa ketika melakukan kegiatan apapun. Ibu yang bekerja penuh juga menghabiskan terlalu sedikit waktu dengan anak-anak, teman-teman, serta tidak cukup waktu mengejar hobi atau minat, dan terlalu sedikit waktu dengan pasangannya.Â
Ibu yang berperan ganda dapat berdampak pada anak yang kurang pengasuhan. Dikarenakan peran yang tidak optimal dapat mengakibatkan anak mengalami pola asuh permisif, sehingga anak tumbuh menjadi anak yang tidak percaya diri, ingin menyakiti orang lain, ingin menang sendiri, tidak mandiri, dan kurang bertanggung jawab. Anak-anak juga mengalami masalah di sekolah pada masa remajanya. Pola asuh permisif, yang memberikan kebebasan kepada anak untuk melakukan apa saja yang diinginkannya, sangat tidak kondusif bagi perkembangan kepribadian anak.Â
Anak tetap membutuhkan bimbingan dari orang tuanya untuk mengetahui aturan hidup tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Membiarkan, apalagi memberi terlalu banyak kebebasan membuat anak bingung dan mungkin tertipu. Orang tua memang menjelaskan larangan yang tidak boleh dilakukan anak, tetapi karena kurangnya pengasuhan, orang tua dapat berpegang teguh pada kompromi yang berlebihan dengan anak sehingga anak dapat memanipulasinya. Anak yang mengalami pola asuh demokratis memiliki harga diri yang tinggi, percaya diri, mandiri, memiliki pengendalian diri, berani, dan senang belajar di lingkungannya. Secara kuantitas, tumbuh kembang anak yang sehat juga ditentukan oleh kualitas pengasuhan yang diterima.
Pengasuhan yang kurang optimal karena ibu berperan ganda dapat dihindari jika orang tua menyediakan waktu secara  kuantitatif dengan memperhatikan kualitasnya, ibu yang mempunyai sikap  tanggap dan responsif dalam pengasuh anak, mempunyai pengetahuan tentang gizi, kesehatan,  pengasuhan,  dan  mengenal  konsep perkembangan anak.
Dalam penelitian ini, kami melakukan wawancara  dengan narasumber yang berinisial CI. Ia merupakan ibu yang berperan ganda dan juga menjadi tulang punggung keluarga setelah kematian suaminya. Berdasarkan penelitian dan observasi, ditemukan bahwa CI yang merupakan ibu berperan ganda memiliki banyak kesulitan. Masalah yang dihadapi CI adalah terkait dengan keseimbangan waktu. Karena ketika CI bekerja, terkadang ada masalah keluarga yang muncul sehingga  membuat salah satu  peran menjadi tidak optimal. Selain itu, masalah yang dialami ibu CI sebagai single income adalah pemasukan yang hanya dari satu orang saja yang membuat sangatlah tidak efektif sebagai parameter kesejahteraan keluarga.
Pada dasarnya, keluarga single income mendapatkan akumulatif pendapatan yang lebih rendah daripada keluarga double income. Lantas, hal tersebut diperparah dengan inekualitas pendapatan pada gender yang berbeda. Dari studi kasus wawancara yang telah dilaksanakan, Ibu CI juga mengatakan bahwa semua permasalahan ada jalan tengahnya, termasuk dengan peran ganda yang dijalani pada kesehariannya memiliki beberapa solusi. Berikut adalah solusi yang diberikan Ibu CI adalah memanajemen waktu dengan bijak, selalu memiliki satu backup plan ketika berurusan dengan suatu permasalahan, mempersiapkan diri secara mental dan finansial dalam menghadapi resiko kehilangan penghasilan anggota keluarga lain sehingga adanya transisi single income, dana yang telah disiapkan dapat dipakai secukupnya, mengajari kemandirian kepada anak, dan mengaudit dan meminimalisir keuangan yang dikeluarkan terutama pada hal hal yang tidak diperlukan.Â
Kesimpulan yang didapat, yaitu single Income adalah kondisi dalam suatu keluarga yang hanya satu orang berpenghasilan. Jika ibu sebagai single income dalam keluarga maka ibu akan berperan ganda dirumah sebagai ibu dan diluar sebagai pekerja dan hal itu tidak boleh dijadikan penghalang komunikasi dalam keluarga. Sangat penting bagi ibu mengetahui apa saja dampak yang akan terjadi pada anak apabila tidak seimbang antara waktu bekerja dan keluarga. Selain itu faktor ekonomi dan kurangnya pendapatan dari kepala rumah tangga menjadi penyebab utama dari keberadaan ibu berperan ganda. Kesejahteraan keluarga adalah suatu kondisi dinamis keluarga dimana terpenuhi semua kebutuhan fisik materil, mental spiritual, dan sosial. Manajemen keuangan yang baik dapat meringankan beban ekonomi yang terbatas untuk memenuhi kebutuhan rumah. Serta beberapa saran sebagai berikut: Mengutamakan untuk memenuhi kebutuhan yang paling mendesak. Suami-istri harus cermat dalam mengatur keuangan dari awal pernikahan. Membagi waktu untuk bekerja dan keluarga serta saling melengkapi kekurangan masing-masing. Berkomunikasi dengan baik agar tercipta kondisi yang harmonis.
Disusun oleh:
Arfiah Kania Sektiaruni, Dinda Khamila Nurfatimah, Rheyhan Fahry, Yogi Nur Hamid, Febri Dwi Cahyanto
Dosen Pengampu Mata Kuliah Manajemen Sumberdaya Keluarga Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen (FEMA IPB):
Dr. Ir. Diah Krisnantuti, MS
Ir. MD. Djamaludin, M.Sc
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H