Mohon tunggu...
Andi Dinda Lestari
Andi Dinda Lestari Mohon Tunggu... Akuntan - Mahasiswa

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Alauddin Makassar

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Waspadai Mental Illness di Kalangan Milenial

3 Januari 2020   20:57 Diperbarui: 5 Januari 2020   08:04 955
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gangguan mental ( mental illness) atau sering disebut gangguan jiwa merupakan penyakit yang marak terjadi di kalangan generasi saat ini. Jiwa sendiri memiliki arti yaitu "Batin manusia yang terdiri dari perasaan, pikiran, dan angan-angan".

Orang-orang dengan gangguan jiwa pada umumnya merupakan orang yang mengalami gangguan dalam pikiran, perilaku, dan perasaan yang dapat menghambat dalam melakukan aktifitasnya. Tantangan kesehatan meningkat di tengah generasi milenial dibandingkan generasi sebelumnya.

Terdapat peningkatan jumlah pengidap gangguan jiwa diseluruh Indonesia. Adanya ketidak seimbangan neurotransmiter seperti dopamine dan serotonin dll, dapat menyebabkan orang yang mengalami gangguan jiwa berperilaku negatif atau mengalami penurunan perilaku seperti sering merasa kesepian, sedih berkepanjangan, hingga ingin melakukan bunuh diri.

Adapun Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa setengah dari penyakit mental bermula sejak remaja, yakni pada usia 14 tahun. Bunuh diri yang disebabkan karena depresi juga menjadi penyebab kematian tertinggi pada anak muda usia 15-29 tahun.

Di usia milenial dapat mengalami perubahan fisik, emosional, psikologis, finansial, dan lingkungan pergaulan. Perubahan ini merupakan waktu transisi untuk menjadi peribadi yang matang namun jika mereka tidak siap, maka hal itu dapat mengganggu mental mereka.

Dampak kehadiran media sosial turut mempengaruhi milenial yang ingin selalu terlihat sempurna, menonjol dalam lingkungan pergaulannya. Ini terjadi karena adanya sikap membandingkan diri dengan orang lain (social comparison), yaitu proses seseorang menilai hal-hal yang dimilikinya dengan orang lain atau grup lain.

Ketika kamu buka di instagram dan menemukan orang yang hidupnya lebih asik dari kamu, atau kamu malah merendahkan orang itu, nah itu artinya kamu sedang melakukan social comparison. Semakin sering kamu buka sosial media semakin sering kamu membandingkan dirimu dengan orang lain, maka rentan mengalami iri, penyesalan, dan perasaan bersalah.

Gangguan jiwa juga dapat disebabkan karena overthinking yang dialami si penderita. Overthinking ini terjadi karena dua jenis pemikiran yang muncul, yaitu pemikiran tentang masa lalu dan pemikiran tentang masa depan.

Ketika seseorang overthinking tentang masa lalu, kemungkinan ini terjadi karena adanya suatu penyesalan yang belum bisa dia proses dan move on. Contohnya seperti "kenapa saya harus mengalami ini?" atau "coba saya tidak melakukan itu, pasti saya tikan akan mengalaminya sekarang". Hal ini merupakan pesan dari otak kamu bahwa ada masalah yang belum bisa kamu terima di masa lalu akhirnya kepikiran terus.

Adapun pemikiran di masa depan kemungkinan otak kamu sedang khawatir atau cemas terhadap kejadian yang mungkin akan terjadi. Stigma di masyarakat mengenai gangguan jiwa masih tinggi sehingga tidak banyak orang yang memperhatikan ketika dirinya mulai terpuruk dan memerlukan bantuan kejiwaan secara medis.

Seseorang yang mengidap gangguan jiwa kerap dibully sehingga ia merasa malu untuk mengutarakannya ke orang-orang terdekatnya. Sangat disayangkan orang-orang terdekat yang harusnya mendukung dan memberi support kadang bersikap acuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun