Mohon tunggu...
Dinda WulanAmalia
Dinda WulanAmalia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mahar Tidak Selamanya dari Pria

24 Mei 2023   07:59 Diperbarui: 24 Mei 2023   08:09 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dinda Wulan Amalia (200904086) / Ayu Irma Jia (200904120)


Dosen : Drs. Syafruddin Pohan, M.Si, Ph.D (Dosen Mata Kuliah Menulis Feature & Editorial)

Siapa bilang mahar harus selalu dari pria? Wanita juga bisa memberi mahar, lho!. Dalam banyak kasus, mahar dianggap sebagai pemberian yang diberikan oleh pria kepada keluarga perempuan sebagai bentuk penghormatan dan pengakuan atas pernikahan yang akan terjadi. Namun, perlu dicatat bahwa konsep mahar tidak harus terbatas pada peran pria saja.

Stereotip yang berlaku bahwa mahar hanya bisa diberikan oleh pria memiliki akar historis yang mendalam dan mencerminkan ketidakseimbangan kekuasaan serta perlakuan gender yang masih ada di dalam masyarakat. Stereotip ini seharusnya ditantang dan dibangun kembali untuk mencerminkan nilai-nilai kesetaraan dan keadilan gender yang lebih inklusif.

Perempuan juga memiliki kapasitas untuk memberikan mahar, baik dalam bentuk harta, hadiah, atau kontribusi lainnya yang memiliki nilai simbolis dalam konteks pernikahan. Mereka juga dapat menjadi pihak yang memberikan mahar kepada pasangan mereka sebagai ekspresi cinta, penghargaan, dan komitmen dalam ikatan pernikahan. Maharnya tidak hanya menjadi tanda kepemilikan, tetapi juga sebagai tanda saling memberikan dan saling menghormati antara kedua belah pihak.

Dalam budaya-budaya di seluruh dunia, praktik pernikahan dan adat istiadat yang berkaitan dengannya memiliki perbedaan yang menarik. Salah satu aspek penting dalam pernikahan adalah pemberian mahar, yaitu pemberian hadiah yang dilakukan oleh salah satu pihak kepada pihak lain sebagai simbol kesepakatan pernikahan. Dalam artikel ini, kita akan membandingkan sistem mahar budaya Pariaman Bajapuik di Indonesia dengan budaya Punjabi di India, di mana pemberian mahar dilakukan oleh pihak wanita kepada pihak pria.

Sistem Mahar Budaya Pariaman Bajapuik

Di Pariaman, Sumatera Barat, Indonesia, terdapat tradisi yang dikenal sebagai Bajapuik. Dalam tradisi ini, pihak wanita memberikan mahar kepada pihak pria sebagai simbol kesepakatan pernikahan. Mahar ini dapat berupa uang, perhiasan, atau harta berharga lainnya. Besar mahar biasanya ditentukan berdasarkan kesepakatan antara kedua belah pihak, dan merupakan bagian penting dari adat istiadat pernikahan di Pariaman.

Tradisi ini menggarisbawahi peran penting pihak wanita dalam menjalin pernikahan. Dengan memberikan mahar, pihak wanita menunjukkan kontribusi ekonomi dan tanggung jawabnya dalam membangun kehidupan bersama dengan pihak pria. Sistem mahar Pariaman Bajapuik mencerminkan nilai kesetaraan gender yang diakui dan dihormati dalam budaya tersebut.

Sistem Mahar Budaya India Punjabi

Di India, terutama di wilayah Punjabi, terdapat sistem mahar yang sedikit berbeda. Dalam tradisi Punjabi, pihak wanita juga memberikan mahar kepada pihak pria. Mahar ini umumnya berupa perhiasan, uang tunai, atau harta berharga lainnya. Pemberian mahar ini dilakukan saat pernikahan sebagai simbol tanggung jawab dan kontribusi finansial pihak wanita terhadap keluarga yang baru.

Tradisi ini menyoroti peran pihak wanita sebagai mitra yang setara dalam membangun kehidupan pernikahan. Meskipun pihak pria mungkin memiliki tanggung jawab utama dalam memberikan nafkah bagi keluarga, pihak wanita juga menunjukkan kemampuannya untuk berkontribusi secara finansial dengan memberikan mahar.

Di era modern, konsep mahar telah berkembang dan keluarga India Punjabi tidak lagi mempraktikkan mahar. Hal ini karena dengan berlalunya waktu, mas kawin berangsur-angsur menghilang dan mahar menjadi bentuk transfer yang lazim. Di era modern, praktik mahar mengharuskan keluarga mempelai wanita untuk mentransfer barang ke keluarga mempelai pria sebagai pertimbangan untuk pernikahan..

Perbandingan Antar Sistem Mahar

Ketika membandingkan sistem mahar budaya Pariaman Bajapuik dengan budaya Punjabi di India, terdapat beberapa perbedaan dan persamaan yang menarik:

  • Praktik Tradisional: Kedua budaya memiliki tradisi pemberian mahar oleh pihak wanita kepada pihak pria. Ini menunjukkan pentingnya peran ekonomi dan kesetaraan gender dalam pernikahan.
  • Bentuk Mahar: Sementara di Pariaman Bajapuik, mahar dapat berupa uang, perhiasan, atau harta lainnya, di budaya Punjabi, biasanya berupa perhiasan atau harta berharga.
  • Nilai dan Simbolisme: Dalam kedua budaya, pemberian mahar memiliki makna simbolis yang kuat. Ini mencerminkan kontribusi dan tanggung jawab pihak wanita dalam membangun kehidupan pernikahan dan memberikan jaminan finansial bagi keluarga yang baru.
  • Pergeseran Persepsi Modern: Meskipun tradisi pemberian mahar tetap ada dalam budaya tersebut, dalam beberapa kasus, persepsi dan praktik modern mungkin telah mengalami perubahan. Di India, misalnya, beberapa pasangan mungkin lebih memilih untuk menggantikan mahar dengan bentuk kesepakatan finansial yang lebih fleksibel.

Sistem mahar dalam budaya Pariaman Bajapuik di Indonesia dan budaya Punjabi di India merupakan tradisi yang memperkuat peran ekonomi dan tanggung jawab pihak wanita dalam pernikahan. Meskipun ada perbedaan dalam bentuk dan detailnya, kedua budaya tersebut menekankan nilai kesetaraan gender dan kontribusi finansial dari pihak wanita dalam membangun kehidupan pernikahan.

Dalam menghadapi stereotip bahwa mahar hanya bisa diberikan oleh pria, penting untuk mengedepankan nilai-nilai inklusivitas, kesetaraan, dan keadilan gender. Mengubah pandangan kita tentang mahar akan membantu membangun masyarakat yang lebih inklusif, di mana setiap individu memiliki kebebasan untuk menentukan bagaimana mereka ingin berpartisipasi dalam pernikahan mereka tanpa dibatasi oleh norma dan stereotip yang membatasi.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun