Mohon tunggu...
Dinda Oktaviana
Dinda Oktaviana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Benarkah Perempuan Indonesia Sudah Mencapai Kesetaraan?

20 April 2022   21:30 Diperbarui: 20 April 2022   21:41 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Seksisme untuk saya pribadisuatu definisi itu atau kata itu sangat membantu saya untuk miksen saveting nahsoal seksisme dari dulu sebagai perempuan selalu merasakankalau adanya ketidakadilan yang kita alami terus juga ketimpangan dan standarberlebihan yang diaplikasikan ke kita, karena kita itu perempuan contohnya bahwa cewek itu harus pakai pakaian tertutup karena yang pakai baju seksi itu katanya cewek nakal, bandel dan dia bisa diperkosa. Kenapa sih perempuan kok banyak disudutkan dingin, definisinya apa sih seksisme?  Tindakan esensi seksisme didasarkan pada keyakinan bahwa anggota intelijen shakespeare mampu terampil dan anggotanya masing-masing perempuan atau kurang mampu dan laki-laki.  Jadi seksisme itu berhubungan dengan kepercayaan masyarakat bahwa ada kodrat bagaimana perempuan dan laki-laki seharusnya dan buat mereka kodrat ini sangat fundamental nah impact dari seksisme ini bisa berlipat-lipat tergantung dengan identitas manusianya tersebut misalnya umurnya terus dia disabilitas misalnya terus etnisnya dia daerah asal agama identitas gender dan orientasi seksual.

Walaupun laki-laki juga sangat bisa menjadi korban seksisme perempuan itu adalah kelompok yang lebih bangable atau rapuh jadi disini konteksnya akan berbicara dari sudut pandangnya perempuan Kenapa topik ini penting untuk dibicarakan karena kalau kita tidak peduli kita biarkan atau bahkan akhirnya kita normalisasi ide atau konsep seksisme itu akan bertransformasi menjadi aksi dengan bermacam-macam skala ya dari yang biasa saja sampai yang ekstrim seksisme itu. Biasanya dikategorikan menjadi dua ada hostel section dan bentrokan sexism, kalau hostel sexism itu tujuannya untuk preserving atau menjaga dominasi laki-laki dan diekspresikan itu dengan cara yang lebih ekstrim atau lebih and ramah, contohnya hersman terus kekerasan sementara kalau bener-bener sexism. Hal itu lebih kesan positif tapi sebenarnya juga bahaya karena jenis sepsis sudah cenderung manipulatif dalam artian seakan-akan laki-laki memang tugasnya itu melindungi perempuan gitu ya terus kesannya laki-laki tiba-tiba datang sebagai jaminan tahu kewajiban dan bermaksud baik gitu ya untuk memproteksi perempuan, itu padahal tetap tujuannya itu adalah untuk memposisikan mereka di atas perempuan orang-orang yang memiliki mindset sukses biasanya melihat perempuan itu sebagai orang yang tidak kompeten manusia dan juga bisa berperan secara domestik aja laki-laki yang seksis melihat diri mereka the Superior dan akan memperlakukan perempuan dengan cara yang terkesan menggurui atau berlangganan gitu kesan itu perempuan adalah karakter yang butuh dibimbing.

Masyarakat kita perempuannya sendiri itu bisa tidak merasa salah dengan sikap cowok misalnya ketika cowok ini saksi segitu mereka menganggapnya ya itu memang bentuk perlindungan dan kepedulian aja dan bahkan ada juga perempuan yang menginternalisasi seksisme tersebut dengan dia berpikir bahwa dia sebagai perempuan posisinya memang dibawah pria, dua orang ini orang yang memang sexist dan orang yang akhirnya menginternalisasi seksisme ini mereka itu sama-sama melestarikan seksisme untuk terus ada di lingkungan. Maka dari itu contoh seksisme yang dialami perempuan sehari-hari perempuan yang dianggap makhluk lemah proses dan bahkan di samakan dengan berlian yang harus dilindungi dan dijaga, disuruh senyum biar cantik marah-marah terus kalau lagi menstruasi yang sering dianggap menjijikkan dan memalukan sampai-sampai perempuannya pun suka malu untuk menyebut kata pembalut.

Perempuan berkarier di pandang menelantarkan anak dan suaminya, laki-laki berkarir dianggapnya suami terbaik. Perempuan yang memutuskan jadi berumah tangga dikiranya cuman nganggur aja di rumah produk pemutih kulit dan pembersih vagina perempuan yang pakai baju kelonggaran dianggap tidak pantas, kalau pakai terbuka dianggapnya perempuan nakal, perempuan yang pakai cadar dibilang, operasi tapi kalau enggak pakai jilbab dibilangnya tidak tahu agama, laki-laki dipuji berlebihan kalau dia lagi momong anaknya. Dipasar dan harga produk perempuan lebih mahal daripada produk laki-laki ditanyakan terus kapan punya anak karena katanya seseorang belum 100% menjadi perempuan kalau dia tidak tahu rasanya melahirkan, dituntut untuk bisa masak dan melakukan pekerjaan rumah lainnya  disuruh untuk tidak sukses karena katanya nanti susah dapat jodoh. Menyalahkan korban pada kasus pelecehan dan kekerasan seksual dibilang sekuler liberal dan tidak paham ajaran agama kalau kita menuntut  kesetaraan perempuan kalau tidak make up-an dianggap tidak bisa  mengurus diri kalau makeup-an dikiranya menggoda laki-laki. Objektifikasi terhadap perempuan di media perempuan yang katanya cuma peduli sama fisik mereka aja tidak dapet cuti menstruasi seringkali digaji lebih rendah daripada laki-laki.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun