Mohon tunggu...
Dinda Novita Sari
Dinda Novita Sari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hanya mahaiswa biasa yang sedang berusaha meraih apa yng menjadi mimpinya, dan berusaha membahagiakan orang-orang yang saya sayangi. saya adaah orang yang introvert parah, tidak mudah bergaul dengan orang lain, dan lebih suka menyendiri di perpustakaan atau kamar.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Perkembangan Sosial Emosional pada Anak Usia Dini

28 November 2023   22:49 Diperbarui: 28 November 2023   23:36 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Plato berpendapat bahwa manusia secara potensial (fitrah) dilahirkan sebagai zoon politicori. Menurut Syamsuddin (1995:105), "sosialisasi adalah proses belajar untuk menjadi makhluk sosial". Di sisi lain, Muhibin (1999:35) menyatakan bahwa perkembangan sosial adalah proses pembentukan pribadi sosial (pribadi dalam masyarakat), yang mencakup pembentukan pribadi dalam keluarga, budaya, bangsa, dan aspek lain yang terkait. "Sosialisasi adalah kemampuan bertingkah laku sesuai dengan norma, nilai, atau harapan sosial," kata Hurlock (1978:250). Perkembangan sosial didefinisikan sebagai peningkatan kemampuan untuk berperilaku sesuai dengan tuntutan sosial.

Emosi adalah perasaan yang kita miliki, dapat senang atau tidak senang, atau baik atau buruk. "Emosi merujuk pada suatu perasaan atau pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis serta serangkaian kecenderungan untuk bertindak," kata Goleman (1995:411).

Kemampuan sosio-emosional anak dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengelola emosi dirinya dengan orang lain yang berkaitan dengan hati dan kepedulian antar sesame manusia, serta kemampuan untuk mengelola emosi diri sendiri dan orang lain sehingga mereka dapat berinteraksi dengan baik dengan teman sebaya atau orang dewasa di sekitar mereka. Perubahan yang dialami anak tidak hanya termasuk perubahan dalam hubungannya dengan orang lain, tetapi juga perubahan emosi dan kepribadiannya.

Terdapat beberapa karakteristik yang menonjol pada anak usia dini, beberapa karakteristik yang dimaksud yaitu:

  • Berkembangnya keyakinan diri. secara perlahan Pemahaman anak tentang kehidupan berkembang secara bertahap. Anak mulai menyadari bahwa dirinya, identitasnya, karena kesadaran itu menunjukkan "Akunya", atau eksistensi dirinya. Dia ingin mencoba semua hal, dan ia merasa dia bisa
  • Munculnya rasa egois Di usia ini, anak percaya bahwa dia memiliki semua yang ada dan tersedia untuk memenuhi kebutuhannya. Kuatnya egosentris ini mempengaruhi perilaku anak saat bermain. Mereka tidak mau meminjamkan mainan pada anak lain dan juga tidak mau mengembalikan mainan yang mereka pinjamkan. Jika terjadi konflik dengan temannya pada saat-saat seperti ini, itu adalah tindakan yang wajar. Anak sering menghindar dan tidak dapat menyelesaikan konflik. menyalahkan individu lain.
  • Rasa ingin tahu yang tinggi, yang mencakup berbagai hal, termasuk seksual, sehingga selalu mengeksplorasi apa pun
  • Imaginasi yang tinggi: Imaginasi sangat mendominasi setiap perilaku anak-anak di usia ini, sehingga sulit bagi mereka untuk membedakan antara khayalan dan kenyataan. Ia suka berlebihan dalam cerita. Daya imajinasi ini biasanya menghasilkan teman imajiner, teman yang tidak pernah ada yang memiliki kemampuan untuk menyampaikan semua perasaan dan pengalamannya.
  • Belajar untuk mengukur rasa. Di usia empat tahun, minat anak untuk meniru teman-temannya mulai muncul. Dia mulai bisa berpartisipasi dalam permainan kelompok dengan teman-temannya, meskipun sering terjadi pertengkaran. Ini karena ia terus berpikir tentang dirinya sendiri. Anak-anak belajar merasakan perasaan orang lain saat mereka tumbuh. Ia akan mendekati, memeluk, dan membawa ibunya jika melihatnya menangis.
  • Munculnya kontrol internal: Pada akhir masa prasekolah, kontrol internal muncul; anak mulai merasa malu dan bersalah jika melakukan sesuatu yang salah. Oleh karena itu, pada usia lima tahun, ia sudah memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan standar perilaku yang diharapkan dan siap untuk melakukan aktivitas di luar rumah.
  • Belajar dari lingkungannya, anak mulai meniru apa yang sering dilakukannya dan belajar mengidentifikasi dirinya dengan model yang dilihatnya. Misalnya, dia akan berperilaku dan bercita-cita seperti profesi orang tuanya. Di usia ini, lingkungan sangat memengaruhi perilakunya.
  • Berkembangnya pemikiran anak-anak Anak mulai memahami bagaimana benda berhubungan satu sama lain dan keseluruhan. Anak-anak belum memahami konsep waktu dengan benar, jadi mereka belum bisa membedakan antara pagi ini dan kemarin sore.
  • Peningkatan kemampuan berbicara. Pada titik ini, anak lebih mudah berkomunikasi dan mulai mengungkapkan keinginannya secara verbal. Namun, ada saat-saat ketika dia ingin mencoba kata-kata yang kotor atau yang mengejutkan orang tuanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun