Mohon tunggu...
Dinda Novita Sari
Dinda Novita Sari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hanya mahaiswa biasa yang sedang berusaha meraih apa yng menjadi mimpinya, dan berusaha membahagiakan orang-orang yang saya sayangi. saya adaah orang yang introvert parah, tidak mudah bergaul dengan orang lain, dan lebih suka menyendiri di perpustakaan atau kamar.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengkondisian Klasik oleh Pavlov Terhadap Tingkat Belajar Siswa

25 September 2023   19:56 Diperbarui: 25 September 2023   19:57 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam pengkondisian klasik tokoh yang terkenal yaitu Ivan Pavlov ia bukanlah seorang Psikologis dan tidak mau disebut sebagai akhli Psikologis, karena ia adalah sorang Sarjana ilmu faal yang fanatik. Eksperimen Pavlov yang terkenal dalam bidang fiologi dimulai ketika ia melakukan studi tentang pencernaan dimana tanpa sengaja eksperimennya ini juga memberikan pengaruh yang besar dalambidang Psikologi. Dalam eksperimennya terhadap seekor anjing sebagai subjek penelitiannya ia melihat bahwa anjing itu akan mengeluarkan air liurnya sebagai respon saat makanan datang. Pavlov kemudian mengeksplorasi fenomena ini dan kemudian mengembangkan satu studi perilaku (behvioral study) yang di kondisikan, yang dikenal dengan teori classical conditioning (Nurhidayati, 2012).

Conditioning adalah jenis belajar yang memungkinkan organisme memberikan respons terhadap suatu rangsang yang sebelumnya tidak menimbulkan respons, atau suatu proses untuk mengintroduksi berbagai reflek menjadi tingkah laku. Dengan demikian, conditioning adalah bentuk tingkah laku melalui proses persyaratan. Pavlov juga percaya bahwa lingkungan dan pengaturan dapat memengaruhi tingkah laku organisasi. Dalam teori pengkondisian klasik Pavlov melakukan percobaan respon anjing terhadap makanan dan bel. Terdapat dua jenis respons dan dua jenis stimulasi yang harus di pahami, yaitu stimulus yang tidak terkondisi (Unconditional Stimulus-UCS), respons yang tidak terkondisi (Unconditioned Response-UCR), stimulus yang terkondisi (Conditioned Stimulus-CS), dan respons yang terkondisi (Conditioned Respons-CR).

Berdasarkan eksperimen yang dilakukan kepada anjing, Pavlov membagi eksperimennya menjadi empat bagian (Ormrod, Ellis Jeanne 2008, 426  (Sudarti, 2019))

  • Rangsangan tak bersyarat-Perangsangan alami-perangsangan wajar-Uncontioned Stimulus (US), yaitu perangsangan yang memang secara alami, secara wajar, pada menumbuhkan respons pada organisme misalnya, misalnya makanan yang menimbulkan air liur pada anjing.
  • Rangsangan bersyarat-perangsangan tidak wajar-perangsangan tidak alami-Conditioned Stimulus (CS) yaitu perangsangan secara alami, tidak menimbulkan respons, misalnya bunyi bel, melihat piring, mendengar Langkah orang yang bisa memberi makan.
  • Respons tak bersyarat-respons alami-respons wajar-Uncontioned Respons (UR) yaitu respons yang ditimbulkan oleh perangsang tak bersyarat Uncontioned Stimulus (US).
  • Respons bersyarat-respons tak wajar-Conditioned Respons (CR) yaitu respons yang ditimbulkan oleh perangsang bersyarat (Conditioned respons-CR).

Dari hasil eksperimen Pavlov terhadap anjing , Pavlov akhirnya menemukan beberapa hukum pengkondisian, antara lain:

  • Ketika rangsangan terlazim tidak diikuti dengan rangsangan tak terlazim, individu atau organisme tidak akan bertindak balas. Ini dikenal sebagai penghapusan. Selama rangsangan bersyarat masih diberikan dan digabungkan dengan rangsangan tak bersyarat, respons akan tetap ada. Jika rangsangan bersyarat diberikan untuk waktu yang lama, respons bersyarat tidak akan mendapatkan pengut atau perkuat, yang meningkatkan kemungkinan respons gagal. Respons bersyarat itu akan menurun jumlah pemunculannya dan akan semakin sering tak terlihat peristiwa inilah yang disebut pemadaman (extinction). Contoh:
  • Stimulus umum, rangsangan yang sama, akan menyebabkan reaksi yang sama. Meskipun Pavlov membunyikan lonceng dengan berbagai nada, anjing tetap mengeluarkan air liur. Ini menunjukkan bahwa tubuh telah terbiasa; ketika seseorang dikemukakan terhadap rangsangan yang berbeda, mereka akan mengeluarkan reaksi yang sama, yaitu air liur, bahkan jika rangsangan itu berbeda atau hampir sama.
  • Pemilihan (discrimination), diskriminasi yang dikondisikan ditimbulakn melalui penguatan dan pemadaman yang selektif. Diskriminasi berlaku apabila individu berkenaan dapat membedakan atau mendeskriminasikan antara rangsangan yang dikemukakan dan memilih untuk tidak bertindak atau bergerak bebas. Contoh: seorang ank yang takut terhadap anjing galak, maka akan memberi resposn rasa takut pada setiap anjing yang berkeliaran, tetapi saat ia tahu anjing galak terikat dan terkurung dalam kendang maka rasa takut anak itu menjadi berkurang.
  • Tingkat Pengkondisian Yang Lebih Tinggi, Akhirnya, Pavlov menunjukkan bahwa ketika seekor anjing dapat dikondisikan secara menyeluruh dengan jenis CS tertentu, dia dapat menggunakan CS tersebut untuk membangun hubungan dengan stimulus lain yang masih netral. Dalam sebuah eksperimen, murid-murid Pavlov mengajarkan seekor anjing untuk mengeluarkan air liur ketika mereka mendengar bunyi bel yang disertai makanan. Mereka kemudian melatih anjing itu untuk mengeluarkan bunyi bel itu hanya saat papan hitam didekati. Setelah beberapa percobaan, anjing mengeluarkan air liur hanya karena melihat papan hitam itu. Ini dikenal sebagai pengondisian tingkat kedua. Pavlov menemukan bahwa dia dapat menciptakan pengondisian sampai tingkat tiga dalam beberapa situasi; namun, dia tidak dapat mencapai tingkat selanjutnya (Nurhidayati, 2012).

Secara garis besar hukum-hukum belajar menurut Pavlov, diantaranya:

  • Law of respondens Conditioning, yakni hukum pembiasaan yang di tuntut jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yakni salah satunya berfungsi sebagai reinforcement), maka reflek dan stimulus lainnya akan meningkat.
  • Law op respondent extinction, yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika reflek yang sudah diperlukan sudah diperkuat melalui responsdent conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun (Nurhidayati, 2012)

Guru yang setuju dengan teori behavioristik ini berpendapat bahwa perubahan perilaku adalah hasil dari proses belajar percaya bahwa tingkah laku siswa adalah reaksi terhadap stimulus lingkungannya. Lingkungan yang dimaksud di sini dapat berupa objek, orang atau keadaan tertentu yang dapat mempengaruhi tingkah laku anak yang dimaksud.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun