Mohon tunggu...
Dinda fifi kurnia
Dinda fifi kurnia Mohon Tunggu... Mahasiswa - 20107030028

Hai Salam kenal ! Aku Dinda mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Prodi Ilmu Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Derita Pengrajin, Dulu Borongan Kini Satuan

30 Juni 2021   13:13 Diperbarui: 30 Juni 2021   14:08 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjadi pengrajin gerabah dan walldecor adalah salah satu usaha yang ditekuni bapak Rohmadi sejak tahun 2000. Namun pekerjaan tersebut harus terhalang pandemi yang datang pada tahun 2020. Membuat kerajinan tangan dan aneka hiasan dinding adalah salah satu kemampuan bapak Rohmadi. Pesanan yang membludak membuat bapak Rohmadi sedikit pesimis dengan bisnisnya. Ratusan hingga ribuan orderan yang dulu sempat membanjiri bisnis bapak Rohmadi, kini telah musnah. Hanya tersisa beberapa biji, dan bahkan tidak rutin.

Gedong, Panjangrejo, Pundong, Bantul adalah lokasi dimana bapak Rohmadi memulai bisnisnya. Bisnis beliau dimulai dari rumah kecilnya sendiri dengan fasilitas seadanya. Dengan dibantu sang istri, bapak Rohmadi memulai bisnisnya sedikit demi sedikit. Relasi demi relasi beliau bangun dengan bos bos besar pemilik usaha kerajinan.

Awal mula bisnis

Bapak Rohmadi memulai usahanya sedikit demi sedikit. Pekerjaan kecil tersebut beliau tekuni setiap hari. Berbagai pelatihan tetang kerajinan dan terracotta beliau ikuti walaupun harus menguras biaya yang tidak sedikit. Mengunjungi daerah-daerah penghasil kerajinan juga tak mau beliau lewatkan. Semua usaha beliau kerahkan untuk mencapai sebuah keberhasilan.

Awal memulai bisnis memang tidak semudah yang dibayangkan. Memulai bisnis harus siap dengan utung dan rugi. Seorang pembisnis juga harus siap dengan komentar pedas dan cacian di dunia bisnis.

Hingga pada tahun 2003 beliau telah berhasil mencapai apa yang beliau cita-citakan. Beliau dibanjiri ratusan hingga ribuan orderan. Beliau mempekerjakan beberapa karyawan untuk membantu membuat orderan yang begitu banyak. Karyawan tersebut mendapatkan gaji per minggu.

Bukan hanya orderan dari dalam negeri, namun bapak Rohmadi telah memiliki rekan bisnis hingga ke luar negeri. Karya-karya yang dibuat oleh bapak Rohmadi banyak diminati hingga luar negeri sehingga bapak Rohmadi harus mengimport pesanan tersebut menggunakan kapal.

Banyaknya pesanan dikirimkan menggunakan container dan melewati jalur laut. Karena pesanan tersebut berupa walldecor dan kerajinan yang mudah sekali pecah, bapak Rohmadi mengemas produk tersebut seaman mungkin agar barang tersebut sampai dengan selamat.

Pekerjaan tersebut ditekuni bapak Rohmadi secara teliti dan konsisten. Masukan masukan dari pelanggan dan rekan kerja beliau terima dengan baik. Bapak Rohmadi tak pernah berhenti membangun relasi kepada siapapun, baik di kota Jogja maupun di luar kota Jogja. Terlebih lagi bapak Rohmadi memulai untuk belajar bahasa Inggris agar relasinya dengan orang luar negeri semakin dekat.

Membangun relasi seperti yang bapak Rohmadi lakukan tidak hanya sekedar menambah kenalan, melainkan mengambil semua ilmu yang dimiliki oleh pembisnis lain. Dengan begitu, bisnis yang dijalankan bapak Rohmadi dapat berkembang.

Fase di mana kebangkrutan datang

Sekitar 5 tahun lebih bisnis yang dijalankan bapak Rohmadi berjalan lancar. Kenaikan orderan yang pesat dapat dirasakan hampir setiap bulan. Ribuan pesanan telah sampai ditangan pembeli dengan selamat. Namun roda selalu berputar. "Hidup dengan posisi di atas tidak selamanya terus berada di atas, melainkan harus turun ke bawah agar manusia dapat belajar". Berhasil tidak selamanya akan terus berhasil. Semua telah tuhan rencanakan dengan sangat baik.

Hingga pada suatu hari barang yang dikirimkan ke luar negeri hancur ditengah kapal. Semua barang harus dikembalikan karena deburan ombak yang kencang menyebabkan kecacatan pada barang. Kecacatan pada barang tersebut menimbulkan kerugian yang teramat banyak bagi bapak Rohmadi. Namun, hal tersebut tidak mematahkan semangat bapak Rohadi untuk tetap melanjutkan bisnisnya.

Tahun 2006 gempa bumi melanda kota Bantul, Yogyakarta. Gempa bumi tepat berpusat di kecamatan yang bapak Rohmadi tinggali. Semua rumah hancur hingga ke pondasinya. Gempa dahsyat tersebut menuai kerugian yang sangat banyak. Istri dan anak-anak bapak Rohmadi bahkan menjadi korban dari gempa tersebut. Mereka mengalami luka yang cukup parah sehingga harus membutuhkan perawatan yang sangat intens.

Setelah keterpurukan tersebut, bapak Rohmadi memulai kembali bisnisnya dengan modal seadanya dan harus membayar semua kerugian yang harus dihadapinya.Bapak Rohmadi sempat tertatih-tatih dalam melanjutkan bisnisnya. Dengan keadaan seperti itu, masih banyak oknum-oknum yang menipu bapak Rohmadi hingga kembali mengalami kerugian yang besar. Namun, sedikit demi sedikit bapak Rohmadi melanjutkan bisnisnya. Walaupun tidak seperti yang lalu, namun bapak Rohmadi tetap bersyukur bisnisnya tetap terus berjalan.

Tak Diduga, Pandemi Datang

dokpri
dokpri

Tahun 2020 tiba-tiba pandemi virus covid-19 memulai penyebarannya di Indonesia. Semakin lama virus semakin cepat menyebar dengan menuai kasus yang sangat banyak. Pandei tersebut sangat berdampak buruk bagi ekonomi di Indonesia. Berbagai pekerjaan terpaksa harus dihentikan agar penyebaran virus covid-19 tidak merambah banyak.

Pembatasan ekspor import juga dibatasi guna memutus penyebaran virus covid-19. Karena pembatasan itulah banyak pekerja yang harus dirumahkan, semua hotel, warung makan, bandara, dan tempat-tempat umum lainnya harus berhenti beroperasi. Jam-jam malam telah diterapkan. Banyak sekali pekerja yang terdampak oleh virus covid-19.

Tak terkecuali bisnis yang dijalankan oleh bapak Rohmadi. Bapak Rohmadi yang awalnya menerima borongan orderan kini terhenti. Bapak Rohmadi hanya membuat beberapa sample barang untuk stok hari mendatang. Sesekali seseorang memesan barang namun hanya bijian. Bapak Rohmad tidak lagi bekerja untuk mengebangkan bisnisnya, melainkan hanya untuk bertahan selama masa pandemi ini.

Bapak Rohmadi sangat mengharapkan pandemi ini segera berakhir agar dapat bekerja seperti dulu lagi. Bapak Rohmadi juga telah berusaha memasarkan barangnya melalui media sosial. Namun tetap saja, penghasilan dari penjualan online tidak seberapa. Namun semua tetap harus disyukuri, walaupun bisnis bapak Rohmadi terhalang pandemi, namun nikmat kesehatan adalah nikmat yang sangat berharga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun