Tau ga gengs, menurut penelitian yang dilakukan Indonesia Career Center Network (ICCN) pada tahun 2017, menunjukan bahwa sebanyak 87 persen mahasiswa indonesia mengalami masalah 'Salah jurusan'
WHAT?!?!?
Walau penelitian telah lebih dari 5 tahun, namun hingga sekarang masih sering ditemukan mahasiswa yang mengeluh salah jurusan. Hal ini dibuktikan dengan curhatan para mahasiswa dan lulusan di sebuah website quora.
Curhatan tersebut bermula ketika sebuau beberapa akun mengungkapkan pernyataan terkait salah jurusan ketika berkuliah.
Berdasarkan jawaban disana, saya menyimpulkan bahwa teryata salah jurusan membawa impact yang begitu besar kepada kehidupan seseorang. Diantaranya perkuliahan akan terganggu karena orang tersebut tidak mampu dan/atau tidak minat menjalani perkulihan itu. Selain itu juga selama perkuliahan orang tersebut tidak dapat mengembangkan skill yang seharusnya bisa ia dapatkan dari jurusan tersebut, tapi lagi-lagi karena tidak minat dan tidak cocok ia jadi kurang bisa mengembangkan skill selama berkuliah. bahkan berkuliah di jurusan yang salah juga mampu membuat sang mahasiswa burn out hingga depresi berat, karena menjalani/ mempelajari hal yang tidak ia sukai dan juga jika ia merasa iri dengan orang lain berkuliah di jurusan yang ia sukai.
lalu bagaimana jika kita merasa salah jurusan kak?
nahhh ada beberapa pendapat terkait hal itu.
1. Menurut najwa shihab
najwa shihab mengungkapkan bahwa tidak apa berkuliah di jurusan yang sala. Hal itu tidak akan menjadi masalah jika kita memiliki tujuan untuk mencoba hal baru. toh, ketika kita masuk kedunia kerja belum tentu kita bekerja sesuai jurusan kita sewaktu kuliah.
2. Raim Laode
menurutnya perkuliahan hanya bertujuan mengubah pola pikir dan membangun relasi. Untuk masalah pekerjaan tidak bisa dilihat dari jurusan kuliah. Jadi, tidak masalah jika merasa salah jurusan perkuliahan.
3. Mahasiswa S1 pendidikan bahasa arab.Â
Ia merasa salah jurusan, walaupun pada akhirnya ia mampu lulus tepat waktu dan dengan IPK memuaskan. Hal ini disebabkan karena ia tidak berhasil masuk di jurusan yang ia inginkan, lalu ia 'iseng' memilih jurusan pendidikan bahasa arab. Pada semester awal ia masih biasa, karena masih banyak mata kuliah umum. Namun, mulai semester dua ia meraskaan perkuliaha yang ia jalani semakin sulit dan berat. Ia selalu mendaptkan nilai rendah pada mata kuliah jurusan nya. Ia mengungkapkan IPK yang ia dapatkan merupakan bantuan dari hasil nilai mata kuliah umum yang baik dibandingkan mata kuliah jurusan nya.