Mohon tunggu...
Dinda AnnisaYani
Dinda AnnisaYani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Kedokteran UNAND

Gemar membaca

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Tekanan Darah Tinggi? Waspada Bukan Hipertensi Biasa

28 November 2024   14:02 Diperbarui: 28 November 2024   14:07 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hipertensi adalah penyakit yang sering terjadi di masyarakat. Hipertensi merupakan penyebab utama penyakit kardiovaskular dan kematian dini di seluruh dunia. Berdasarkan data Riskesdas 2018, lebih dari 63 juta penduduk Indonesia menderita hipertensi dengan angka kematian akibat hipertensi mencapai 427.218 penduduk. Hipertensi bisa jadi merupakan tanda adanya penyakit serius di dalam tubuh seseorang.

Hipertensi adalah kondisi ketika tekanan darah sistolik 140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik 90 mmHg. Hipertensi ada dua, yaitu hipertensi esensial (primer), dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer adalah hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya, sedangkan hipertensi sekunder adalah hipertensi yang dapat disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit endokrin, penyakit jantung, dan adrenal. Hipertensi sekunder inilah yang dampak berbahaya bagi tubuh. 

Faktor risiko hipertensi mencakup beberapa hal, seperti merokok, obesitas, kurang aktivitas fisik, mengonsumsi alkohol, dislipidemia, diet rendah serat, konsumsi garam berlebih, kolesterol tinggi, diabetes , sleep apnea dan stres. Biasanya hipertensi primer tidak memiliki gejala yang begitu jelas, sehingga disebut sebagai silent killer, tapi bagaimana dengan hipertensi sekunder? Mari kita bahas lebih lanjut mengenai hipertensi sekunder.

Penyebab hipertensi sekunder

  • Penyakit parenkim ginjal: Merupakan penyebab paling umum hipertensi sekunder. Meliputi nefropasti diabetik, glomerulonefritis, penyakit parenkim ginjal interstisial, dan penyakit ginjal polikistik. 50% pasien dengan penyakit tersebut memiliki hipertensi yang semakin buruk seiring progesivitas gangguan ginjal. Hipertensi mempercepat kerusakan fungsi ginjal, berujung pada penyakit ginjal stadium akhir.
  • Gangguan endokrin: Hal ini disebabkan oleh peningkatan sekresi hormon. Meliputi aldosteronisme primer, feokromositoma, dan sindrom cushing.
  • Gangguan renovaskular: Merupakan suatu kondisi yang langka, biasanya disebabkan oleh stenosis arteri ginjal unilateral maupun bilateral. Pada lanjut usia, stenosis arteri ginjal sering disebabkan oleh aterosklerosi, sedangkan pada perempuan muda disebabkan oleh hiperplasia fibromuskular.
  • Gangguan vaskular: Paling sering disebabkan oleh koarktasio aorta.

Gejala yang harus diwaspadai

  • Tekanan darah yang sangat tinggi dan sulit dikontrol meskipun dengan pengobatan
  • Onset hipertensi pada usia muda (dibawah 30 tahun) atau setelah usia 50 tahun
  • Nyeri kepala berat atau berkeringat berlebihan
  • Pembengkakan di kaki atau nyeri punggung bawah (penyakit ginjal)
  • Gangguan menstruasi atau pertambahan berat badan berlebih (sindrom cushing)

Mengapa Hipertensi Sekunder Berbahaya?

Jika tidak ditangani dengan baik, hipertensi sekunder dapat berujung pada komplikasi yang serius. 

  • Penyakit arteri koroner
  • Kecelakaan serebrovaskular
  • Penyakit arteri perifer
  • Penyakit ginjal kronis
  • Retinopati hipertensi
  • Fibrilasi atrium
  • Gagal jantung

Pentingnya deteksi dini

Hipertensi sekunder yang tidak terdeteksi dapat menjadi silent killer. Untuk itu, pencegahan dan deteksi dini memiliki peranan penting terhadap prognosis penyakit ini. Hipertensi sekunder mempercepat kerusakan organ target jika tidak didiagnosis dan diobati pada waktu yang tepat dan secara signifikan meningkatkan kejadian kardiovaskular dini. 

Jika kamu mengalami gejala-gejala di atas, segera konsultasikan dengan dokter. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan berupa tes darah, urinalisis, pencitraan (USG, CT scan), dan tes fungsi hormonal. Setelah mendapatkan diagnosis pasti, dokter dapat memberikan pengobatan yang spesifik, seperti memberikan obat yang dapat menurunkan tekanan darah, menormalkan kadar hormon, mengatasi stenosis, dan yang paling penting adalah edukasi gaya hidup. Gaya hidup memiliki peranan paling penting dalam kesehatan tubuh seseorang. Oleh karena itu, marilah kita berupaya untuk membiasakan gaya hidup sehat untuk diri sendiri dan keluarga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun