Setelah aku merasa sudah banyak membaca halaman buku, aku mendengar suara krincingan dari dalam kamar ambu. Krincingan itu biasanya menjadi alat ambu berkomunikasi jika membutuhkan sesuatu. Sedikit terkejut, akhirnya aku mengalihkan suara itu dengan mencoba menghubungi seseorang. Sekali dua kali telepon ku tidak diangkat olehnya, aku mulai panik karena suara itu masih terdengar di kepalaku. Untuk ketiga kalinya akhirnya dia mengangkat.
"kan aku sudah bilang, jangan hubungi aku duluan sebelum aku yang menghubungimu" tanpa menyapa dahulu dan dengan nada seperti takut ada seseorang yang akan mendengar dia berbisik di telepon.
"ya gimana, kamu sudah lama tidak menghubungiku. Aku butuh uang untuk membeli keperluan rumah dan biaya perawatan. Kamu bisa transfer?" balasku kepadanya
"aduh kita bahas nanti ya, aku sedang di sekolah Ari" telfon mati.
Aku selalu bertanya apakah semua laki-laki memang selalu lari dari masalah yang dia buat ya. Abah yang pergi entah kemana saat ambu sakit dan mas Tio yang pernah berjanji akan memberi tahu mba Dewi bahwa sudah menikah lagi. Ya aku tahu, aku memang istri sirinya tapi apa iya itu menjadikkan alasan untuk tidak berlaku adil kepadaku. Sempat terpikir olehku untuk melepaskan mas Tio, tetapi akhirnya ku urungkan niatku karena membutuhkan biaya untuk menyambung hidup. Jadi, walaupun raga mas Tio tidak ada didekatku, setidaknya dia selalu memberikan uang bulanan untukku.
Sepertinya cukup cerita tentang lelaki itu, selesai menelepon aku kembali duduk dan lanjut membaca buku sambil meluruskan kakiku di atas sofa. Tidak lama, terdengar suara ketukan pintu. Aku terbangun, ternyata aku tertidur dan saat aku melihat jam ternyata sudah pukul 5 sore. Aku bukakan pintu yang ternyata Tala sudah kembali dan bertanya kepadanya.
"bagaimana pertemuan dengan klien?" tanyaku dengan sedikit menyindir
"baik, perusahaanku setuju bekerjasama dengan mereka" jawabnya
"kalau setiap hari kamu selalu keluar dan berkata ingin bertemu klien, sepertinya hampir semua warga Indonesia ini klien mu ya" sindirku lagi
Tanpa menanggapi perkataanku, Tala mengubah topik pembicaraan.
"bagaimana keadaan ambu? Sudah makan dan minum obat?" tanyanya