Mohon tunggu...
Dina Wahyunita
Dina Wahyunita Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog Klinis

Psikolog Klinis RSUD dr. R. Soetrasno Rembang; Layanan Psikologi DIKHANA Rembang Jateng; Anggota Ikatan Psikolog Klinis Indonesia (IPK), Anggota Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI)

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Sayangi Dirimu, Jangan Lukai Dirimu: Mengapa Remaja Melakukan Self Harm?

26 November 2022   14:51 Diperbarui: 26 November 2022   21:58 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Belakangan ini banyak fenomena self-harm yang dilakukan oleh remaja yang dibagikan di media sosial seperti di twitter, instagram maupun tiktok. Sebagai orangtua, hal ini harus menjadi perhatian, terlebih ditakutkan hal ini dapat terjadi pada anak-anak kita. Pada tahun 2015 di Indonesia terjadi peningkatan sekitar 3,9% remaja yang melakukan perilaku self harm/suicide. Total populasi yang ada di Indonesia adalah 257,6 juta jiwa, remaja yang berusia 13-17 tahun sekitar 9,1% dari jumlah populasi penduduk di Indonesia, yaitu sekitar 23,4 juta jiwa yang terbagi menjadi 12 juta remaja laki-laki dan 11,4 juta remaja perempuan. Perkiraan remaja yang melakukan perilaku self harm/suicide pada usia 13-17 tahun adalah 4,3% pada laki-laki dan 3,4% pada perempuan (World Health Organization, 2017). Di Indonesia perilaku self harm meningkat dari tahun sebelumnya, sekitar 23,4% juta jiwa remaja yang sudah melakukan self harm belum lagi pada usia dewasa.

Masa remaja merupakan masa di mana seseorang berada dalam masa yang penuh konflik, hal ini terjadi disebablan oleh perubahan bentuk pada tubuh, pola perilaku dan peran social (Hurlock, 2006). Perubahan yang terjadi pada masa remaja biasa disebut sebagai masa peralihan atau masa transisi yang terjadi dari masa kanak-kanak menuju masa remaja. Ketika masa remaja, individu dituntut untuk dapat beradaptasi dengan banyak perubahan yang terjadi pada remaja, perubahan yang terjadi dapar meningkatkan stres atau tekanan pada individu (Hurlock, 2006; Muthia & Hidayati, 2015; Latipun & Notosoedirdjo, 2014). Perubahan yang terjadi pada masa remaja dapat menimbulkan suatu konflik atau permasalahan yang jika remaja tidak dapat beradaptasi dengan baik. Sebagian remaja saat menghadapi suatu permasalahan mampu menyelesaikan masalahnya dengan baik. Ketidakmampuan individu dalam menyelesaikan masalah dan menghadapi suatu permasalahan menyebabkan terjadinya stres dan tekanan yang menimbulkan emosi negatif.

Stres yang berdampak terhadap emosi negatif yang tidak terkendali dapat membuat individu melakukan perilaku yang dapat merugikan diri sendiri, mengkonsumsi narkoba, minum-minuman berakohol, penyimpangan sosial, dan perilaku-perilaku negatif lainnya (Latipun & Notosoedirdjo, 2014; Jans dkk, 2012). Ketika remaja mengalami emosi negatif dapat menyebabkan perilaku negatif yang dapat merugikan diri remaja. Perilaku yang dapat merugikan diri sendiri disebut sebagai perilaku self harm.

Apa itu self harm?

Self harm adalah masalah klinis yang relevan dengan tingkat prevalensi yang tinggi pada masa remaja. Berdasarkan beberapa penelitian pada remaja usia 13-17 tahun diketahui bahwa pernah melakukan perilaku self harm kurang lebih selama 12 minggu dengan bentuk perilaku self harm yang dilakukan berupa mengukir, menggores, menyayat pada permukaan kulit, memukul diri sendiri, memukul badan pada benda keras dan padat hingga memar, dan tidak makan selama hampir satu minggu. Self harm adalah suatu bentuk perilaku yang dilakukan individu untuk mengatasi tekanan emosional atau rasa sakit secara emosional dengan cara menyakiti dan merugikan diri sendiri tanpa bermaksud untuk melakukan bunuh diri (Jenny, 2016; Klonsky dkk, 2011). The International Society for Study Self Harming mendefinisikan self harm sebagai suatu perilaku menyakiti diri sendiri yang dilakukan dengan sengaja dan menghancurkan diri sendiri sehingga mengakibatkan kerusakan langsung pada jaringan tubuh, bukan sebagai sanksi sosial dan tanpa maksud untuk melukai bunuh diri (Whitlock, 2009).

Mengapa para remaja melakukan self harm?

Faktor yang menyebabkan remaja melakukan perilaku self harm adalah merasa stres hingga depresi yang disebabkan oleh kurangnya kemampuan mengendalikan emosi negatif yang terpendam dalam diri individu karena beberapa permasalahan yang terjadi pada remaja, seperti tidak adanya keharmonisan dan kehangatan dalam hubungan keluarga, masalah dengan teman sebaya, bullying dan masalah asmara. Paparan media sosial juga dapat menjadi faktor pendukung munculnya perilaku self harm pada kelompok usia terutama pada remaja dan dewasa awal (Arent, 2019). Self harm biasanya dilakukan untuk melampiaskan emosi yang sedang dialami oleh para remaja, misalnya marah, stress, cemas, putus asa, atau rasa bersalah yang tidak dapat diatasi dengan baik. Tidak hanya untuk melampiaskan emosi, terkadang self harm dilakukan untuk mencari perhatian atau mengalihkan masalah yang sedang mereka hadapi.

Apa saja tanda-tanda remaja melakukan self harm?

Umumnya, para remaja yang memiliki perilaku self harm akan menyembunyikan kondisinya dari orangtua maupun kerabat terdekat mereka. Namun, orangtua dapat memperhatikan beberapa gejala terkait kebiasaan perilaku self harm pada remaja, yaitu:

  • Terlihat memiliki sejumlah luka bekas sayatan, memar, luka benturan, dan luka bakar pada beberapa bagian tubuh. Biasanya luka terlihat pada area pergelangan tangan, lengan, paha, dan juga badan. Remaja dengan perilaku self harm akan menghindar saat ditanya penyebab luka yang muncul pada tubuhnya.
  • Anak memiliki luka yang sulit untuk sembuh bahkan luka menjadi lebih parah.
  • Lebih senang menyendiri dan menjauh dari keramaian. Remaja ini menjadi sulit untuk bercerita dan lebih senang menyembunyikan masalah yang sedang dihadapi.
  • Sering membicarakan mengenai self harm yang dilakukan oleh teman-temannya dapat menjadi tanda bahwa anak juga rentan mengalami kondisi yang serupa.
  • Senang mengumpulkan benda tajam
  • Selalu menggunakan pakaian yang tertutup meskipun cuaca panas
  • Menggunakan banyak perban

Apa dampak self harm?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun