Mohon tunggu...
Dina Y. Sulaeman
Dina Y. Sulaeman Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Penulis, doktor Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran, Direktur Indonesia Center for Middle East Studies www.ic-mes.org

Selanjutnya

Tutup

Politik

Obama: The First Gay President?

15 Mei 2012   23:37 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:14 574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

oleh: Dina Y. Sulaeman Entah kebetulan atau tidak (tapi saya meyakini, bukan kebetulan), bersamaan dengan heboh roadshow buku terbaru Irshad Manji yang mengusung bendera kebebasan bagi para homoseks dan wacana legalisasi pernikahan sesama jenis pada RUU Kesetaraan Gender di Indonesia, ternyata di AS pun, isu ini sedang hangat. Hari Rabu yang lalu, Obama memberikan pengakuan ‘bersejarah’-nya, "Bagi saya pribadi, adalah penting untuk maju dan menyatakan, bahwa saya pikir, pasangan sejenis seharusnya bisa menikah.” (Wawancara Obama dengan ABC News, 9/5). Majalah Newsweek edisi terbaru segera ‘menyambut’ pengakuan ini dengan menurunkan judul cover yang kontroversial, “Obama: The First Gay President”. [caption id="attachment_177371" align="aligncenter" width="222" caption="sumber: usatoday.com"][/caption] Sebenarnya, keberpihakan Obama pada kaum homoseksual bukan hal baru, hanya saja memang Obama belum pernah seterbuka ini memberikan dukungannya. Sejak masa kampanye dan pemilihan menteri pun, sudah terlihat bahwa Obama pro-gay (terlepas dari apakah dia gay atau bukan). Tahukah Anda, siapa wakil direktur nasional kampanye pilpres Obama? Namanya Steve Hildebrand. Hildebrand secara terbuka menyatakan dirinya gay (homoseks) dan dia merupakan juru bicara kaum gay AS untuk Gedung Putih. Dalam sebuah acara bertema Bulan Kebanggaan LGBT (LGBT Pride Month) di Gedung Putih, Obama mengundang ratusan anggota komunitas LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender). Acara itu seolah menjadi kemenangan politik bagi kaum LGBT Amerika yang selama ini mengaku mendapatkan diskriminasi dalam kehidupan sosial. Obama pun mengakui adanya diskriminasi itu dan bertekad untuk menghapusnya. Dalam acara itu, Obama mengatakan, “Saya ucapkan terimakasih kepada Anda, atas perjuangan yang Anda lakukan setiap hari untuk mencapai kesetaraan; atas nama jutaan orang di negara ini yang bekerja keras dan peduli pada komunitas mereka, dan [mereka] yang gay, lesbian, biseksual, atau transgender. ...Perjuangan ini, saya tak perlu memberitahu Anda, adalah [perjuangan] yang sangat sulit... Ada undang-undang yang tidak adil yang harus dibatalkan dan perilaku tidak adil yang harus dihentikan... Kita memimpikan Amerika yang di dalamnya tidak ada orang yang merasakan sakitnya diskriminasi atas siapa Anda dan siapa yang Anda cintai.” Selanjutnya, Obama menyampaikan program pemerintahannya dalam rangka menghapuskan diskriminasi bagi kaum LGBT, antara lain, akan mendukung UU yang menjamin perlindungan kesehatan bagi pasangan homoseks dan anak-anak mereka, menolak UU yang melarang perkawinan sesama jenis, dan berupaya menghapuskan aturan dalam militer AS yang masih mendiskriminasi kaum homo. Pencanangan bulan Juni sebagai “Bulan Kebanggaan LGBT” oleh Obama juga adalah dalam rangka mengupayakan kesetaraan hak bagi kaum homo. Obama tak hanya sekedar berjanji dan berorasi. Dia pun telah melakukan langkah konkrit dengan mengangkat Arne Duncan yang dikenal sebagai tokoh pro-homo sebagai Menteri Pendidikan. Selanjutnya, Arne Duncan mengangkat beberapa pejabat tinggi di Kementerian Pendidikan, antara lain Kevin Jennings, sebagai Asisten Wakil Menteri Pendidikan untuk Bidang Pemberantasan Narkoba di Sekolah. Situs resmi Kementerian Pendidikan AS menyebutkan, Jennings adalah pendiri dan mantan direktur GLESN (Gay, Lesbian, and Straight Education Network), sebuah organisasi yang bekerja untuk membuat sekolah aman bagi semua pelajar, apapun orientasi seksual dan identitas gendernya. Sebelumnya, Jennings adalah salah satu penggalang dana untuk Obama. Pada April 2008, majalah kaum gay, Advocate, memberitakan bahwa Obama menghadiri acara penggalangan dana di kalangan LGBT, yang dikoordinir oleh Jennings, dan berhasil meraih dana 170.000 dollar. Bagaimana dengan Indonesia? Kita lebih sibuk mengurusi “hak kebebasan bicara”. Kita lebih sibuk memikirkan betapa mazlumnya nasib Irshad Manji yang dilarang berkoar-koar mempropagandakan homoseksualitas (dan berkata: “sok suci amat orang yang menentang homoseksualitas!”) tapi melupakan betapa murkanya Allah kepada kaum homo, sampai-sampai menurunkan azab mengerikan, “Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan (batu belerang) tanah yang terbakar secara bertubi-tubi.” (QS Huud 82-83). *sebagian isi tulisan ini dikutip dari buku Obama Revealed karya Dina Y. Sulaeman, terbitan Aliya Publishing

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun