Di antara perusahaan di Wall Street yang mendapat kucuran dana talangan pemerintah AS adalah Citigroup, American Internation Group (AIG), Bank of America, Merril Lynch, Goldman Sachs, JP Morgan, Fannie Mae, Freddie Mac, dll. Dan tahukah Anda, sebagian besar perusahaan ini adalah penyumbang dana kampanye Obama! Sangat ‘wajar' bila Obama tunduk pada para kapitalis itu.
Dan kini, ribuan orang duduk diam di depan gedung-gedung angkuh di Wall Street, menyuarakan protes mereka. Apa yang bisa diharapkan? Para eksekutif di Wall Street frustasi, malu, lalu mengundurkan diri? Kalaupun itu terjadi, dengan cepat, para pemilik modal akan mendapatkan gantinya. Tak heran bila banyak yang bertanya-tanya, mengapa Wall Street yang didemo? Mengapa bukan Gedung Putih?
Tentu saja, bila kita menggunakan konsep ‘emansipasi' dari Teori Kritis, gelombang demo menentang kapitalisme oleh orang-orang AS jelas merupakan sebuah tahapan dalam proses counter-hegemony. Untuk melawan hegemoni kapitalisme, manusia harusmenjalani proses ‘penyadaran' (emansipasi), supaya akhirnya mereka mampu menciptakan masa depan mereka sendiri melalui kehendak dan kesadaran penuh. Gelombang demo ini, sedikit banyak akan membuat orang bertanya-tanya, apa yang salah dari sistem ini? Mengapa harus ada 99% yang hidup sengsara sementara 1%-nya dianggap berhak berfoya-foya? Apa yang harus dilakukan untuk mengubah ini semua? Apa sistem alternatifnya?
Dari sisi ini, demo OWS mungkin bisa dilihat sebagai langkah awal dari munculnya gelombang kesadaran. Namun, berharap Wall Street bisa segera digulung, jelas amat jauh. Bahkan kalaupun Wall Street benar-benar bisa dibangkrutkan, so what? Yang akan menderita hanya rakyat kecil, sementara para kapitalis (pemodal), masih akan tetap bergelimang uang. Dengan kata lain, ‘kepala' ular masih jauh untuk ditangkap. Sekarang ini OWS masih hanya dalam tahap membaui jejak si ular.
*sebagian isi tulisan ini disarikan dari buku Obama Revealed, karya Dina Y. Sulaeman, terbitan Aliya Publishing
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H