Mohon tunggu...
Dinar Syarifah Septiningrum
Dinar Syarifah Septiningrum Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Gizi

Saya adalah mahasiswa ilmu gizi yang sedang belajar menulis, semoga bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Balitaku Sehat? Perhatikan Lagi Konsumsi Pangan Keluarga!

14 Januari 2024   15:06 Diperbarui: 14 Januari 2024   15:11 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Pangan adalah kebutuhan pokok manusia yang memungkinkan mereka menjalani kehidupan secara optimal dan produktif. Ketersediaan pangan yang berkualitas dan mencukupi sangat penting bagi kelangsungan hidup masyarakat, memungkinkan mereka untuk hidup secara penuh dan meningkatkan produktivitas.

Kemampuan individu untuk memenuhi kebutuhan baik secara kualitas serta kuantitas tercermin pada ketahanan pangan. Ketahanan pangan merupakan keadaan dimana ketersediaan pangan terpenuhi, baik dalam lingkup negara sampai individu.

Menurut Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO) ketahanan pangan rumah tangga tercapai ketika semua anggota keluarga mampu memperoleh makanan yang dibutuhkan, tanpa risiko kehilangan akses tersebut (Food Agriculture Organization, 1997). 

Ketahanan pangan keluarga dikatakan berhasil ketika pangan bagi individu dan keluarga tercermin dari makanan yang beragam, bergizi seimbang, aman, bermutu, terjangkau dari segi ekonomi maupun geografis, dan tidak bertentangan dengan agama, keyakinan dan budaya masyarakat.

Seperti yang terdapat pada undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang pangan menetapkan bahwa tujuan pengelolaan pangan adalah memenuhi kebutuhan pokok manusia dan menjamin distribusinya secara adil, merata, serta berkelanjutan, sambil tetap menghormati prinsip kedaulatan pangan. 

"Asas keadilan" yang dimaksud yaitu terselenggaranya penyelenggaraan pangan wajib diberikan bagi seluruh warga negara, sehingga setiap individu mempunyai akses pangan yang cukup, baik jumlah maupun kualitasnya dengan seadil-adilnya (Undang-Undang nomor 18 tahun 2012).  

Menurut kerangka pikir UNICEF mengindikasikan bahwa ketahanan pangan rumah tangga memiliki dampak tidak langsung terhadap kondisi gizi anak balita.

Berdasarkan data dari Global Food Security Index (GFSI), Indonesia mengalami peningkatan dari tahun 2021 ke 2022, dengan peringkat naik dari 69 menjadi 63 dari 113 negara. 

GFSI juga mengevaluasi ketahanan pangan suatu negara melalui indikator seperti harga pangan, aksesibilitas, nilai gizi, keamanan pangan, dan kemampuan menghadapi tantangan ketahanan sumber daya alam.

Ketidakstabilan pangan dapat menyebabkan penurunan jumlah dan kualitas pangan yang diberikan kepada balita, dengan dampak yang signifikan pada ketahanan pangan. 

Keadaan kerawanan pangan dalam jangka panjang dalam keluarga dapat mengurangi konsumsi pangan, menghasilkan penurunan kuantitas dan variasi pangan yang dikonsumsi. Jika penurunan ini berlanjut, hal ini dapat memengaruhi konsumsi makanan balita. 

Dalam upaya mendukung pertumbuhan dan perkembangan balita, keluarga yang menghadapi kerawanan pangan cenderung memberikan makanan yang tinggi kalori namun kurang gizi kepada balitanya.

Usia kepala rumah tangga juga menjadi faktor yang memengaruhi ketahanan pangan. Ketahanan pangan dipengaruhi oleh usia produktif anggota keluarga, yang menentukan kemampuan mereka dalam bekerja dan memenuhi kebutuhan pangan keluarga. 

Faktor-faktor lain yang memengaruhi ketahanan pangan melibatkan tingkat pendidikan orang tua, peluang kerja, dan jenis pekerjaan, yang erat kaitannya dengan pendapatan keluarga.

Pekerjaan orang tua memiliki peran krusial dalam menentukan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi, karena hubungannya dengan pendapatan. Terdapat hubungan antara pendapatan dan peningkatan kesehatan sehubungan dengan pola makan. 

Meskipun mendapatkan makanan sehat untuk kebutuhan sehari-hari lebih mudah bagi keluarga berpenghasilan tinggi, hal ini mungkin sulit diakses oleh keluarga berpenghasilan rendah. 

Contohnya seperti pada saat Pandemi COVID-19 berdampak terhadap ketahanan pangan rumah tangga. Pada saat Pandemi COVID-19 banyak pegawai yang mengalami PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) yang menyebabkan penurunan ketersediaan pangan di rumah karena keluarga yang mengalaminya kehilangan pekerjaan, mengakibatkan rendahnya tingkat akses keuangan terhadap pangan.

Pengetahuan tentang gizi melibatkan pengenalan makanan yang berkontribusi pada kesehatan optimal. Kemampuan membuat keputusan yang tepat tentang bahan makanan dan pola konsumsi harian untuk memenuhi kebutuhan tubuh agar berfungsi normal merupakan aspek gizinya. 

Strategi pengasuhan seorang ibu terhadap anaknya mencerminkan pengetahuannya mengenai gizi. Adopsi pola makan yang beragam dapat mengurangi risiko kekurangan berat badan, stunting, dan keterlambatan perkembangan pada masa anak-anak. 

Hal ini berkaitan dengan pangan yang beragam pada anak balita akan memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi pada anak sehingga kejadian malnutrisi akan lebih rendah pada kelompok yang memiliki keragaman pangan yang lebih tinggi. 

Seperti contohnya ibu yang rutin mengikuti penyuluhan dari puskesmas atau sering membaca literasi mengenai gizi balita cenderung memilih makanan yang mengandung gizi bermanfaat sesuai

Balita yang mengalami kesulitan pangan cenderung mengalami kondisi gizi yang buruk, terutama jika terdapat kebersihan yang kurang baik. Saat balita mengalami diare, proses pencernaan dan penyerapan makanan menjadi sulit, dan jika kondisi ini tidak diatasi, dapat menyebabkan kekurangan gizi. 

Ketahanan pangan rumah tangga juga terpengaruh oleh kondisi sanitasi lingkungan. Sanitasi yang baik berpengaruh terhadap ketahanan pangan karena makanan yang dikonsumsi oleh balita perlu diperhatikan kebersihan dan hygiene nya. Terdapat hubungan antara kejadian diare pada anak dan praktik sanitasi serta kebersihan lingkungan. 

Selain diare, infeksi saluran pernafasan juga merupakan penyakit menular yang sering terjadi. Balita yang mengalami infeksi tersebut mungkin mengalami penurunan nafsu makan atau kesulitan menyerap zat gizi. 

Penyebab utama kejadian infeksi secara umum adalah perilaku higiene sanitasi yang buruk dalam mengasuh dan menyiapkan makanan anak. Wabah infeksi, terutama diare pada anakanak, disebabkan oleh kebersihan yang buruk, kurangnya air bersih untuk mencuci tangan dan peralatan makan untuk menghilangkan bakteri penyebab diare dan kontaminan lainnya. 

Dalam kondisi rentan pangan, status gizi anak di bawah usia 5 tahun juga dapat diperparah dengan jumlah anggota keluarga yang besar (>4 orang). Jumlah anggota keluarga merupakan faktor penting karena dapat menentukan distribusi pangan antar anggota keluarga. 

Distribusi pangan bisa semakin mengecil dan tidak merata jika jumlah anggota keluarga bertambah, apalagi jika jumlah anggota keluarga dengan kondisi tidak mampu. Hal ini akan membuat makanan yang didapatkan oleh balita menjadi lebih sedikit, yang berujung kepada kejadian malnutrisi pada balita.

Ketahanan pangan dapat mempengaruhi status gizi balita karena menyebaban berkurangnya kualitas dan kuantitas makanan yang akan diberikan kepada balita. 

Faktor yang mendorong terjadinya kerawanan pangan adalah kondisi sosial ekonomi, pekerjaan orang tua dan latar belakang pendidikan orang tua. Faktor yang memperburuk status gizi pada balita adalah penyakit infeksi dan jumlah anggota keluarga yang besar. 

Dukungan pemerintah juga diperlukan dalam meningkatkan ketahanan pangan pada daerah yang rawan pangan, dengan memaksimalkan stabilitas stok pangan di daerah yang rawan, mengembangkan industri holikultura lebih masif, membuka lapangan pekerjaan, peningkatan mutu pendidikan. 

Perlu upaya pendidikan gizi dan penyuluhan keluarga berencana pada keluarga untuk menghindari kejadian malnutrisi yang diakibatkan oleh pengetahuan gizi yang kurang pada pengasuh balita dan distribusi makanan yang tidak merata akibat besarnya anggota keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun