Dalam upaya mendukung pertumbuhan dan perkembangan balita, keluarga yang menghadapi kerawanan pangan cenderung memberikan makanan yang tinggi kalori namun kurang gizi kepada balitanya.
Usia kepala rumah tangga juga menjadi faktor yang memengaruhi ketahanan pangan. Ketahanan pangan dipengaruhi oleh usia produktif anggota keluarga, yang menentukan kemampuan mereka dalam bekerja dan memenuhi kebutuhan pangan keluarga.Â
Faktor-faktor lain yang memengaruhi ketahanan pangan melibatkan tingkat pendidikan orang tua, peluang kerja, dan jenis pekerjaan, yang erat kaitannya dengan pendapatan keluarga.
Pekerjaan orang tua memiliki peran krusial dalam menentukan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi, karena hubungannya dengan pendapatan. Terdapat hubungan antara pendapatan dan peningkatan kesehatan sehubungan dengan pola makan.Â
Meskipun mendapatkan makanan sehat untuk kebutuhan sehari-hari lebih mudah bagi keluarga berpenghasilan tinggi, hal ini mungkin sulit diakses oleh keluarga berpenghasilan rendah.Â
Contohnya seperti pada saat Pandemi COVID-19 berdampak terhadap ketahanan pangan rumah tangga. Pada saat Pandemi COVID-19 banyak pegawai yang mengalami PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) yang menyebabkan penurunan ketersediaan pangan di rumah karena keluarga yang mengalaminya kehilangan pekerjaan, mengakibatkan rendahnya tingkat akses keuangan terhadap pangan.
Pengetahuan tentang gizi melibatkan pengenalan makanan yang berkontribusi pada kesehatan optimal. Kemampuan membuat keputusan yang tepat tentang bahan makanan dan pola konsumsi harian untuk memenuhi kebutuhan tubuh agar berfungsi normal merupakan aspek gizinya.Â
Strategi pengasuhan seorang ibu terhadap anaknya mencerminkan pengetahuannya mengenai gizi. Adopsi pola makan yang beragam dapat mengurangi risiko kekurangan berat badan, stunting, dan keterlambatan perkembangan pada masa anak-anak.Â
Hal ini berkaitan dengan pangan yang beragam pada anak balita akan memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi pada anak sehingga kejadian malnutrisi akan lebih rendah pada kelompok yang memiliki keragaman pangan yang lebih tinggi.Â
Seperti contohnya ibu yang rutin mengikuti penyuluhan dari puskesmas atau sering membaca literasi mengenai gizi balita cenderung memilih makanan yang mengandung gizi bermanfaat sesuai
Balita yang mengalami kesulitan pangan cenderung mengalami kondisi gizi yang buruk, terutama jika terdapat kebersihan yang kurang baik. Saat balita mengalami diare, proses pencernaan dan penyerapan makanan menjadi sulit, dan jika kondisi ini tidak diatasi, dapat menyebabkan kekurangan gizi.Â