Mohon tunggu...
Dinar Febri Budiman
Dinar Febri Budiman Mohon Tunggu... Sales - Aku tak pernah mencela hujan karena yang ku harap reda itu kecewamu

Spritual, filsafat dan sastra

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Di Manakah Muara Bahagiaku?

8 Oktober 2022   16:55 Diperbarui: 8 Oktober 2022   17:22 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: moviesframes.tumblr.com

Dunia menjadi ratapan atas terhapusnya mimpi

Banyak kesedihan dari apa yang telah terjadi.

Oh Tuhan maafkan aku karena jasad ini ingin terus berbaring meski belum mati

Aku sangat lelah karena langkah-langkah ini.


Adakah jalan lain agar menjadi dewasa terlepas dari luka.

Rasa yakin yang telah terbangun kini runtuh berhamburan dan kepingnya sulit direkatkan kembali.

Aku bertanya pada waktu yang mengalir, kapan dan di mana muara bahagiaku?


Semua memudar oleh air mata.

Aku ingin berlari pada kabut untuk menutupi apa yang tak ingin ku lihat pada dunia.

Orang-orang hipokrit yang selalu mencela kejahatan kecuali jika dia melakukannya.

Mereka tak berbuat jahat bukan karena baik, tapi belum memiliki kesempatan untuk berbuat jahat.

Bekasi, 8 - Oktober 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun