Mohon tunggu...
Dinar Febri Budiman
Dinar Febri Budiman Mohon Tunggu... Sales - Aku tak pernah mencela hujan karena yang ku harap reda itu kecewamu

Spritual, filsafat dan sastra

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Cinta dan Nestapa

17 Agustus 2022   22:59 Diperbarui: 18 Agustus 2022   00:55 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : Dinar Febri Budiman

Namun betapa pun aku mencapai titik spiritual dan cinta, manusia tetaplah raga mereka memiliki kebutuhan.

Lantas apa artinya?  kadang ruh seseorang mendekap yang dicintainya yang tulus namun demi kelangsungan hidup di alam materi ia terpaksa dipilihkan oleh keadaan menikah dengan yang kaya.

Cinta, ketulusan dan kesabaran adalah naungan bagi ruh namun uang, rumah dan mobil adalah kebutuhan untuk eksitensi dan pengakuan bagi alam yang dianggap paling nyata karena terlihat oleh mata. 


Aku pun mulai menerima tatanan hidup ini, apa salahnya wanita yang memilih pria kaya karena memang lelah hidup miskin dan apa salahnya pria yang mencari wanita seksi untuk kepuasan seksual bukan alasan mereka cukup rasional.

Pahit memang ku terima semua ini ternyata di alam materi ini semua itu transaksi berbalik di alam ruhani yang penuh ke ikhlasan.

Maka aku kembalikan cinta yang seutuhnya kepada Tuhan , karena hanya pada-Nya aku kembali.

Kembali membawa rasa pilu yang dimana air mata menjadi saksi aku berusaha menerima takdir-Nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun